hamba yang hina

Name: Aku
rumah: Di dalam aku
hamba:Jalantrabas Jalan Yang Cepat Menuju Ilahi

 

KOLOM BERITA

 

ARCHIEVES

 

SHOUTBOX

 

Pengunjung

geovisite
geovisite

 

Links

 
 

Monday 28 July 2008
An-Nifary
Sufi besar ini lahir di Iraq. Ketinggiannya ilmunya sangat luar biasa Ia adalah teoritikus sufi sekaligus sastrawan besar.
Nama mistikus an-Nifary mungkin agak asing ditelinga kita.Tidak seperti al Bustami maupun al Hallaj, ia seakan kurang begitu terdengar. Padahal di mata ahli tasawuf pandangan-pandangan sufistiknya sangat berpengaruh. Para sufi sesudahnya banyak yang mengikuti jejak pria kelahiran Iraq ini.
Walau lirih, An-Nifary telah meninggalkan tapak-tapak yang tidak kalah penting dibanding al Hallaj maupun al Bustami.Bahkan dalam memaknai tasawuf an-Nifary dipandang lebih hati-hati dan tidak kontroversial. Meskipun sosoknya bisa dibilang agak sulit, tetapi dirinya menjadi tokoh panutan yang tiada banding.
Bernama lengkap Muhammad ibnu Abd Jabbar bin al Husain an-Nifary, dikenal tidak hanya sebagai seorang sufi saja. Dunia kesusastraan telah menempatkan dirinya dalam pada puncak kemasyhuran. Kehidupan tokoh ini sulit terlacak. Di duga ia dilahirkan di Basrah Iraq dengan tanggal dan tahun yang sulit ditemukan. Minimnya data disebabkan oleh pribadi an-Nifary. Sang sufi dikenal sebagai seorang yang suka menyendiri. Disamping itu kesehariannya lebih dikenal sebagai sosok pengelana.
Kesohor sebagai pengembara menjadikan pengamat sufisme Dr. Margareth Smith menjulukinya sebagai Guru Besar di Jalan Mistik Sifat itu membikin karya-karyanya jarang terlacak. Kalaupun sekarang ada, tak lebih dari jasa orientalis Inggris, Arthur John Arberry. Pengamat Islam ini berhasil menerjemahkan beberapa karyanya tahun 1934. Meski demikian tidak banyak karya-karyanya yang terlacak. Pengembaraan menjadi salah satu cirinya. Karya-karyanya juga penuh dengan perjalanan spiritual yang mengagumkan. Tidak kalah jauhnya dengan pengembaraannya di dunia nyata. Tahap demi tahap dilakukannya sampai pada puncak yang paling tinggi.
Itulah salah satu kalimat dari beberapa karya an-Nifary. Tokoh ini terasa unik. Berbeda dengan sufi lainnya, dalam diri an-Nifary ada dua kelebihan. Di dunia sastra sufi, an-Nifary sama seperti ar Rumi maupun maupun al Aththar. Dibanding dengan keduanya, karya an-Nifary lebih mendalam. Pertama, ia seorang sastrawan sufis. Kedua, ia seorang teoritikus mistik.
Pengalaman spiritual dibingkai dalam bahasa sastra yang tinggi dan elok. Tidak dapat dipungkiri, nama an Niffrari berderet diantara sufi-sufi agung dan sastrawan sepanjang zaman. Bait-bait puisinya tidak pernah luput dari pemaknaan tentang Tuhan. Seperti puisinya tentang penyerahan kepada Allah berikut ini:
Ilmu adalah huruf yang tak terungkap kecuali oleh perbuatan. Dan perbuatan adalah huruf yang tak terungkap kecuali oleh keikhlasan. Dan keikhlasan adalah huruf yang tak terungkap kecuali oleh kesabaran. Dan kesabaran adalah huruf yang tak terungkap oleh penyerahan
Sifat pasrah berhasil diungkapkan dalam bahasa yang indah. Puisi ini menggambarkan bagaimana sebaiknya mengartikan kepasrahan secara mendasar. Totalitas penyerahan kepada Tuhan akan menghasilkan pemaknaan yang benar tentang Islam. Dan itulah pula makna sujud yang dilakukan oleh umat Islam dalam sholat. Tidak hanya kening yang melekat di hamparan sajadah. Tetapi jauh lagi adalah menyerahkan jiwa raganya kepada Allah.
Pemahamannnya yang tinggi terhadap tasawuf menempatkannya dalam deretan teoritikus mistik sepanjang zaman. Ada yang berpendapat bahwa an-Nifary mempunyai kemiripan dengan alHallaj. Keduanya telah mencapai Wahdatusy Syuhud (Penyatuan Penyaksian). Bedanya hanya soal kehati-hatian. An-Nifary cenderung lebih hati-hati untuk tidak mengatakan seperti al Hallaj atu al Bustami. Kalau al Hallaj mungkin lebih memilih untuk berkata ," Akulah al Haq!". Atau al Bustami dengan kredonya yang terkenal, "Mahasuci daku, alangkah agungnya perihalku."
Al Hallaj dalam menanggapi perjalanan spiritualnya sering kali terlihat menimbulkan kontroversi. Bahkan gara-gara pencapaiannya ini, ia dihukum mati. Berbeda dengan al Bustami maupun an-Nifary. Dua sosok ini lebih hati-hati dalam mengungkapkan pencapaian-pencapaian spiritualitasnya. Walau begitu kesalahan pemahaman terhadap keduanya juga sering bermunculan.
Karya-karya an-Nifary
Terlepas dari itu semua, pemikiran tasawuf dengan sangat memukau. Tasawuf di kaji secara mendalam dengan argumentasi yang cerdas. Sufisme menjadi bahasa spiritual sekaligus ilmu pengetahuan. Melalui simbol-simbol tampak sekali perjalanan dan konsepnya tentang tasawuf. Meski dengan hati- hati, ia mampu menerjemahkannya dalam sebuah pola berfikir yang jitu.
Ada sebuah karyanya yang penting dan dapat dinikmati sampai sekarang. Kitab berjudul al Mawafiq wal Mukhthabat ( Posisi-Posisi dan Percakapan-Percakapan). Diakui banyak pengamat, karyanya ini sarat dengan simbol. Hasilnya bahasa-bahasa kiasan itu sering menimbulkan kontroversi. Dimungkinkan kalau tidak hati-hati akan menimbulkan pemaknaan yang salah.
Selanjutnya karya ini menjadi dua bagian penting. Namun keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Ada sebuah cerita menarik tentang karyanya ini. Menurut pendapat satu-satunya pemberi syarah karya an-Nifary, Afifuddin at-Tilmisani bahwa ia tidak menulis sendiri karyanya. An-Nifary hanya mendiktekan ide dan pengalaman spiritualnya pada sang anak. Atau ia hanya menulis dalam potongan-potongan kertas dan kemudian disusun kembali oleh putranya itu. Dimungkinkan kalau karyanya ditulis dan disusun sendiri akan lebih sempurna dan indah.
Dalam bagian pertama kitab ini diterangkan maqam, posisi atau tempat berdiri seseorang. Mawafiq yang merupakan jamak dari mauqif menunjukkan posisi seseorang dalam tingkatan spiritualitas. Posisi itu sendiri disebut waqfah. Menurutnya waqfah ini merupakan sumber ilmu. Tentang hal ini Dr.Fudholi Zaini menulis,” Waqfah adalah ruh dari ma’rifat, dan pada ma’rifat adalah ruh dari kehidupan. Pada waqfah telah tercakup di dalamnya ma’rifah, dan pada ma’rifah telah tercakup di dalamnya ilmu. Waqfah berada dibalik kejauhan ( al ab’ud ) dan kedekatan (al qurb), dan ma’rifah berada dalam kedekatan, dan ilmu ada dalam kejauhan. Waqfah adalah kehadiran Allah dan ma’rifah adalah ucapan Allah, dan ilmu adalah tabir Allah. Dengan demikian urutan dari besar ke kecil sebagai berikut: waqfah, ma’rifah dan ilmu.”
Proses penyaksiaan ini menjadi hal yang sangat pribadi. Bila orang mencapai maqam tinggi, perkataannya bisa menjadi sesuatu yang tidak jelas dan sulit dimengerti. Bahkan dalam beberapa hal sukar untuk dikomunikasikan. Maka dari itu an-Nifary memilih diam ketika melewati tahapan spiritualitasnya. Baginya kata-kata tidak pernah bisa menampung penglihatannya.
Dalam kitab ini juga diterangkan tentang ilmu dan amal perbuataan atau makrifat dengan ibadah. Ia mengatakan berpendapat hakekat ilmu adalah perbuatan. Hakekat perbuatan adalah keihlasan. Hakekat keikhlasan adalah kesabaran, dan hekekata kesabaran adalah penyerahan. Baginya hehekat tidak akan terbentuk kecuali dengan syariat. Demikian pula ide tidak akan terlaksana kalau tidak ada penerapan dan perbuatan. Makanya kerterkaitan antara syariat dan hakaket menjadi penting artinya.
Sedang dalam al Mukhathabat berisi kata-kata batin dan kata-kata yang Maha Kuasa dalam diri sang sufi. Di mana dalam posisi terakhir ini an-Nifary lebih memilih diam. Pengalaman ruhani yang luar biasa ini menimbulkan spontanitas yang membuatnya menjadi gagap. Menutut Dr.Fudholi Zaini, kitab al Mukhathabat ini biasanya diawali dengan ungkapan”Ya abd!” (Wahai hamba). Di tulis juga dalam kitab ini bahwa ilmu menempati posisi yang utama. Semua jalan menuju Tuhan harus lewat ilmu.
Tak salah kalau AJ Arberry memandang an-Nifary sebagai teoritikus ulung. Spiritualitas di tangannya bisa lebih dipahami. Dengan pengungkapan melalui bahasa sastra yang indah, beberapa pokok pandangan sufistiknya mengalir lancar. Sebagai ulama yang sangat memegang syariat, cara bertuturnyapun cenderung tidak melewati aturan. Emosi pengembaraan spiritual tergambar pelan-pelan menuju puncak Ilahiyah.
Kata-kata Bijak an-Nifary
Membaca ujaran-ujaran an-Nifary kita akan melihat cara pandangnya. Beberapa pemikirannya tentang ilmu, tabir sampai persaksian dengan Tuhan berhasil dijelaskan. Tidak ada kata yang meledak-ledak. Padahal simbol dan makna yang diungkapkannya kadang terasa aneh dan gelap. Berikut beberapa ujaran an-Nifary yang berhasil dihimpun oleh pengamat sufisme Margareth Smith sebagaimana ditulis dalam buku ujaran-ujaran dan Karyanya :
“ Keabadian melagukan pujian kepada-Ku dan ia adalah salah satu sifat-Ku yang wajib melakukan hal itu, dan telah Aku ciptakan dari pujiannya malam dan siang dan telah Aku buat keduanya dalam selubung-selubung yang merentang mengelilingi mata dan pikiran manusia, dan mengelilingi benak dan kalbu mereka. Malam dan siang adalah dua selubung yang saling merentangi semua yang telah Aku ciptakan, tetapi karena Aku telah memilihmu untuk Diri-Ku, telah Aku angkat kedua selubung itu agar kau bisa melihat Ku dan kau telah melihat Ku , karenanya berdirilah dihadapan Ku dan teruslah dalam penglihatan Ku, karena kau tidak akan terpisah oleh sesuatu yang tak mungkin megak dan serahkanlah hanya kepada Ku semua yang pernah Aku wujudkan kepadamu.”
Disamping itu juga ditulis,” Tuhan berkata kepadaku : “Tanyakan kepada-Ku dan katakan,” Duhai Tuhan , berapa lama aku harus berpegang teguh kepada Mu , agar ketika hari pembalasan tiba, engkau tidak menghukumku dengan hukuman Mu dan Engkau tidak berpaling dariku ?” Dan Aku akan berkata kepadamu ,” Berpegang teguhlah pada hukum agama (Sunah) dalam pengetahuan dan tindakan, dan perpegang teguhlah engkau pada ilmu yang telah Aku berikan kepadamu kedalam kalbumu, dan ketahuilah bahwa ketika Aku menjadikan diri Ku terlihat olehmu, Aku tidak akan menerima darimu dari apa yang datang kepadamu dari penjelmaan Ku yang terlihat untukmu, karena kepada kaulah Aku telah berbicara. Kau telah mendengarkan Ku, kau mengetahui bahwa kau mendengarkan Ku dan kau memahami bahwa semua benda berasal dari Ku”Sedang Dr.Fudholi Zaini menerjemahkan beberapa ujarannya sebagai berikut:
“Ia menghentikanku dalam posisi kebangggan dan berkata kepadaku: Akulah yang lahir dan tak ada yang tampak dariku. Dekatnya tak bisa memantauku dan wujudnya tak bisa menujukku. Akulah penyembunyi yang batin dan aku lebih tersembunyi darinya. Dalilnya tak bisa melacakku dan lorongnya tak sampai kepadaku.
Kebodohan itu tabirnya penglihatan dan ilmu juga tabirnya penglihatan. Akulah yang lahir tanpa tabir dan hijab, dan akaulah yang batin tanpa singkap. Siapa yang telah mengenal hijab maka ia akan segera menjelang singkap.” Selanjutnya ia menulis, “ Kedirian seorang waqif adalah diamnya. Kedirian seorang arif adalah ucapannya. Kedirian seorang alim adalah ilmunya.”
Itulah salah satu kalimat dari beberapa karya an-Nifary. kata-kata diatas menggambarkan pemaknaan yang cukup dalam tentang pengetahuan dan makrifat. tiap kali bertambah ilmu serta makrifat, semakin sedikitlah kata kata yang bisa diungkapkan. Yang ada hanya ketakjuban akan pesona keindahan dan kebesaran Sang segala keindahan.




from sufitik
jalantrabas
posted by Jalan trabas @ 18:13   0 comments
Suluk Wujil
1Inilah ceritera si WujilBerkata pada guru yang diabdinyaRatu WahdatRatu Wahdat nama gurunyaBersujud ia ditelapak kaki Syekh AgungYang tinggal di desa BonangIa minta maaf Ingin tahu hakikatDan seluk beluk ajaran agamaSampai rahasia terdalam
2Sepuluh tahun lamanya Sudah WujilBerguru kepada Sang WaliNamun belum mendapat ajaran utamaIa berasal dari MajapahitBekerja sebagai abdi rajaSastra Arab telah ia pelajariIa menyembah di depan gurunyaKemudian berkata Seraya menghormat Minta maaf
3“Dengan tulus saya mohon Di telapak kaki tuan Guru Mati hidup hamba serahkanSastra Arab telah tuan ajarkanDan saya telah menguasainyaNamun tetap saja saya bingungMengembara kesana-kemariTak berketentuan.Dulu hamba berlakon sebagai pelawakBosan sudah saya Menjadi bahan tertawaan orang
4Ya Syekh al-Mukaram! Uraian kesatuan hurufDulu dan sekarangYang saya pelajari tidak berbedaTidak beranjak dari tatanan lahirTetap saja tentang bentuk luarnyaSaya meninggalkan MajapahitMeninggalkan semua yang dicintaiNamun tak menemukan sesuatu apaSebagai penawar
5Diam-diam saya pergi malam-malamMencari rahasia Yang Satu dan jalan sempurnaSemua pendeta dan ulama hamba temui Agar terjumpa hakikat hidupAkhir kuasa sejatiUjung utara selatanTempat matahari dan bulan terbenamAkhir mata tertutup dan hakikat mautAkhir ada dan tiada
6Ratu Wahdat tersenyum lembut“Hai Wujil sungguh lancang kauTuturmu tak lazimBerani menagih imbalan tinggiDemi pengabdianmu padakuTak patut aku disebut Sang ArifAndai hanya uang yang diharapkanDari jerih payah mengajarkan ilmuJika itu yang kulakukanTak perlu aku menjalankan tirakat
7Siapa mengharap imbalan uangDemi ilmu yang ditulisnyaIa hanya memuaskan diri sendiriDan berpura-pura tahu segala halSeperti bangau di sungaiDiam, bermenung tanpa gerak. Pandangnya tajam, pura-pura suciDi hadapan mangsanya ikan-ikanIbarat telur, dari luar kelihatan putihNamun isinya berwarna kuning
8Matahari terbenam, malam tibaWujil menumpuk potongan kayuMembuat perapian, memanaskanTempat pesujudan Sang ZahidDi tepi pantai sunyi di BonangDesa itu gersangBahan makanan tak banyakHanya gelombang lautMemukul batu karangDan menakutkan
9Sang Arif berkata lembut“Hai Wujil, kemarilah!”Dipegangnya kucir rambut WujilSeraya dielus-elusTanda kasihsayangnya“Wujil, dengar sekarangJika kau harus masuk nerakaKarena kata-katakuAku yang akan menggantikan tempatmu”…
11“Ingatlah Wujil, waspadalah!Hidup di dunia iniJangan ceroboh dan gegabahSadarilah dirimu Bukan yang HaqqDan Yang Haqq bukan dirimuOrang yang mengenal dirinyaAkan mengenal TuhanAsal usul semua kejadianInilah jalan makrifat sejati”
12Kebajikan utama (seorang Muslim)Ialah mengetahui hakikat salatHakikat memuja dan memujiSalat yang sebenarnyaTidak hanya pada waktu isya dan maghribTetapi juga ketika tafakurDan salat tahajud dalam keheninganBuahnya ialah menyerahkan diri senantiasaDan termasuk akhlaq mulia
13Apakah salat yang sebenar-benar salat?Renungkan ini: Jangan lakukan salatAndai tiada tahu siapa dipujaBilamana kaulakukan jugaKau seperti memanah burungTanpa melepas anak panah dari busurnyaJika kaulakukan sia-siaKarena yang dipuja wujud khayalmu semata
14Lalu apa pula zikir yang sebenarnya?Dengar: Walau siang malam berzikirJika tidak dibimbing petunjuk TuhanZikirmu tidak sempurnaZikir sejati tahu bagaimanaDatang dan perginya nafasDi situlah Yang Ada, memperlihatkanHayat melalui yang empat15Yang empat ialah tanah atau bumiLalu api, udara dan airKetika Allah mencipta AdamKe dalamnya dilengkapiAnasir ruhani yang empat:Kahar, jalal, jamal dan kamalDi dalamnya delapan sifat-sifat-NyaBegitulah kaitan ruh dan badanDapat dikenal bagaimanaSifat-sifat ini datang dan pergi, serta ke mana
16Anasir tanah melahirkanKedewasaan dan keremajaanApa dan di mana kedewasaanDan keremajaan? Dimana letakKedewasaan dalam keremajaan?Api melahirkan kekuatanJuga kelemahanNamun di mana letakKekuatan dalam kelemahan?Ketahuilah ini17Sifat udara meliputi ada dan tiadaDi dalam tiada, di mana letak ada?Di dalam ada, di mana tempat tiada?Air dua sifatnya: mati dan hidupDi mana letak mati dalam hidup?Dan letak hidup dalam mati?Kemana hidup pergiKetika mati datang?Jika kau tidak mengetahuinyaKau akan sesat jalan
18Pedoman hidup sejatiIalah mengenal hakikat diriTidak boleh melalaikan shalat yang khusyukOleh karena itu ketahuilahTempat datangnya yang menyembahDan Yang DisembahPribadi besar mencari hakikat diriDengan tujuan ingin mengetahuiMakna sejati hidup Dan arti keberadaannya di dunia 19Kenalilah hidup sebenar-benar hidupTubuh kita sangkar tertutupKetahuilah burung yang ada di dalamnyaJika kau tidak mengenalnyaAkan malang jadinya kauDan seluruh amal perbuatanmu, WujilSia-sia semataJika kau tak mengenalnya.Karena itu sucikan dirimuTinggalah dalam kesunyianHindari kekeruhan hiruk pikuk dunia
20Keindahan, jangan di tempat jauh dicariIa ada dalam dirimu sendiriSeluruh isi jagat ada di sanaAgar dunia ini terang bagi pandangmuJadikan sepenuh dirimu CintaTumpukan pikiran, heningkan ciptaJangan bercerai siang malamYang kaulihat di sekelilingmuPahami, adalah akibat dari laku jiwamu!
21Dunia ini Wujil, luluh lantakDisebabkan oleh keinginanmuKini, ketahui yang tidak mudah rusakInilah yang dikandung pengetahuan sempurnaDi dalamnya kaujumpai Yang AbadiBentangan pengetahuan ini luasDari lubuk bumi hingga singgasana-NyaOrang yang mengenal hakikatDapat memuja dengan benarSelain yang mendapat petunjuk ilahiSangat sedikit orang mengetahui rahasia ini22Karena itu, Wujil, kenali dirimuKenali dirimu yang sejatiIngkari bendaAgar nafsumu tidur terlenaDia yang mengenal diriNafsunya akan terkendaliDan terlindung dari jalanSesat dan kebingunganKenal diri, tahu kelemahan diriSelalu awas terhadap tindak tanduknya
23Bila kau mengenal dirimuKau akan mengenal TuhanmuOrang yang mengenal TuhanBicara tidak sembaranganAda yang menempuh jalan panjangDan penuh kesukaranSebelum akhirnya menemukan dirinyaDia tak pernah membiarkan dirinyaSesat di jalan kesalahanJalan yang ditempuhnya benar
24Wujud Tuhan itu nyataMahasuci, lihat dalam keheninganIa yang mengaku tahu jalanSering tindakannya menyimpangSyariat agama tidak dijalankanKesalehan dicampakkan ke sampingPadahal orang yang mengenal TuhanDapat mengendalikan hawa nafsuSiang malam penglihatannya terangTidak disesatkan oleh khayalan
25Diam dalam tafakur, WujilAdalah jalan utama (mengenal Tuhan)Memuja tanpa selang waktuYang mengerjakan sempurna (ibadahnya)Disebabkan oleh makrifatTubuhnya akan bersih dari nodaPelajari kaedah pencerahan kalbu iniDari orang arif yang tahuAgar kau mencapai hakikatYang merupakan sumber hayat
36Wujil, jangan memujaJika tidak menyaksikan Yang DipujaJuga sia-sia orang memujaTanpa kehadiran Yang DipujaWalau Tuhan tidak di depan kitaPandanglah adamuSebagai isyarat ada-NyaInilah makna diam dalam tafakurAsal mula segala kejadian menjadi nyata
38Renungi pula, Wujil!Hakikat sejati kemauanHakikatnya tidak dibatasi pikiran kitaBerpikir dan menyebut suatu perkaraBukan kemauan murniKemauan itu sukar dipahamiSeperti halnya memuja TuhanIa tidak terpaut pada hal-hal yang tampakPun tidak membuatmu membenci orangYang dihukum dan dizalimiSerta orang yang berselisih paham
39Orang berilmuBeribadah tanpa kenal waktuSeluruh gerak hidupnyaIalah beribadahDiamnya, bicaranyaDan tindak tanduknyaMalahan getaran bulu roma tubuhnyaSeluruh anggota badannyaDigerakkan untuk beribadahInilah kemauan murni
40Kemauan itu, Wujil!Lebih penting dari pikiranUntuk diungkapkan dalam kataDan suara sangatlah sukarKemauan bertindakMerupakan ungkapan pikiranNiat melakukan perbuatanAdalah ungkapan perbuatanMelakukan shalat atau berbuat kejahatanKeduanya buah dari kemauan


Sunan Bonang

jalantrabas
posted by Jalan trabas @ 18:11   0 comments
Sunan Panggung/Syekh Malang Sumirang
Sunan panggung/syekh malang sumirang ,yang memiliki nama asli raden watiswara,diperkirakan hidup antara tahun 1483-1573 m. beliau putra dari sunan kalijaga hasil perkawinan dari siti zaenab saudara sunan gunungjati.menurut babab jalasutra sebelum di jatuhi hukuman bakar hidup-hidup, ia memiliki istri wasi bagena dari jatinom klaten yang masih cucu brawijaya 8.
Kepribadian sunan panggung sangatlah unik.beliau memiliki lelewa (tingkah laku) mirip ayahnya yang menjadi wali nyentrik sunan kalijaga. dan berguru kepada syekh siti jenar,Sunan kalijaga , dan sangat menghormati ayah andanya dan gurunya yg terkenal wali nyentrik di tanah jawa.semula beliau dikirim raden patah ke pengging untuk menjadi mata-mata. namun beliau justru tertarik dengan ajaran-ajaran syekh siti jenar dan menjadi pengikut setianya.
Karena sikapnya itu ia mendapatkan peringatan keras dari dewan wali sanga, kecuali ayahnya sendiri sunan kalijaga, yang tetap membiarkan anaknya mengikuti syekh siti jenar (hal ini bisa di maklumi karena paham teologi-sufi sunan kalijaga dan syek siti jenar sama.hanya penyampaianya saja yang berbeda). peringatan keras dari pihak demak dan dewan wali tidak digubras oleh sunan panggung .karena dalam hal ini beliau sudah membuktikan sendiri melalui laku dan perjalanan spiritualnya ,tentang ajaran syekh siti jenar dan bisa membedakan dengan ajaran syar'iyah pada waktu itu. yang hanya menuntut diberlakukan syar'i dan maknanya.maka akidah yang beliau ikuti adalah penyatuan dengan tuhan/ilmu makrifat yang sesuai dengan ajaran syekh siti jenar.syariat yang beliau jalankan adalah sholat daim,dan cara penyebaran ajaranya adalah secara terbuka,untuk umum,tidak ada yang di rahasiakan.dan tidak menganggap orang laen lebih bodoh darinya, sehingga setiap orang selalu bebas untuk memperoleh kesempatan mendapat ilmu agama jenos apapun.
Sampailah suatu saat ,terjadinya tragedi dihukumnya guru agungnya syekh siti jenar. sunan panggung marah besar .sebab parawali menjatuhkan hukuman sadis kepada orang yang tidak berdosa.untuk itu ia mengatur strategi dan siasat, setelah belajar dari dua kasus pendahulunya yang dihukum mati yaitu ki ageng penging dan gurunya syekh siti jenar.
Sunan Panggung mendirikan paguron lemah abang di pengging.dan beliau berhasil merekrut siswa yang sangat banyak .bahkan kyai yang semula di kader oleh dewan walisanga yang di doktrin untuk menyingkirkan ajaran syekh siti jenar ,justru menjadi murid setia sunan panggung.
Selain itu,sunan panggung berprilaku aneh cara memperingatkan dewan walisanga .sebagai balasan atas arogansi dewan walisanga. sunan panggung kemudian melakukan tindakan balasan yang bersifat melecehkan dewan walisanga . dengan cara memelihara dua ekor anjing yang di peliharanya sejak kecil , yang di berinama
ki tokid(tauhid) dan ki iman.kemudian anjing itu di ajak berlari-lari mengelilingi masjid jami' ,sambil bergurau.
Tindakan ini di samping menggambarkan pendapat al hallaj.agar nafsu hewan di buang ke luar dari jiwa manusia.juga sekali9us menunjukkan kepada dewan wali sanga dan penguasa demak,bahwa anjing tersebut juga beriman dan bertauhid kepada allah .dan anjing tidak menjalani kehidupan kehendaknya sendiri seperti kebanyakan manusia . yang di balut dengan alasan keagamaan .padahal agama itu hanya berdasarkan tafsir nalar dan dasar hukum syara' yang dhohir.
Karna perguruan sunan panggung di anggap membahayakan oleh dewan wali dan demak khususnya.karna ajaran yang dulu pernah dilarang .kini malah di hidupkan kembali.untuk itu penguasa dan dewan wali mengadakan sidang untuk mengambil tindakan untuk sunan panggung. dari hasil sidang di sepakatati bahwa pemanggilan kepada sunan panggung harus dengan cara halus dan diundang untuk memecahkan masalah pemerintahan.jika sudah hadir ,maka dewan wali membujuk ,untuk menutup perguruannya dan bergabung dengan dewan wali.termasuk mematuhi konsep keagamaan yang sudah di gariskan kerajaan demak.selain itu juga di sepakati ,agar penghukuman terhadap sunan panggung jangan sampai memunculkan kehebohan sebagaimana pendahulunya.yakni agar sunan panggung di bakar hidup-hidup,dan tempatnya langsung disediakan di alun-alun sebelum sunan panggung datang.
. Sunan panggung diundang oleh pihak kerajaan.dan akhirnya sunan panggung menyanggupi undangan tersebut bersama utusan dari pihak demak.sunan panggung beragumentasi ,bahwa inilah saat yang tepat untuk mengkritik model dan materi dakwah ,serta arogansi agama syar'i yang di jalankan pihak demak .
Sunan panggung datang kedemak di sertai dua anjingnya .sesampai di alun-alun, ia melihat tumpukan kayu yang di siram minyak . sunan panggung sudah menduga siasat penguasa demak yang akan di lakukan padanya .namun sunan panggung sudah berketatapan hati untuk mengahadapi apapun yang terjadi .

Setelah matahai sebesar kemiri condong ke barat, Gunung Muria merendah, Alun-alun Demak menjulang, orang-orang masih berdesakan. Mereka tak percaya sesuatu yang terlihat oleh mata, Malang Sumirang raganya tidak tersentuh oleh amukan api. Sang tanur menjadi mahligai elok berhias permai dikelilingi pertamanan. Bertabur kembang lengkap dengan hamparan mutiara. Busana dari surga yang teramat wangi harum semerbak laksana busana Nabi Ibrahim yang diturunkan dari surga."Lihat! Sunan tidak terbakar. Bisa mati di dalam hidup, dan hidup dalam mati.""Memancar cahaya kemilau dan bau harum semerbak."Orang-orang berguman dalam hati, Malang Sumirang diuji dengan dibakar hidup-hidup, tetapi terus hidup. Dalam semarak amukan api, Malang Sumirang menulis suluk dengan pembuka Dhandhanggula. Malang Sumirang telah menaiki burung Sadrah kerena begitu mendalamnya rindu dalam pencarian ilmu kesejatian hidup yang sempurna.Malang Sumirang nyata lahir batinnya keliputan sanyata wali, mulia pikirannya tiada batas jadi barang yang diinginkannya sempurna sampai hakikat rasa puncaknya ilmu. Ilmu sejati rasa yang meliputi rasa. Rasa yang sejati.Sejatinya rasa. Bukan rerasan yang diucapkan, bukan rasa yang ke enam, bukan pula rasa yang tercecap di lidah. Bukan rasa yang terbersit di hati, bukan rasa yang ciptakan, bukan pula rasa yang dirasakan tubuh. Bukan rasa yang dirasakan suara dan bukan pula rasa kenikmatan dan derita sakit. Sejatinya rasa yang meliputi rasa, rasa pusarnya rasa.Para wali yang telah menjatuhkan hukuman mati dengan dibakar hidup-hidup, hanya terbengong. Sunan Kudus, kemenakannya, menjadi limbung. Bingun melihat kenyataan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Para wali telanjur menghukum Malang Sumirang, karena dituduh telah menyebarkan ilmu sesat.Gemar memelihara anjing dan dilatih untuk menurut sampai mengerti bahasa manusia. Tidak saja menghindari shalat di masjid, malah sering mencemari masjid membawa anjing piaraan, binatang yang sangat jorok, liurnya najis.Jalan yang ditempuh Malang Sumirang "alan kegilaan", Tariq Majnun Rabbani. Gila karena tergila-gila kepada Tuhan. Linglang-linglung lupa daratan, terbenam senang dalam nikmat dahsyat. Kegilaannya itu pada mulanya ditujukan oleh ketidaktifannya sendiri, sikap acuh tak acuh pada hukum. Para wali menunduh Malang Sumirang telah menyingkir dari ajaran agama, tata syariat dilalaikan.Para santrinya malah menyebutnya, Sunan Panggung. Sunan yang hidup di tengah hutan dengan pohon-pohon berbatang besar, pang-gung atau cabang besar. Sunan, Susuhunan, Susunan, atau Sinuhun, "Dia yang Dijunjung". Gelar ini sesungguhnya khusus untuk hierarki wali Islam yang memiliki wilayah perdikan dan sebutan bagi penguasa tertinggi Mataram. Para santrinya sangat menghormati, tunduk dengan segala perintah dan mengikuti semua ajarannya. Para santri diajari mencari kehidupan yang sempurna, kesempurnaan yang benar-benar sempurna."Manusia tidak lain hanyalah jasad-jasad mati yang dipenuhi oleh nafsu lauwamah, amarah, sufiah dan mutmainah. Kita lepaskan nafsu-nafsu itu karena di tengah-tengah nafsumu bertakhta sirr atau rahasia yang tersembunyi, roh dalam jiwa, kesempurnaan yang benar-benar sempurna.""Inggih, Sunan.""Wayang dan bayangan harus menyatu dalam satu jiwa. Roh dalam jiwa memainkan mahkluk-makhluk atas kehendak-Nya.""Inggih, Sunan.""Sejatinya yang memerintah kita bukanlah tubuh kita, tetapi roh dalam jiwa.""Inggih, Sunan.""Seperti Kresna yang memerintah kerajaan, hakikatnya bukan Kresna. Tetapi Kresna Dwarawati. Kresna yang di dalamnya bertakhta roh Wisnu. Kresna titisan Wisnu.""Inggih, Sunan.""Bebaskan roh kalian dari ikatan hukum-hukum yang menghalangi kebebasan roh yang menuju dan menyatu dengan Tuhan.""Inggih, Sunan.""Hakikat hidup abadi baru dimulai sesudah mati."Mendengar kalimat terakhir, para santri secara serentak tiba-tiba memukuli dirinya sendiri. Menyiksa dirinya sendiri, membentur-benturkan kepalanya di sembarang tempat sambil berteriak, "Aku ingin mati....aku ingin mati!""Aku ingin bunuh diri!"Desa Ngundung, daerah tempat tinggal Malang Sumirang, menjadi gempar. Para santri Malang Sumirang mencari mati. Mencari orang yang mau menolong untuk membunuhnya. Semua orang diteror agar penduduk menjadi marah, ini suatu jalan untuk mencari kematian. Melihat tingkah santri-santrinya, Malang Sumirang menjadi bingung, dia berlarian mengejar dan memanggil para santri, sambil berteriak, "Bunuh diri dosa besar!"Teriakan Malang Sumirang, menghentikan polah dan perilaku para santri. Secara serentak para santri menghambur mendekati Malang Sumirang dan berlutut mengelilingi. Para santri merunduk dan terdiam, suasana menjadi hening. Beberapa saat setelah larut dalam diam, Malang Sumirang mengajak santri-santri melepaskan roh dari badannya.Kesengsaraan dunia ini tidak lain suatu kegilaan, orang-orang mencari kebutuhan badaniah tanpa memperhatikan kebutuhan rohani. Orang-orang mencari kenikmatan, namun hanya penderitaan yang dijumpai. Manusia bingung karena tidak mengenal dirinya sendiri, karena dijadikan buta oleh hawa nafsu.Mencari ilmu suci tidak mungkin diperoleh dengan alat panca indra, karena sifatnya yang kotor, najis dan palsu. Kebaruan adalah kepalsuan, kekotoran dan kenajisan, yang segera hancur bersama-sama tibanya ajal. Hidup sesudah lahir adalah kebaruan maka itu palsu, najis, dan kotor. Hidup sesudah kelahiran adalah kematian yang sesungguhnya.Kedaaan kematian itulah yang membuat manusia tidak bisa bebas dari nafsu, kebohongan, kebutuhan kekuasaan, makan, minum, bahkan shalat, puasa, zakat, haji. Kembalinya manusia ke asal dari mana ia lahir, sesudah ajal tiba nantilah hidup yang sesungguhnya, ketika manusia tidak lagi membutuhkan apa pun, termasuk keinginan, karena keinginan adalah awal dari kesengsaraan.Di mata Malang Sumirang para wali telah keliru memanjakan pemerintahan yang tidak adil, menindas dan korup. Makna tidak memiliki kekayaan apa-apa dalam bahasan dan perenungan tanpa adanya pemikiran. Syeh Siti Jenar, sebuah perlawanan terhadap para wali yang mendukung Demak.Maka oleh penguasa ajaran Syeh Siti Jenar dianggap bukan hanya sesat tetapi juga mengganggu ketenteraman masyarakat dan mengancam stabilitas kerajaan Raden Patah. Karena gagal membujuk, atas nama Raja Demak, Dewan Agama menetapkan hukuman mati bagi Siti Jenar."Berbadan roh". Malang Sumirang berguman seperti mendengung. Para santri menirukan apa yang diucapkan Malang Sumirang secara bersama dan berulang seperti berzikir."Berbadan roh""Aku bukan Siti Jenar, aku Malang Sumirang, kesempurnaan yang benar-benar sempurna. Para wali mengajarkan hukum syar'i, tetapi tidak memahami lambang-lambang."Para santri tenggelam dalam ekstase kegilaan, jagad suwung, angin seperti berhenti berembus lari ke awang-awang dan uwung-uwung. Jagad menjadi pertapaan sunyata, bumi resah! Malang Sumirang mencari ilmu kesejatian. Berguru pada Sunan Giri Prampen, tatkala diajari ilmu sejati, usianya baru tujuh belas tahun. Sejak saat itu sering menyiksa raga, bertapa. Malang Sumirang mengaku berbadan rohani. Para wali menyebut Malang Sumirang sebagai orang yang tidak senonoh, tak pantas, dan anarkis, bahkan teroris, menjadi simbol antitatanan.Pengakuan Malang Sumirang dan perilaku santri-santrinya membuat para wali geram. Para wali menuduh Malang Sumirang mewariskan suluk liar mengingkari semua tatanan atas nama anarki jalan kegilaan. Menyingkap tabir rahasia, menyurat yang tersembunyi.Setelah mempertimbangkan pendapat para wali Sultan Demak, memutuskan Malang Sumirang dihukum dengan dibakar, pati obong, di Alun-alun Demak. Mendengar keputusan majelis para wali Malang Sumirang tidak menampakan ketakutan, bahkan menantang keponanakannya, Sunan Kudus, untuk segera menyalakan unggun.Sebelum berjalan menuju api pembakaran, Malang Sumirang minta disediakan tinta dan kertas dua bendel. Sultan Demak dan para wali semakin bingung, permintaan Malang Sumirang sangat aneh.Malang Sumirang berjalan menuju api pembakaran, tidak ada kata lain yang terucap dari mulutnya selain kata, kebenaran. Api membubung ke angkasa, Malang Sumirang bergegas naik ke atas unggun dan dua anjingnya yang setia mengikuti, terjun ke dalam api.Matahari semakin mengecil, Gunung Muria kembali menyembul, angin bergegas dari awang-awung dan uwung-uwung melintasi Alun-alun Demak. Kobaran api semakin menggila, Malang Sumirang tidak tersentuh amukan api."Lihat! Di dalam api dengan enaknya Sunan menulis. Api terus menjilat, menyala lama namun Sunan tetap tenteram seakan bernaung di kolam bening. Raganya tak mempan amukan api."" Ya, seperti Sinta...'"Seperti Nabi Ibrahim..."Orang-orang terperanjat dan mundur beberapa langkah melihat dua sosok keluar dari amukan api. Dua anjing Malang Sumirang keluar dari unggun membawa lembaran kertas yang telah tertulis suluk Seh Malang Sumirang. Lembaran kertas itu dibagikan pada semua yang ada di Alun-alun Demak, termasuk para wali, Sultan Demak dan para petinggi kerajaan lain.Beberapa saat ketika orang-orang belum selesai membenahi keterperanjatannya, Malang Sumirang keluar dari api unggun. Seluruh tubuh dan baju yang dikenakan tidak ada tanda-tanda tersentuh oleh jilatan api. Orang-orang semakin takjub, berusaha menahan kedipan mata."Walaupun dituturkan sampai capai, ditunjukkan jalannya, sesungguhnya dia tidak memahami karena hanya sibuk menghitung dosa-dosa kecil yang diketahui. Tentang hal kufur-kafir yang ditolaknya itu, bukti bahwa ia adalah orang yang masih mentah pengetahuannya.Walaupun tidak pernah lupa sembahyang, puasanya dapat dibangga-banggakan tanpa sela, tapi ia terjebak menaati yang sudah ditentukan Tuhan. Sembah puji puasa yang ditekuni, membuat orang justru lupa akan sangkan paran. Karena itu, ia lebih konsentrasi melihat dosa-dosa besar-kecil yang dikhawatirkan, dan ajaran kufur-kafir yang dijauhi justru membuatnya bingung.Tidak ada dulu dinulu. Tidak merasa, tidak menyentuh. Tidak saling mendekati sehingga buta orang itu. Takdir dianggap tidak terjadi, salah-salah menganggap ada dualisme antara Maha Mencipta dan Maha Memelihara ".Suluk Seh Malang Sumirang tercipta dari amukan api yang tiada mampu menyentuh jasad Malang Sumirang. Suluk sang sufi gila, sosok antitatanan yang tidak terjangkau poros kekuasaan. Malang Sumirang mewariskan suluk liar mengingkari semua tatanan. Menyingkap tabir rahasia, menyurat yang tersembunyi. Suluknya lebih tajam dari pedang Sultan Demak..."...Manusia, sebelum tahu maknanya Alif, akan menjadi berantakan...Alif menjadi panutan sebab huruf, Alif adalah yang pertama. Alif itu badan idlafi sebagai anugerah. Dua-duanya bukan Allah. Alif merupakan takdir, sedangkan yang tidak bersatu namanya alif lapat. Sebelum itu jagad ciptaan-Nya sudah ada. Lalu Alif menjadi gantinya, yang memiliki wujud tunggal. Ya, tunggal rasa, tunggal wujud. Ketunggalan ini harus dijaga betul sebab tidak ada yg mengaku tingkahnya. Alif wujud adalah Yang Agung. Ia menjadi wujud mutlak yg merupakan kesejatian rasa. Jenis ada lima, yaitu alif mata, wajah, niat jati, iman, syariat.Allah itu penjabarannya adalah Zat yang Maha Mulia dan Maha Suci. Allah itu sebenarnya tidak ada lain, karena kamu itu Allah. Dan Allah semua yang ada ini, lahir batin kamu ini semua tulisan merupakan ganti Alif. Allah itulah adanya.Alif penjabarannya adalah permukaan pada penglihatan, melihat yang benar-benar melihat. Adapun melihat Zat itu, merupakan cermin ketunggalan sejati menurun kepada kesejatianmu.Cahaya yang keluar, kepada otak keberadaan kita di dunia ini merupakan cahaya yang terang-benderang, itu memiliki seratus dua puluh tujuh kejadian. Menjadi penglihatan dan pendengaran, napas yang tunggal, napas kehidupan yang dinamakan Panji. Panji bayangan zat yang mewujud pada kebanyakkan imam. Semua menyebut zikir sejati, laa ilaaha illallah." *)Sultan Demak dan para wali tercengang, membaca keelokan suluk Malang Sumirang, elok susah untuk kisahkan. Sultan Demak membisik pada Sunan Kudus menyarankan Malang Sumirang, untuk menyingkir dan menjauh dari Negeri Demak.Dengan langkah ragu, Sunan Kudus mendekat Malang Sumirang. Berusaha menyembunyikan Wajahnya yang nampak pucat, Sunan Kudus berkata sambil menunduk, "Paman telah terbukti benar sungguh benar tanpa batas di dunia tiada tara di seluruh ciptaan. Paman tercipta sempurna, jiwa-raga titis terus tertembus sempurna nyata sunyata. Namun Paman, jagalah derajat agama, hormatilah batasnya, singkirkan kesalahan, patuhlah pada syariat untuk menjaga makna.''Dalam tatanan yang menata negeri aturan agama bertakhta dengan syariat. Lebih baik Paman jauh dari negeri. Jangan sampai membawa kekacauan dengan pembangkangan. Menguraikan ikatan menjarangkan pagar, memecahkan baris, merobohkan bendera. Kemanapun Paman pergi, padepokan mana yang pantas ditempati, tempat keramat mana yang menjadi pilihan, adalah kewajiban negeri melengkapi apa yang harus dilengkapi."Malang Sumirang tak gimir dengan tawaran pertapa yang mewah. Malang Sumirang memilih pergi ke hutan angker, Kalampisan, tempat wingit, sunyi, jauh dari manusia. Para wali hanya bisa menggelengkan kepala tanpa suara.Matahari telah surup orang-orang hanya terbengong melihat Malang Sumirang meninggalkan Alun-alun Demak. Malang Sumirang pergi meninggalkan teka-teki, sufi gila antitatanan memiliki keberanian yang tak tertundukan oleh kekuasaan. Mengungkap rahasia kesempurnaan yang benar-benar sempurna. Tetapi sejarah selalu berpihak pada penguasa. dan akhirnya sunan pangung meneruskan perjalananya kearah utara dan kemudian beliau menetap di kendal (kabupaten kendal jateng) memperkuat tugas dakwah yang sudah di lakukan oleh syekh abdullah/sunan katong/sunan gembyang. di daerah ini sunan panggung di kenal dengan nama syekh wali jaka, karena sejak kedatanganya di kendal , walau sebenarnya sudah beristri , tidak nampak memiliki istri dan anak setelah wafat menurut babad semarang beliau di semayamkan di depan masjid kendal.

carilah kebenaran dengan hati
carirah hakiki dari agama
insya allah pasti engkau akan tau
makna sejati
bukan agama sebagai pemuas hawa nafsu
carilah diri sejatimu sebelum
engkau berbicara soal ketuhanan
jangan jadi orang sok suci
karna kesucian adalah milik
orang yang mengenal kesucian itu sendiri

Tahukah anda ??"waktu sholat merupakan pilihan waktu sesungguhnya berangkat dari ilmu yang hebat.mengertikah anda sholat dhuhur mengapa empat roka"at? Itu disebabkan kita manusia di ciptakan dengan dua kaki dan dua tangan. sedangkan sholat ashar empat raka"at juga, adalah kejadian bersatunya bersatunya dada dengan telaga alkautsar dengan punggung kanan dan kiri. sholat maghrib itu tiga raka"at,karena kita memiliki dua lubang hidung ,dan satu lubang mulut . adapun sholat isya" menjadi empat raka"at karena adanya dua telinga dan dua mata .adapun sholat shubuh, mengapa dua raka"at adalah perlambang kejadian badan dan nyawa roh kehidupan .sedangkan sholat tarawih adalah sunnah muakad yang tidak di tinggalkan dua raka"atnya oleh yang melakukan, menjadi perlambang tumbuhnya alis kanan dan kiri.

Adapun yang lima , bahwa masing-masing berbeda-beda yang memilikinya. sholat shubuh yang memiliki adalah nabi adam as, ketika di turunkan dari surga mulia .terpisah dengan istrinya hawa menjadi sedih karena tidak ada kawan. lalu ada wahyu melalui malaikat jibril yang mengemban perintah tuhan kepada nabi adam as, "terimalah cobaan tuhan, sholat shubuhlah dua raka"at.maka nabi adam as pun siap melaksanakanya.ketikan nabi adam as melaksanakan sholat shubuh pada pagi harinya ,ketika salam. telah mendapati istrinya berada di belakangnya,sambil menjawab salam ... sholat dhuhur di maksudkan ketika kanjeng nabi ibrahim as pada zaman kuno mendapat cobaan besar, di masukkan kedalam api hendak di hukum bakar .ketika itu nabi ibrahim mendapat wahyu ilahi, di suruh melaksanakan sholat dhuhur empat raka"at. nabi ibrahim as melaksanakan sholat api seketika padam saat itu juga ..... adapun sholat ashar, di maksudkan ketika nabi yunus as sedang naik dimakan ikan besar. nabi yunus as merasa kesusahan ketika berada di dalam perut ikan. Waktu terdapat wahyu illahi.Nabi yunus as di perintahkan sholat ashar empat raka"at. nabi yunus as segera melaksanakanya, dan ikan itu tidak mematikanya .malah ikan itu mati, kemudian nabi yunus as keluar dari perut ikan....sedangkat sholat maghrib pada zaman kuno yang memulai adalah nabi nuh as .ketika musibah banjir bandang sejagad ,nabi nuh as bertaubat merasa bersalah .dia diterima tobatnya di suruh sholat maghrib tiga raka"at. setelah nabi nuh as melakukan sholat maghrib banjir pun surut seketika. .... dan sholat isya sesungguhnya yang memulai nabi isa as ketika kalah perang melawan raja harkiya/raja herodes semua kaumnya bingung tidak tau utara,selatan,barat,timur dan tengah. nabi isa as merasa susah, dan tidak lama kemudian datang malaikat jibril membawa wahyu dengan uluk salam .nabi isa as diperintah melaksanakan sholat isya. nabi isa as menyanggupinya ,dan semua kaumnya mengikutinya ,dan malaikat jibril berkata ,"aku akan membalaskan kepada pendeta balhum">
wallahualam
jalantrabas



posted by Jalan trabas @ 16:19   2 comments
Sunday 27 July 2008
Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan
Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan penyebar tasawuf di Jawa Barat
Thariqat Syathariyah di Asia Tenggara pada peringkat awal dilakukan oleh Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri di Aceh dan Syeikh Abdul Mubin bin Jailan al-Fathani di Pattani.
Syeikh Abdur Rauf mempunyai beberapa orang murid sebagai kadernya yang terkenal, di antara mereka ialah; Syeikh Burhanuddin Ulakan di Minangkabau, Syeikh Abdul Malik di Terengganu, dan ramai lagi, termasuklah Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan yang akan dibicarakan ini.
Ulama ini cukup terkenal dalam percakapan lisan di Jawa Barat, terutama sekali mengenai keramat-keramatnya. Bahan mentah yang berupa cerita lisan masyarakat yang bercorak mitos atau legenda atau dongeng yang berbagai-bagai versi penyampaiannya lebih banyak diperoleh, jika dibandingkan dengan berupa bahan yang bertulis. Walau bagaimanapun, ada tiga buah manuskrip, iaitu nombor kelas LOr.7465, LOr 7527 dan LOr.7705, di Muzium Negeri Belanda dikatakan bahawa adalah karya Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan.
Sewaktu penulis melanjutkan tugasan mengkatalogkan manuskrip yang tersimpan di Muzium Islam Pusat Islam (BAHAEIS), 1992, maka pada manuskrip nombor kelas MI 839 di beberapa tempat ada menyebut nama Syeikh Abdul Muhyi Karang Pamijahan, seolah-olah naskhah itu dinuqil daripada ajaran ulama sufi yang tersebut. Naskhah ditulis dalam bahasa Melayu dan disalin di Pulau Pinang. Selain itu, penulis juga mempunyai sebuah karya Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan, juga dalam bahasa Melayu, yang membicarakan Martabat Tujuh.
ASAL USUL DAN PENDIDIKAN
Syeikh Haji Abdul Muhyi adalah salah seorang keturunan bangsawan. Ayahnya bernama Sembah Lebe Warta Kusumah, adalah keturunan raja Galuh (Pajajaran). Abdul Muhyi lahir di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada 1071 H/1660 M dan wafat di Pamijahan, Bantarkalong, Tasikmalaya, Jawa Barat, 1151 H/1738 M. Abdul Muhyi dibesarkan di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Pendidikan agama Islam pertama kali diterimanya daripada ayahnya sendiri dan kemudian daripada para ulama yang berada di Ampel. Dalam usia 19 tahun, ia berangkat ke Aceh untuk melanjutkan pendidikannya dan belajar dengan Syekh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri. Lebih kurang enam tahun lamanya Syeikh Abdul Muhyi belajar dengan ulama besar Aceh itu, iaitu dalam lingkungan tahun 1090 H/1679 M-1096 H/1684 M.
Tahun pembelajaran Syeikh Abdul Muhyi di Aceh kepada Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri itu, kita dapat membandingkan dengan tahun pembelajaran Syeikh Burhanuddin Ulakan yang dipercayai termasuk seperguruan dengannya.
Syeikh Burhanuddin Ulakan yang berasal dari Minangkabau itu belajar kepada Syeikh Abdur Rauf al-Fansuri bermula pada 1032 H/1622 M, tetapi tahun ini tetap masih dipertikaikan kerana riwayat yang lain menyebut bahawa ulama yang berasal dari Minangkabau itu dilahirkan pada tahun 1066 H/1655 M.
Maka kita perlu membandingkan dengan tahun kelahiran Syeikh Yusuf Tajul Khalwati dari tanah Bugis-Makasar, iaitu 1036 H/1626 M, selanjutnya keluar dari negerinya menuju ke Banten 1054 H/1644 M, seterusnya ke Aceh belajar kepada Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri juga. Selain itu, dapat juga kita bandingkan dengan tahun kehidupan Syeikh Abdul Malik (Tok Pulau Manis) Terengganu, iaitu tahun 1060 H/1650 M hingga tahun 1092 H/1681 M; Semua ulama yang tersebut dikatakan adalah murid Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri. Banyak pula ulama bercerita bahawa semua mereka termasuk Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan adalah bersahabat.
Dengan perbandingan-perbandingan tahun tersebut, dapat kita ketahui bahawa tahun-tahun itu masih bersimpangsiur, masih sukar untuk ditahqiqkan. Yang sahih dan tahqiq hanyalah mereka adalah sebagai murid Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri di Aceh. Yang lebih menarik lagi, bahawa semua mereka, kecuali Syeikh Burhanuddin Ulakan, diriwayatkan sempat belajar ke luar negeri ke Mekah, Madinah, Baghdad dan lain-lain. Termasuk Syeikh Abdul Muhyi diriwayatkan adalah murid kepada Syeikh Ibrahim al-Kurani di Mekah dan Syeikh Ahmad al-Qusyasyi di Madinah, yang kedua-dua ulama itu adalah ulama ahli syariat dan haqiqat yang paling terkenal pada zamannya.
Setelah Syeikh Abdul Muhyi lama belajar di Mekah dan Madinah, beliau melanjutkan pelajarannya ke Baghdad. Tidak jelas berapa lama beliau tinggal di Baghdad, tetapi diriwayatkan ketika beliau berada di Baghdad hampir setiap hari beliau menziarahi makam Syeikh Abdul Qadir al-Jilani yang sangat dikaguminya.
Dalam percakapan masyarakat, Syeikh Abdul Muhyi adalah termasuk keturunan/zuriat Syeikh Abdul Qadir al-Jilani, Wali Allah, Quthbul Ghauts, yang sangat terkenal itu. Riwayat yang lain diceritakan bahawa Syeikh Abdul Muhyi ke Baghdad dan Mekah adalah mengikuti rombongan gurunya, Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri. Dari Baghdad beliau kembali lagi ke Mekah dan selanjutnya kembali ke Jawa dan berkahwin di Ampel.
AKTIVITI
Setelah selesai perkahwinan di Ampel, Syeikh Abdul Muhyi bersama isteri dan orang tuanya berpindah ke Darma, dalam daerah Kuningan, Jawa Barat. Selama lebih kurang tujuh tahun (1678 M-1685 M) menetap di daerah itu mendidik masyarakat dengan ajaran agama Islam. Kemudian berpindah pula ke daerah Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. Di daerah itu, beliau hanya menetap lebih kurang setahun saja (1685-1686), walau bagaimanapun beliau berhasil menyebarkan agama Islam kepada penduduk yang ketika itu masih menganut agama Hindu.
Pada 1686 ayahnya meninggal dunia dan dimakamkan di kampung Dukuh, di tepi Kali Cikangan. Beberapa hari selepas pemakaman ayahnya, Syeikh Abdul Muhyi berpindah ke daerah Batuwangi. Beliau berpindah pula ke tempat yang berhampiran dengan Batuwangi iaitu ke Lebaksiuh. Selama lebih kurang empat tahun di Lebaksiuh (1686 M-1690 M), Syeikh Abdul Muhyi berhasil mengislamkan penduduk yang masih beragama Hindu ketika itu.
Menurut cerita, keberhasilannya dalam melakukan dakwah Islam terutama kerana Syeikh Abdul Muhyi adalah seorang Wali Allah yang mempunyai karamah, yang dapat mengalahkan bajingan-bajingan pengamal “ilmu hitam” atau “ilmu sihir”. Di sanalah Syeikh Abdul Muhyi mendirikan masjid, tempat ia memberikan pengajian untuk mendidik para kader yang dapat membantunya menyebarkan agama Islam lebih jauh ke bahagian selatan Jawa Barat.
Kemudian Syeikh Abdul Muhyi berpindah ke satu desa, iaitu Gua Safar Wadi di Karang Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa Barat. Perpindahannya ke Karang Pamijahan itu, menurut riwayat bahawa beliau diperintahkan oleh para Wali Allah dan perjumpaan secara rohaniah kepada Syeikh Abdul Qadir al-Jilani, supaya beliau mencari suatu gua untuk tempat berkhalwat atau bersuluk di Jawa Barat. Cerita mengenai ini banyak dibungai dengan berbagai-bagai dongeng yang merupakan kepercayaan masyarakat terutama golongan sufi yang awam.
Bagi mengimbangi cerita yang bercorak mitos itu, ada riwayat yang bercorak sejarah, bahawa Syeikh Abdul Muhyi diundang oleh Bupati Sukapura, Wiradadaha IV, R. Subamanggala untuk memerangi dan membasmi ajaran-ajaran sihir yang sesat Batara Karang di Karang Pamijahan dan di gua Safar Wadi itu. Di kedua-dua tempat tersebut adalah tempat orang-orang melakukan pertapaan kerana mengamalkan ilmu-ilmu sihirnya.
Oleh sebab Syeikh Abdul Muhyi memang hebat, beliau pula dianggap sebagai seorang Wali Allah, maka ajaran-ajaran sihir yang sesat itu dalam waktu yang singkat sekali dapat dihapuskannya. Penjahat-penjahat yang senantiasa mengamalkan ilmu sihir untuk kepentingan rompakan, penggarongan dan kejahatan-kejahatan lainnya berubah menjadi manusia yang bertaubat pada Allah, setelah diberikan bimbingan ajaran Islam yang suci oleh Syeikh Abdul Muhyi, Wali Allah yang tersebut itu.
Gua Safar Wadi pula bertukar menjadi tempat orang melakukan ibadat terutama mengamalkan zikir, tasbih, tahmid, selawat, tilawah al-Quran dan lain-lain sejenisnya. Maka terkenallah tempat itu sebagai tempat orang melakukan khalwat atau suluk yang diasaskan oleh ulama yang terkenal itu.
Disingkatkan saja kisahnya, bahawa kita patut mengakui dan menghargai jasa Syeikh Abdul Muhyi yang telah berhasil menyebarkan Islam di seluruh Jawa Barat itu. Bukti bahawa beliau sangat besar pengaruhnya, sebagai contoh Bupati Wiradadaha IV, iaitu Raden Subamanggala pernah berwasiat bahawa jika beliau meninggal dunia supaya beliau dikuburkan di sisi gurunya Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan itu. Tempat tersebut sekarang lebih dikenali dengan nama Dalem Pamijahan.
Murid-murid yang tertentu, Syeikh Abdul Muhyi mentawajjuhkannya menurut metod atau kaedah Thariqat Syathariyah yang salasilahnya diterima daripada Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri. Walaupun tarekat yang sama diterimanya juga kepada Syeikh Ahmad al-Qusyasyi, iaitu guru juga kepada Syeikh Abdur Rauf al-Fansuri, namun Syeikh Abdul Muhyi memulakan salasilahnya tetap menyebut Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri. Hal demikian kerana tarekat yang tersebut memang terlebih dulu diterimanya daripada Syeikh Abdur Rauf bin Ali al Fansuri.
Setelah beliau ke Mekah, diterimanya tawajjuh lagi daripada Syeikh Ahmad al-Qusyasyi itu. Maka berkembanglah Thariqat Syathariyah yang berasal daripada penyebaran Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri itu di tempat-tempat yang tersebut, melalui bai’ah, tawajjuh, dan tarbiyah ruhaniyah yang dilakukan oleh Syeikh Abdul Muhyi muridnya itu.
KETURUNAN
Menurut riwayat, Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan mempunyai empat isteri. Hasil erkahwinannya itu, beliau memperoleh seramai 18 anak. Menerusi Raden Ayu Bakta, memperoleh anak bernama Kiyai Haji Muhyiddin atau digelar Dalem Bojong. Namun menurut Aliefya M. Santrie, dalam buku Warisan Intelektual Islam Indonesia, setelah beliau pulang dari Pamijahan beliau menemukan satu artikel dalam majalah Poesaka Soenda yang menunjukkan bahawa tidak identiknya Kiyai Haji Muhyiddin dengan Dalem Bojong.
Kedua-duanya memang anak Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan, tetapi Kiyai Haji Muhyiddin personaliti tersendiri dan Dalem Bojong personaliti yang lain pula. Menurutnya makam Kiyai Haji Muhyiddin dalam majalah itu disebut namanya yang lain, iaitu Bagus Muhyiddin Ajidin, terletak di sebelah selatan makam Syeikh Abdul Muhyi, sedang makam Dalem Bojong terletak di sebelah timur.
Barangkali keturunan Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan itu sangat ramai yang menjadi ulama di daerah Jawa Barat, sewaktu penulis berulang-alik di Pondok Gentur, Cianjur (1986 M-1987 M) difahamkan bahawa Kiyai Haji Aang Nuh di pondok pesantren adalah termasuk keturunan Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan. Penulis sendiri menerima beberapa amalan wirid dari kiyai itu dan ternyata memang terdapat hadiah al-Fatihah untuk Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan dan beberapa ulama lainnya untuk memulakan amalan.
Dari Kiyai Haji Aang Nuh juga, penulis mendengar cerita-cerita yang menarik mengenai Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan. Sampai sekarang Pondok pesantren Gentur dikunjungi mereka yang mempunyai permasalahan yang sukar diselesaikan dari seluruh Indonesia, tempat itu sentiasa ramai kerana doa kiyai itu dianggap mustajab.
Di Pondok-pesantren Gentur itu tidak mengajar disiplin ilmu sebagai pondok-pesantren lainnya, di situ hanya mengajar amalan-amalan wirid terutama selawat atas Nabi Muhammad. Penulis sempat mewawancara pengunjungnya, menurut mereka wirid atau amalan yang diterima dari kiyai itu terbukti mustajab.
PENYELIDIKAN ILMIYAH
Oleh sebab kepopularan ulama yang dianggap Wali Allah ini, beberapa sejarawan, budayawan dan lain-lain telah berusaha menyelidiki biografi ulama yang berasal dari Pulau Lombok itu. Di antara mereka umpamanya seorang Belanda, Snouck Hurgranje, pernah mengembara di Jawa Barat dan di Sukabumi menemukan beberapa naskhah karya yang dibangsakannya kepada karya Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan.
R. Abdullah Apap ibn R. Haji Miftah menyusun sebuah buku berjudul, Sejarah Pamijahan: Kisah Perjuangan Syeik Haji Abdulmuhyi Mengembangkan Agama Islam di Sekitar Jabar. Aliefya M. Santrie menulis artikel Martabat (Alam) Tujuh Suatu Naskah Mistik Islam Dari Desa Karang, Pamijahan. Dan ramai lagi tokoh yang membuat kajian mengenai ulama yang dibicarakan ini.
Khas mengenai artikel Aliefya M. Santrie yang lebih menjurus kepada pengenalan ajaran Martabat Tujuh versi Kiyai Haji Muhyiddin yang ditulis dengan huruf pegon. Setelah penulis teliti dan membanding dengan naskhah yang ada pada penulis yang ditulis dalam bahasa Melayu/Jawi, yang juga tercatat sebagai karya Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan, memang banyak persamaan.
Demikian juga dengan manuskrip koleksi Muzium Islam Pusat Islam Malaysia nombor kelas MI 839, membicarakan Martabat Tujuh yang merupakan nukilan karya Syeikh Abdul Muhyi itu.
Sungguhpun demikian perlu kita ketahui bahawa ajaran Martabat Tujuh sebenarnya bukanlah ciptaan Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan tetapi yang pertama membicarakan ajaran itu ialah dalam kitab bahasa Arab berjudul Tuhfatul Mursalah karya Syeikh Muhammad bin Fadhlullah al-Burhanpuri. Kitab tersebut disyarah oleh Syeikh Abdul Ghani an-Nablusi.
Martabat Tujuh dalam bahasa Melayu selain yang dibicarakan oleh Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan juga banyak, dimulai oleh ulama-ulama tasawuf di Aceh, diikuti oleh Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari dengan Ad-Durrun Nafisnya, Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani juga membicarakannya dalam Siyarus Salikin, Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani dalam Manhalus Shafi dan ramai lagi.
Oleh itu, perkembangan ilmu tersebut di dunia Melayu tumbuh subur, tak ubahnya seperti perkembangan ilmu tauhid metode sifat 20 dan fiqh menurut Mazhab Syafie pada zaman itu.
Sebagai menutup artikel ini, perlu juga penulis sebutkan sungguhpun Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan terkenal di seluruh Jawa Barat tetapi riwayat hidupnya hampir-hampir tak dikenal di dunia Melayu lainnya. Oleh itu, artikel ini adalah satu usaha memperkenalkannya yang disejajarkan dengan ulama-ulama terkenal yang lain, yang hidup sezaman dengannya, iaitu Syeikh Abdul Malik Terengganu Syeikh Burhanuddin Ulakan, Syeikh Yusuf Khalwati, Syeikh Abdur Rahman Pauh Bok al-Fathani dan ramai lagi.
posted by Jalan trabas @ 00:58   0 comments
Thoriqoh Shiddiqiyyah
Oleh Kyai Muchammad Muctar Bin Hajji Abdul Mu’thi
Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah

Diterbitkan pertama pada Peringatan Isro Mi’roj Nabi Muhammad SAW
dan Hari Shiddiqiyyah-1 Tahun 1412H/1992M

I. ASAL-USUL GELAR " ASH-SHIDDIQ"(Kitab Tafsir Durul Mansur, Nurul Absor )
Qola Rosululloh SAW. :"Lamma Usriya bihi inni uridu an akhruja ilaa Quraisyin Fa akhbiruhun Fakadzdzabuhu Fashoddaqohu Abu Bakrin Rodliyallohu ‘anhu Fasummiya yaumaidzin Ash-shidqu." ( ‘An Ummi Hani-Rowahu Thobroni Tafsir Durul Mansur-VI/hal.158).
Artinya : Bersabda Rosululloh SAW, " Semasa aku di isro’kan, saya hendak keluar untuk menyampai- kan kepada kaum Quraisy, kemudian aku ceritakan kepadanya maka mereka mendustkannya. Dan yang membenarkan itu adalah Abu Bakar Rodliyallohu ‘anhu.
Maka pada hari itu ia saya beri gelar: ‘ ASH-SHIDDIQ’ ".
Keterangan :
Sahabat Abu Bakar pada zaman Jahiliyah namanya " Abdul Ka’bah".
Kemudian Rosululloh SAW.memberikan nama " Abdulloh", ayahnya bernama " Abi Qukhafah". Beliau lahir di Makkah setelah peristiwa Fiel (Gajah) berselang dua tahun 14 hari.( Dari Kitab Nurul Abshor, hal 59).
Oleh karena Beliaulah satu-satunya sahabat Nabi yang paling awal menerima
kebenaran-nya peristiwa ISRO’ wal MI’ROJ, maka Rosululloh SAW. Memberikan gelar kepadanya "Ash Shiddiq", sebagaimana tersebut dalam hadits diatas." Fasammi yaumaidzish shiddiqu".
Menurut kata Sayyidina Ali Karromallohuwajhah :
"Innalloha ta’ala anzala isma Abi Bakrin minassamaa-‘I Ash-Shiddiequ litashdiqihi khobarul isro’I"
Artinya " Sesungguhnya Alloh Ta’ala telah menurunkan nama Abu Bakar dari langit :
"Ash-Shiddiq" karena dia menerima kebenaran kabar Isro’.(Kitab Nurul Absor,hal 59
Taliiq Asy Syikho mu-min).

II. ASAL-USUL ISTILAH " SHIDDIQIYYAH"( Kitab Barjanji –Natsar) .
Kemudian dari kalimat (kata) : " ASH SHIDDIQ " itu dibentuk, diberi "YA MUNASABAH" akhirnya menjadi kata : " ASH-SHIDDIQIYYAH ". Sebagaimana tersebut dalam kitab Barjanji – Natsar " Ath-thir" yang ke 12 yang bunyinya :
" Wa awwalu man aamana bihi minar rijaali Abu Bakrin shohibul Ghori wash-shiddiqiyyah ".
Yang artinya : " Dan awalnya orang yang percaya dengan Isro’ dari orang laki-laki ialah Abu Bakar, yang diberi julukan Shihibul Ghor dan Ash Shiddiqiyyah ( artinya orang memiliki gua) , karena beliaulah satu-satunya sahabat yang menyertai Rosululloh waktu hijrah bersembunyi di dalam gua Tsur sebagaiman tersebut dalam Al-Qur’an.
" IDZ HUMAA FIL GHORI IDZ YAQULU LISHOHIBIHI LAA TAHZAN INNALLOHA MA’ANAA " ( QS.At Taubah/40).
Artinya :
Ingatlah tatkala keduanya ( Muhammad dan Abu Bakar ) di dalam Gua (Tsur) , tatkala bersabda ( MUHAMMAD) pada temannya, " Janganlah kau susah, sesungguhnya Alloh itu beserta kita ".
III. PERUBAHAN NAMA-NAMA SILSILAH THORIQOH MENURUT ASY-SYAIKH MUHAMMAD AMIN KURDI AL IRBILI (Kitab Tanwirul Qulub).
Asy Syaikh Al Imam Syihabuddien Abi Abdillah Yaquti bin Abdillah Al Hamawi Ar Rummi Al Baghdadi, wafat pada tahun 626 H = 1228 M.
Beliau menyusun kitab yang namanya " MU’JAMUL BULDAAN " artinya Kumpulan Nama-nama Negara, terdiri dari 5 jilid besar, tiap-tiap jilidnya berisi 540 halaman.
Dalam buku jilid I, halaman 138, diterangkan bahwa " Ada sebuah negeri yang namanya " IRBIL " .
Irbil itu ada dua macam :
(1). Negeri IRBIL termasuk wilayah Irak yang jaraknya dengan kota Baghdad jika ditempuh dengan jalan kaki memakan waktu 7 hari.
(2). Negeri IRBIL yang kedua terletak di pesisir termasuk wilayah Syam.
Di negeri Irbil termasuk wilayah Irak yang dekat kota Mousol, yang kota Mousol itu ada makamnya Nabiyulloh Yunus A.S. disitu lahir seorang " ULAMA TASAWWUF" yang besar namanya, " ASY SYAIKH MUHAMMAD AMIN KURDI AL IRBILI " wafat pada bulan Robi’ul Awwal, hari malam Ahad, tanggal 12 tahun 1332 H.
Beliau mengarang kitab yang namanya, "KITAB TANWIRUL QULUBI FI MU’AMALATI ‘ALLAAMIL GHUYUB " tebalnya 560 halaman.
Pada bab " FASHLUN FI ADAABIL MURID MA’A IKHWAANIHI " halaman 539 disebutkan demikian :
" I’LAM ANNA ALQOBAS SILSILATI TAKHTALIFU BIKHTILAAFIL QURUNI – FAMIN HADLROTISH SHIDDIEQI RODLIYALLOHU TA’ALA ‘ANHU ILASY SYAIKH THIFURI BIN ‘ISA ABI YAZID AL BUSTHOMI TUSAMMA ( SHIDDIQIYYAH)".
Artinya :
" Ketahuilah bahwa sesungguhnya julukannya silsilah itu berbeda-beda, di sebabkan perbedaanya kurun waktu.
Silsilah dari sahabat Abu Bakar Shiddiq R.A.sampai kepada Syaikh Thoifur bin Isa Abi Yazid Al Busthomi dinamakan SHIDDIQIYYAH ".
Jadi " SHIDDIQIYYAH " itu bukan nama ajarannya akan tetapi nama silsilahnya.
Ajaran yang silsilahnya dari Sahabat ABU BAKAR ASH SHIDDIQ R.A. sampai kepada Syaikh THOIFUR BIN ISA ABI YAZIED AL BUSTHOMI dinamakan SHIDDIQIYYAH.
Ketahuilah bahwa Ilmu Bathin dari Rosululloh yang khusus mengenai rahasianya "ISMUDZ DZAT (ALLOH )", itu dilimpahkan oleh Rosululloh SAW. Kepada ruhaniyah Abu Bakar Shiddiq R.A. dan rahasianya " LAA ILAHA ILLALLOH " dilimpahkan kepada ruhaniyah Sayyidina ALI Karromallohu wajhah.
Kemudian Sayyidina ALI Karromallohu wajhah, mengambil rahasianya "ISMUDZ DZAT ( ALLOH) " dari sahabat ABU BAKAR ASH SHIDDIQ R.A. Dan sahabat SALMAN AL FARISI mengambil rahasianya ISMUDZ DZAT (ALLOH) juga dari sahabat ABU BAKAR ASH SHIDDIQ R.A.
Adapun sahabat ABU BAKAR dan sahabat-sahabat lainnya ( rodliyallohu’anhum) mengambil rahasianya LAA ILAAHA ILLALLOH dari sahabat ALI Karromallohu wajhah.
Dengan Demikian maka SILSILAH SHIDDIQIYYAH itu ke bawah ada yang melalui sahabat ALI ( karromallohu wajhah) dan ada yang melalui sahabat SALMAN ALFARISI Rodliyallohu anhu.
Dibawah ini Kyai Muchammad Muchtar Mu’thi Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah menukilkan SILSILAH SHIDDIQIYYAH ke bawah yang melalui sahabat SALMAN ALFARISI, dinukil dari kitab TANWIRUL QULUB.
SILSILAH SHIDDIQIYYAH MELALUI SAHABAT SALMAN AL FARISI
ALLOH TA’ALA
JIBRIL Alaihis Salam.
MUHAMMAD ROSULULLOH Shollallohu alaihi wasallam.
ABU BAKAR ASH SHIDDIQI r.a.
SALMAN FARISI r.a.
QOSIM bin MUHAMMAD bin ABI BAKAR SHIDDIQ r.a.
IMAM JA’FAR SHODDIQ SIWA SAYYIDINA QOSIM bin MUHAMMAD bin ABI BAKAR SHIDDIQ r.a.
SILSILAH INI DINAMAKAN THORIQOH SHIDDIQIYYAH
SYAIKH ABI YAZID THOIFUR bin ISA bin ADAM bin SARUYAN ALBUSTOMI
Syaikh ABIL HASAN ALI bin ABI JA’FAR AL KHORQONI.
Syaikh ABI ALI ALFADLOL bin MUHAMMAD ATH THUSI ALFARMADI.
Syaikh ABI YA’QUB YUSUF ALHAMDANI.
SILSILAH INI DISEBUT ATH THORIQOH ATH-THOIFURIYYAH.
Syaikh ABDUL KHOLIQ ALGHOJDUWANI Ibnul IMAM ABDUL JALIL.
Syaikh ‘ARIF ARRIWIKARI
Syaikh MAHMUD AL ANJIRI FAGHNAWI
Syaikh ALI AR RUMAITANI AL MASYHUR BIL ‘AZIZAANI.
Syaikh MUHAMMAD BAABAS SAMAASI
Syaikh AMIR KULLAALI Ibnu Sayyid HAMZAH. SILSILAH INI DINAMAKAN ATH-THORIQOH ALKHUWAAJIKAANIYYAH.
Syaikh MUHAMMAD BAHA’UDDIN ANNAQSYABANDI bin MUHAMMAD bin MUHAMMAD SYARIF AL HUSAIN AL-AUSI AL-BUKHORI.
Syaikh MUHAMMAD bin ‘ALAAIDDUN AL-ATHORI
Syaikh YA’QUB AL-JARKHI. SILSILAH INI DINAMAKAN ATH-THORIQOH ANNAQSYABANDIYYAH
Syaikh NASHIRUDDIN UBAIDILLAH AL AHROR ASSAMARQONDI bin MAHMUD bin SYIHABUDDIN
Syaikh MUHAMMAD AZZAHID
Syaikh DARWIS MUHAMMAD ASSAMARQONDI
Syaikh MUHAMMAD ALKHOWAAJAKI AL AMKANI ASSAMARQONDI
Asy-syaikh MUHAMMAD ALBAAQI BILLAH. DINAMAKAN ATH-THORIQOHUL AHRORIYYAH
Asy-syaikh AHMAD ALFARUQI ASSIRHINDI
Asy-syaikh MUHAMMAD MA’SHUM
Asy-syaikh MUHAMMAD SAIFUDDIEN.
Asy-syaikh MUHAMMAD NURUL BADWANI
Asy-syaikh HABIBULLOH JAANIJANAANI MUNTHOHIR
Asy-syaikh ABDILLAH ADDAHLAWI. DINAMAKAN ATH-THORIQOTUL MUJADDADIYYAH
Asy-syaikh KHOLID DLIYAA’UDDIEN
Asy-syaikh UTSMAN SIROJUL MILLAH
Asy-syaikh UMAR ALQOTHBUL IRSYAD
Asy-syaikh MUHAMMAD AMIN ALKURDI AL IRBIL. DINAMAKAN ATH-THORIQOTUL KHOLIDIYYAH
( kitab TANWIRUL QULUB halaman 500-502).
IV. KETERANGAN DARI IBNU IBAD DALAM SARAH AL HIKAM AL ISKANDARIYAH TENTANG THORIQOH SHIDDIQIYYAH NYA ABUL HASAN ASY SYADZALI.
Alloh berfirman dalam Al-Qur’an:
" WAYAS-ALUUNAKA ‘AN DZIL QORNAINI QUL SA-ATLUU ‘ALAIKUM MINHU DZIKRO" (QS.Al Kahfi 83), artinya : " Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang " Dzil Qornain". Katakanlah, aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya."
Diantara ummat Islam ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud " Dzil Qornain " dalam surat Al Kahfi itu ailah " AL-ISKANDAR YANG AGUNG " , atau Iskandar yang dilahirkan di Fillo tahun 356 sebelum masehi, di ibukota Macidonia. Ayahnya Raja PHILIP II dari Macidonia, yang menaklukkan berpuluh-puluh negara, yang jajahannya sangat luasnya.
Iskandar ini muridnya seorang failoshof yang termasyhur yang namanya " ARISTHOTILLES" yang lahir pada tahun 384 sebelum masehi.
Akan tetap kalau kita perhatikan, dzil Qornain yang ada di dalam Qur’an jauh berbeda dengan Dzil Qornain Macidonia.
Perbedaannya sebagai berikut :
(1). Dzul Qurnain, tidak ada tambahan Iskandar, tapi Dzul Qurnain Macidonia, disebutkan Iskandar Dzul Qornain.
(2). Dzul Qornain dalam Al-Qur’an menurut kitab Tafsir yang mu’tabar, temannya Nabiyulloh HIDLIR alaihis salam. Tetapi Dzul Qornain Macidonia, temannya Aristhoteles.
(3). Dzul Qornain dalam Qur’an tidak disebutkan penjajah dan pembunuh, tetapi Dzul Qornain Macidonia adalah penjajah dan pembunuh.
Oleh sebab itu saya (Kyai Muchammad Muchtar) berpendapat bahwa Dzul Qornain dalam Al-Qur’an itu bukan Dzul Qornain Macidonia.
Iskandar Dzul Qornain Macidonia telah membangun tigabelas kota, semuanya dinamakan kota Iskandariyah. Ada yang di India, ada yang di Babil, ada yang di Balakh, ada yang di Samarqondi, dan lain-lainnya. Akan tetapi yang terbesar ialah Kota Iskandariyah di mesir bagian selatan. Semua nama Iskandariyah setelah wafatnya Dzul Qornain sudah diganti nama baru, yang tinggal tetap nama Kota Iskandariyah yang ada di Mesir saja.
( Kitab Ma’jamu Buldan jilid I hal.183).
Di kota Iskandariyah Mesir, lahirlah seorang Ulama Tashowwuf yang termashur, namanya " ASY SYAIKH TAJUDDIEN IBNUL FADLOL AHMAD BIN MUHAMMAD BIN ABDUL KARIM IBNU ATHO’ILLAH ASKANDARI".
Wafat pada tahun 707 Hijrah, makamnya di kampung " Qurofah" Mesir.
( Kitab Aththobaqotul Kubro, Juz II, hal .20 , Ta’lif Abdul Wahhab asy Sya’roni).
Ibnu A’tho’illah menyusun Kitab Tashowwuf tingkat tinggi dua juz nama nya Kitab " ALHIKAM". Kitab tersebut disyarah oleh seorang Ulama namanya " MUHAMMAD bin IBROHIM yang dikenal namanya IBNU IBAD.
Dalam Syarah Akhikam tersebut, juz II halamn 58, Syaikh Abul Hasan Asy-Syadzali R.A. setelah masuk Thoriqoh Shiddiqiyyah, Beliau banyak dimusuhi orang-orang yang tidak faham dengan Thoriqoh Shiddiqiyyah.
" QOLA SAYYIDI ABU HASAN ASY-SYADZALI R.A., AADZAANI INSAANUN MARROTAN FADLOQQOTU DZIRO’AN BIDZAALIKA FANUMTU FAROAITU YUQOITU LIMIN ‘ALAMAATISH SHIDDIQIYYATI KATSROTU A’DAIHAA TSUMMA LAA YUBAALI BIHIM".
Artinya ," Bersabda tuanku Abu hasan Asy Syadzali R.A., Menyakiti kepadaku manusia satu kali, maka aku menjadi sempit sedziro’ karena itu, maka saya tidur, aku bermimpi.
Dalam mimpi itu ada sabda, ‘Sebagian alamatnya orang-orang Shiddiqiyyah itu banyak musuhnya’, kemudian ia tidak perduli kepada mereka."
Beliau lahir pada tahun 575 hijrah, wafat pada tahun 656 hijrah, bulan Dzul Qoidah di Shokhro’ Ghirob waktu akan menunaikan Ibadah Hajji. (Kitab Ath Thobaqotul kubro Juz II halaman 4 ).
Asy Syadzali, nama desa di Afrika di Negara Oman dekat Murtasiyah (Mauritania). Waktu kecilnya dia pindah ke Thosia kemudian ke Masyriq, kemudian nsik Hajji beberapa kali, kemudian masuk ke Irak, berteman di Irak dengan Abil Fatah Waasithi.
Di Baghdad beliau masuk Thoriqoh Shiddiqiyyah, gurunya bernama :
" ABI ABDILLAH MUHAMMAD BIN SYAIKH ABIL HASAN ALMA’RUF BIN IBNI HAROZIM AL MANSUBA ILASH SHIDDIQIL A’DHOM"
(Jaami’ul Ushul Fil Auliyaa’I, halaman 101).
Adapun silsilah Keturunannya Abil Hasan Asy Syadzili, sebagai berikut :
Abul Hasan Asy Syadzili
Bin Abdulloh
Bin Abdul Jabbar
Bin Tamim
Bin Harman
Bin Hatim
Bin Qushoyyi
Bin Yusuf
Bin Yusya’
Bin Warid
Bin Abi Bithol
Bin Ahmad
Bin Muhammad
Bin Isa’
Bin Idris
Bin Umar
Bin Idris
Bin Hasan Almutsanna
Bin Hasan
Bin Ali Rodiayallohu ‘anhu.
Jadi Thoriqoh Asy Syaadzaliyyah itu juga asalnya dari Thoriqoh Ash Shiddiqiyyah.
( Jaami’ul Usul halaman 101).
V.KETERANGAN TENTANG SHIDDIQIYYAH DARI ALKAILAANI /ALJAILAANI
Pada hari Isnain, tanggal 17 Romadlon tahun 560 Hijriyah ( 29 juli 1165 ) lahirlah di Marseille, suatu negeri dalam wilayah Andalusi ( Spanyol ), seorang laki-laki yang bernama " MUHYIDDIEN MUHAMMAD BIN ALI BIN MUHAMMAD BIN ABDULLOH AL HAITAMI".
Yang masyhur disebut " IBNU AROBI "
Beliaulah pengarang kitab hakekat nomor wahid di dunia, 8 jilid yang diberi nama,
"FUTUHAATIL MAKKIYYAH"
Beliau wafat di Damaskus pada malam Jum’at tanggal 28 Robi’ul Akhir tahun 638H. Dimakamkan di Damaskus, di sebuah tempat yang namanya :"SHOFA QOSYI’UN" Adapun murid Beliau yang terkenal bernama, " ASY SYAIKH ABDUL KARIM BIN IBROHIM AL JAILANI", lahir pada tahun 767 H dan Wafat pada tahun 805 H. Asy Syaikh Abdul Karim Al Jailani menyusun kitab Tasawwuf tingkat atas yang namanya kitab, " AL INSAANUL KAAMIL", dua juz. Dalam Juz yang ke dua, bab 63, halaman 131 menyebutkan demikian , " WA AMMASH SHIDDIQIYYAH FAMABNIYATUN ‘ALAA SITTATI ARKAANIN : AL ISLAM, WAL IMAAN, WASH SHILAAH, WAL IHSAAN, WASY SYAHAADAH, WAL MA’RIFAH ".
Artinya: " Adapun Shiddiqiyyah itu ialah didirikan diatas enam tiang, yaitu : (1).Al-Islam, (2).Al-Imaan, (3). Ash Shilah, (4).Al Ihsan, (5).Asy Syahadah, (6). Al Ma’rifat.
VI.KETERANGAN TENTANG SHIDDIQIYYAH DALAM KITAB KHOZINATUL ASROR.
As Sayyid Muhammad Haqqin Nazili ( Rohimahulloh) menyusun kitab yang namanya kitab, " KHOZINATUL ASROR".
Dalam kitab tersebut, bab :"KHOWAASHU KHOTMU KHOWAJIKAN", halaman 188 disebutkan demikian, :
" MANAAFIDZI HIMMAHUMUL MAYAAYIHIR ROBBAANIYYATI WAMIZAABUL FUYUUDLI ASHSHIDDIQIYYATI WAL’ALAWIYYATI WAL HADLRIYYATI WAMAJRIYYAL HIKMATI MINAL ABHURIL MUHAMMADIYYAH".
Artinya : " Beberapa jendela himmahnya para Syaikh-Syaikh Robbaniyyah dan tempat menampungnya limpahannya Thoriqoh Shiddiqiyyah, dan Thoriqoh ‘Alawiyyah, dan Thoriqoh Hadlriyyah, dan tempat mengalirnya hikmah dari beberapa lautan Muhammadiyyah".
VII.KETERANGAN DALAM KITAB JAMI’U KAROMATIL AULIYA’ (SYAIKH YUSUF IBNU ISMAIL )
Didalam kitab " Jami’u Karomatil Auliya’ jilid I, halaman 181, ditulis oleh Syaikh Yusuf Ibnu Ismail, lahir tahun 1206H, waktu tahun 1250H, beliau menerangkan bahwa Waliyullah Zubair Abbas Al Mursyiyyi menyatakan bahwa Imam Al Gozali r.a. ialah termasuk Alhi Thoriqoh Shiddiqiyyah yang Agung.
" WA SYAHIDU LAHUL MURSYIYYU BISH SHIDDIQIYYATIL ‘UDHMA"
Artinya : Dan memberi kesaksian Abbas Al Mursyiyyi bahwa Imam Al-Ghozali itu adalah orang Shiddiqiyyah yang agung ".
VIII. KETERANGAN DALAM KITAB JAMI’UL USHUL ( SYAIKH AHMAD KAMSAQONAWIN- NAQSYABANDIYYAH).
Di dalam kitab Jami’ul Ushul halaman 101, ditulis oleh Syaikh Ahmad Kamsaqonawin-Naqsyabandiyyah, ada keterangan bahwa Waliyulloh Qutub Syaikh Abu Hasan Asy Syadzili r.a. ketika masih muda nya itu masuk Thoriqoh Shiddiqiyyah di Baghdad, dengan gurunya bernama Abu Abdillah, dan menerangkan :
"ABU ABDILLAH MUHAMMAD BIN SYAIKH ABU HASAN AL MA’RUFI BI IBNI HARASIM AL MANSUBI ILASH SHIDDIQIL A’DHOM".
Artinya :
" Abu Abdillah bin Syaikh Abu Hasan Al Ma’rufi bi Ibni Harasim menerangkan bahwa permasalahan / perkara yang dibangsakan kepada Shiddiqiyyah itu adalah lebih Agung".
(Diambil dari buku pedoman kader Shiddiqiyyah dalam bahasa Jawa yang ditulis oleh Musyid Thoriqoh Shiddiqiyyah Kyai Much.Muchtar Mu’thi, Losari 8 Shoffar 1403H / 13 November 1983M)
IX.THORIQOH SHIDDIQIYYAH DI LUAR INDONESIA SUDAH TIDAK ADA PERKEMBANGAN LAGI.
Perkembangan Thoriqoh Shiddiqiyyah sekarang ini diluar negeri Indonesia sudah punah, tidak ada lagi thoriqoh shiddiqiyyah, yang ada sekarang ini satu-satunya di dunia hanya berpusat di desa Losari , Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang Propinsi Jawa-Timur Indonesia. Awalnya Thoriqoh Shiddiqiyyah yang masuk Indonesia berkembang di Negeri Irbil, kemudian berkembang di Negeri Nobia dan terus berkembang juga di Negeri Ninawa. Sekarang ini di negeri-negeri tersebut Thoriqoh Shiddiqiyyah sudah punah, sudah tidak ada lagi.
Masuknya thoriqoh Shiddiqiyyah ke Indonesia / Nusantara dibawa oleh sembilan ulama shiddiqiyyah dari negeri Irbil (di Irak sekarang) yang berlabuh pertama kali di pelabuhan Cirebon, Jawa Barat, kemudian menyebar ke seluruh tanah Jawa. Satu diantara 9 orang ulama tersebut adalah seorang wanita yang bernama Syarifah Baghdadi, makamnya ada di Cirebon. Sebagian besar dari sembilan ulama itu wafat dan dimakamkan di kabupaten Pandeglang, Banten, antara lain : Maulana Aliyuddin, Maulana Malik Isroil, Maulana Isamuddin dan Maulana Ali Akbar. Dan salah satunya wafat di Jawa-Timur dimakamkan di Troloyo Mojokerjo bernama Maulana Jumadil Kubro.
Kemudian perkembangan shiddiqiyyah mengalami kepunahan di seluruh dunia kecuali di Indonesia yang dikembangkan kembali dibawah Pimpinan Kyai Muchammad Muchtar bin Al-Hajji Abdul Mu’thi, tepatnya di desa Losari, Ploso Jombang mulai tahun 1954.
Pada tahun 1973 M , Kyai Much.Muctar Mu’thi atas saran-saran para penasehatnya mendirikan Yayasan Pendidikan Shiddiqiyyah, sebagai badan hukum untuk pengembangan dakwah Thoriqoh Shiddiqiyyah di wilayah Indonesia. Yayasan tersebut berkedududukan di Desa Losari Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang Jawa Timur.
Sekarang ini (tahun 2002M) Yayasan ini sudah mempunyai cabang di berbagai kota di Pulau Jawa dan Sumatera dan perwakilannya di Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat serta negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.
Selain menyampaikan pelajaran khusus Thoriqoh Shiddiqiyyah, Kyai Muchammad Muchtar Mu’thi juga menyelenggarakan pengajian-pengajian umum dan Wirid berjamaah secara rutin dari tahun 1973 sampai seakarang.
Pengajian umum pertama diadakan pada waktu sore ba’da ashar pada bulan romadlon penuh satu bulan. Kemudian pada setiap hari Selasa malam Rabu dan setiap hari Kamis malam Jum’at yang dinamakan Pengajian Kautsaran, kemudian bertambah lagi Pengajian Khusus pada setiap hari Ahad malam Senin dengan nama Kulliyatul Minhajul Abidin.
Sekarang ini setiap pengajian umum yang diselenggarkan oleh Kyai Muchammad Muchtar Mu’thi selalu dihadiri para murid shiddiqiyyah maupun kaum muslimin umumnya dengan jumlah hadirin lebih dari 4000 orang bahkan pada acara peringatan-peringatan hari bersejarah Islam, yang menghadiri lebih dari 10 ribu orang.
Pengajian Kautsaran malam Jum’at sekarang ini sudah tidak diadakan lagi, dan sebagai kelanjutannya adalah pengajian / kautsaran di daerah daerah yang dinamakan juga Kautsaran, yang berfungsi sebagai forum silaturahmi antar murid shiddiqiyyah dan untuk menjaga kestabilan ghirah hati dalam mengamalkan thoriqoh shiddiqiyyah.

Kesimpulan (red) , bahwa Thoriqoh Shiddiqiyyah bukan Thoriqoh baru yang didirikan oleh Kyai Muhammad Muctar Mu’thi, akan tetapi sebagaimana keterangan-keterangan dalam berbagai kitab masa lalu Thoriqoh Shiddiqiyyah adalah Thoriqoh yang sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad yang diwariskan pertama kepada Sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq.
posted by Jalan trabas @ 00:16   4 comments
Syeh Ahmad At-Tijani
Tarekat Tijaniyah didirikan oleh Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin al-Mukhtar at-Tijani (1737-1815), salah seorang tokoh dari gerakan "Neosufisme". Ciri dari gerakan ini ialah karena penolakannya terhadap sisi eksatik dan metafisis sufisme dan lebih menyukai pengalaman secara ketat ketentuan-ketentuan syari'at dan berupaya sekuat tenaga untuk menyatu dengan ruh Nabi Muhammad SAW sebagai ganti untuk menyatu dengan Tuhan.At-Tijani dilahirkan pada tahun 1150/1737 di 'Ain Madi, bagian selatan Aljazair. Sejak umur tujuh tahun dia sudah dapat menghafal al-Quran dan giat mempelajari ilmu-ilmu keislaman lain, sehingga pada usianya yang masih muda dia sudah menjadi guru. Dia mulai bergaul dengan para sufi pada usia 21 tahun. Pada tahun 1176, dia melanjutkan belajar ke Abyad untuk beberapa tahun. Setelah itu, dia kembali ke tanah kelahirannya. Pada tahun 1181, dia meneruskan pengembaraan intelektualnya ke Tilimsan selama lima tahun.Pada tahun 1186 (1772 - 1773), dia menuju Hijaz untuk menunaikan ibadah haji, dan meneruskan belajar di Makkah dan Madinah. Di dua kota Haramain ini, dia lebih banyak memfokuskan diri untuk berguru kepada banyak tokoh tarekat sufi dan mengamalkan ajarannya. Di antara tarekat yang dipelajarinya, misalnya Tarekat Qadiriyah, Thaibiyah, Khalwatiyah, dan Sammaniyah. Di Madinah dia belajar langsung kepada seorang tokoh sufi, Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Samman, pendiri tarekat Sammaniyah, yang mengajarinya ilmu-ilmu rahasia batin. Kemudian dari Makkah dan Madinah, dia menuju Kairo dan menetap untuk beberapa lama di sana. Pada tahun 1196 (1781 - 1782), atas saran dari seorang syekh sufi yang baru dikenalinya, dia kembali ke Tilimsan untuk mendirikan tarekat sendiri yang independen. Di sana at-Tijani mengadakan khalwat khusus, yakni memutuskan kontak dengan masyarakat sampai mendapatkan ilham (fath/kasyf).Dalam fath yang diterimanya, dia mengaku bahwa hal itu terjadi dalam keadaan terjaga. Ketika itu, Nabi SAW mendatanginya dan memberitahukan bahwa dirinya tidaklah berhutang budi pada syekh tarekat mana pun. Karena menurut dia, Nabi sendiri-lah yang selama ini menjadi pembimbingnya dalam bertarekat. Selanjutnya, Nabi SAW menyuruh dia untuk meninggalkan segala sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya berkenaan dengan tarekat. Bahkan dia juga diberi izin untuk mendirikan tarekat sendiri disertai wirid yang mesti diajarkan kepada masyarakat, yaitu istighfar dan shalawat yang diucapkan masing-masing sebanyak 100 kali. Setelah kejadian itu, ia kembali ber'uzlah di padang pasir dan berdiam di oase Bu Samghun. At-Tijani tampaknya menghadapi tekanan dari kaum otorita Turki. Di tempat inilah ia menerima ilham yang terakhir (1200/1786). Dalam fath ini Nabi SAW memberikan tambahan wirid, yaitu tahlil yang harus diucapkan sebanyak 100 kali. Nabi SAW juga mengatakan bahwa at-Tijani adalah penunggu yang akan menyelamatkan hamba Allah yang durhaka. Pada tahun 1213/1798, dia meninggalkan 'uzlahnya dari padang pasir dan pindah ke Maroko untuk memulai menjalankan misi yang lebih luas lagi, dari kota Fes. Di kota ini dia diterima baik oleh penguasa Maulay Sulaiman dan tetap tinggal di sana sampai wafatnya pada 22 September 1815, dalam usia 80 tahun.Meskipun dia banyak bertarekat dan menjadi muqaddam khalwatiyah (at-Tijani mempunyai silsilah Khalwatiyah), tetapi pada perkembangan selanjutnya, yakni setelah menjalani hidup sufistik secara ketat dan keras, dia kemudian mendirikan tarekat yang independen, yang diyakini atas izin Nabi SAW.Tarekat yang didirikan at-Tijani ini agak unik dan sedikit banyak berbeda dengan tarekat-tarekat lain terutama soal silsilahnya. Misalnya dari Syekh Ahmad, sang pendiri, langsung kepada Nabi SAW, melintas jarak waktu 12 abad. Begitu juga anggota tarekat ini bukan hanya tidak dibenarkan untuk memberikan bait 'ahd kepada syekh mana pun, tetapi juga melakukan dzikir untuk wali lain dan dirinya serta wali-wali dari tarekatnya. Menurut at-Tijani, Tuhan tidak menciptakan dua hati dalam hati manusia, dan oleh karenanya tak seorang pun dapat melayani dua orang mursyid sekaligus. Lagi pula, bagaimana mungkin seorang salik akan bisa sempurna menempuh suatu jalan, sedangkan pada waktu bersamaan ia juga sedang menampuh (mengambil) jalan lain?Sejak tinggal di kota Fes ini, at-Tijani lebih berkonsentrasi pada pengembangan tarekatnya sendiri. Sebagai seorang syekh tarekat yang berpengaruh dia berkali-kali diajak oleh penguasa negeri itu untuk bergabung dalam urusan politik. Namun, dia tetap menolak. Sikapnya inilah yang membuat dia semakin disegani, dicintai, dan dihormati, baik oleh penguasa setempat maupun oleh masyarakat sekitarnya. Lebih dari itu, pihak penguasa Maulay Sulaiman, meski permintaannya ditolak, tetap memberikan berbagai hak istimewa kepadanya.Semula tarekat yang dipimpin at-Tijani ini mendapatkan pengikut di Maghribi karena kecamannya terhadap ziarah ke makam para wali dan mawsin yang populer pada waktu itu. Namun karena perekrutan untuk menjadi muqaddam yang ditetapkan oleh at-Tijani agak longgar, misalnya dengan menunjuk sebagai muqaddam-muqaddam siapa pun yang melakukan bai'at, tanpa mengharuskan latihan selain dalam hukum dan aturan-aturan ritual, dengan tekanan utama pada ditinggalkannya semua ikatan dengan syekh-syekh lama kecuali dirinya. Sehingga setelah at-Tijani wafat, agen-agen tadi telah tersebar luas dan dengan sebuah sistem yang mendukungnya membuat dia mempunyai kekuatan penuh. Tarekat ini dengan segera menyebar luas dari Maghribi hingga Afika Barat, Mesir dan Sudan. Aktivistas gerakan Tarekat Tijaniyah terbukti sangat positif dan militan. Seperti halnya para pengikut tarekat Qadariyah dan Syadziliyah, para murid tarekat ini berjasa menyebarluaskan Islam ke berbagai kawasan Afrika.Menurut Coppolani, mereka menyiarkan Islam di kalangan pemeluk animisme dengan persaudaraan-persaudaraan sufi lainnya dan berada di garis terdepan dalam melakukan perlawanan terhadap ekspansi kolonialisme. Dari at-Tijani lalu diwakili oleh tokoh lainnya seperti al-Hajj Umar di Sudan Barat. Di Republik Turki, sebuah kelompok kecil penganut Tarekat Tijaniyah, adalah orang-orang muslim pertama yang secara terbuka menetang rezim sekulerisme sekitar tahun 1950. Tarekat ini mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1920-an, setelah disebarkan di Jawa Barat oleh seorang ulama pengembara kelahiran Makkah, Ali bin Abdullah at-Tayyib al-Azhari, yang telah menerima ijazah untuk mengajarkan tarekat ini dari dua orang syekh yang berbeda. Dan, pada tahun-tahun berikutnya, beberapa orang Indonesia yang belajar di Makkah menerima bai'at untuk menjadi pengikut Tarekat Tijaniyah dan mendapat ijazah untuk mengajar dari para guru yang masih aktif di sana. Ini terjadi setelah serbuan Wahabi kedua terhadap Makkah pada tahun 1824, dan kebanyakan tarekat lain tidak dapat lagi menyebarkan ajaran pengkultusan terhadap para wali, tampaknya masih dapat ditolelir.Di Indonesia, Tijaniyah ditentang keras oleh tarekat-tarekat lain. Gugatan keras dari kalangan ulama tarekat itu dipicu oleh pernyataan bahwa para pengikut Tarekat Tijaniyah beserta keturunannya sampai tujuh generasi akan memperlakukan secara khusus pada hari kiamat, dan bahwa pahala yang diperoleh dari pembacaan Shalawat Fatih, sama dengan membaca seluruh al-Quran sebanyak 1000 kali. Lebih dari itu, para pengikut Tarekat Tijaniyah diminta untuk melepaskan afiliasinya dengan para guru tarekat lain, yang dalam pandangan syekh pesaingnya dianggap sebagai praktik bisnis yang culas. Meski demikian, tarekat ini terus berkembang, utamanya di Cirebon dan Garut (Jawa Barat), Madura dan ujung Timur pulau Jawa sebagai pusat peredarannya. Penentangan ini baru mereda ketika Jam'iyyah Ahlith-Thariqah An-Nahdliyyah menetapkan keputusan setelah memeriksa wirid dan wadzifah tarekat ini. Dan tanpa memberikan pernyataan-pernyataan ekstremnya tarekat ini bukanlah tarekat sesat, karena amalan-amalannya sesuai ajaran Islam. Sepanjang tahun 80-an tarekat ini ngalami perkembangan yang sangat pesat, terutama di Jawa Timur. Respons terhadap perkembangan yang dicapai tarekat ini menyebabkan pecahnya kembali konflik dengan para guru dari tarekat lain. Akar konflik ini lebih tertuju kepada persaingan keras untuk mendapatkan murid dan perasaan sakit hati di kalangan sebagian guru yang kehilangan banyak murid berpindah ke Tarekat Tijaniyah. Kepindahan murid-murid dari tarekat lain ke Tarekat Tijaniyah ini berarti hilang pula murid-murid dari tarekat lain. Karena Tarekat Tijaniyah sama sekali tidak membolehkan para pengikutinya untuk berafiliasi lagi kepada syekh tarekat yang dianut sebelumnya.*** SalahuddinAjaran dan Dzikir Tarekat TijaniyahSejauh ini at-Tijani tidak meninggalkan karya tulis tasawuf yang diajarkan dalam tarekatnya. Ajaran-ajaran tarekat ini hanya dapat dirujuk dalam bentuk buku-buku karya murid-muridnya, misalnya Jawahir al-Ma'ani wa Biligh al-Amani fi-Faidhi as-Syekh at-Tijani, Kasyf al-Hijab Amman Talaqqa Ma'a at-Tijani min al-Ahzab, dan As-Sirr al-Abhar fi-Aurad Ahmad at-Tijani. Dua kitab yang disebut pertama ditulis langsung oleh murid at-Tijani sendiri, dan dipakai sebagai panduan para muqaddam dalam persyaratan masuk ke dalam Tarekat Tijaniyah pada abad ke-19.Meskipun at-Tijani menentang keras pemujaan terhadap wali pada upacara peringatan haii tertentu dan bersimpati kepada gerakan reformis kaum Wahabi, tetapi dia sendiri tidak menafikan perlunya wali (perantara) tersebut. At-Tijani sangat menekankan perlunya perantara (wali) antara Tuhan dan manusia, yang berperan sebagai wali zaman. Oleh karena itu, buku panduan Tijani kalimatnya dimulai dengan, "Segala puji bagi Allah yang telah memberikan sarana kepada segala sesuatu dan menjadikan sang Syekh perantara sarana untuk manunggal dengan Allah". Dalam hal ini, perantara itu tak lain adalah dia sendiri dan penerusnya. Dan sebagaimana tarekat-tarekat lain, tarekat ini juga menganjurkan agar anggota-anggotanya mengamalkan ajaran dengan menggambarkan wajah syekh tersebut dalam ingatan mereka, dan mengikuti seluruh nasehat syekh dengan tenang.Tarekat Tijaniyah mempunyai wirid yang sangat sederhana dan wadhifah yang sangat mudah. Wiridnya terdiri dari Istighfar, Shalawat dan Tahlil yang masing-masing dibaca sebanyak 100 kali. Boleh dilakukan dua kali dalam sehari, setelah shalat Shubuh dan Ashar. Wadhifahnya terdiri dari Istghfar (astaghfirullah al-adzim alladzi laa ilaha illa hua al hayyu al-qayyum) sebanyak 30 kali, Shalawat Fatih (Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad al-fatih lima ughliqa wa al-khatim lima sabaqa, nasir al-haqq bi al-haqq wa al-hadi ila shirat al-mustaqim wa'ala alihi haqqaqadruhu wa miqdaruh al-adzim) sebanyak 50 kali, Tahlil (La ilaaha illallah) sebanyak 100 kali, dan ditutup dengan doa Jauharatul Kamal sebanyak 12 kali. Pembacaan wadhifah ini juga paling sedikit dua kali sehari semalam, yaitu pada sore dan malam hari, tetapi lebih afdlal dilakukan pada malam hari. Selain itu, setiap hari Jum'at membaca Hayhalah, yang terdiri dari dzikir tahlil dan Allah, Allah, setelah shalat Ashar sampai matahari terbenam. Dalam hal dzikir ini at-Tijani menekankan dzikir cepat secara berjamaah. Beberapa syarat yang ditekankan tarekat ini untuk prosesi pembacaan wirid dan wadhifah: berwudlu, bersih badan, pakaian dan tempat, menutup aurat, tidak boleh berbicara, berniat yang tegas, serta menghadap kiblat.Satu hal yang penting dicatat dari dzikir Tarekat Tijaniyah -- yang membedakannya dengan tarekat-tarekat lain -- adalah bahwa tujuan dzikir dalam tarekat ini, sebagaimana dalam Tarekat Idrisiyyah, lebih menitikberatkan pada kesatuan dengan ruh Nabi SAW, bukan kemanunggalan dengan Tuhan, hal mana merupakan perubahan yang mempengaruhi landasan kehidupan mistik. Oleh karena itu, anggota tarekat ini juga menyebut tarekat mereka dengan sebutan At-Thariqah Al-Muhammadiyyah atau At-Thariqah al-Ahmadiyyah, termanya merujuk langsung kepada nama Nabi SAW. Akibatnya, jelas tarekat ini telah memunculkan implikasi yang ditandai dengan perubahan-perubahan mendadak terhadap asketisme dan lebih menekankan pada aktivitas-aktivitas praktis. Hal ini tampak sekali dalam praktik mereka yang tidak terlalu menekankan pada bimbingan yang ketat, dan penolakan atas ajaran esoterik, terutama ekstatikdan metafisis sufi. Berikut petikan dari kitab As-sirr al-Abhar Ahmad at-Tijani yang menyangkut berbagai tata tertib, aturan dan dzikir dalam tarekat ini:"Anda haruslah seorang muslim dewasa untuk melaksanakan awrad, sebab hal (awrad) itu adalah karya Tuhannya manusia. Anda harus meminta izin kepada orang tua sebelum mengambil thariqah, sebab ini adalah salah satu sarana untuk wushul kepada Allah. Anda harus mencari seseorang yang telah memiliki izin murni untuk mentasbihkan Anda ke dalam awrad, supaya Anda dapat behubungan baik dengan Allah.Anda sebaiknya terhindar sepenuhnya dari awrad lain manapun selain awrad dari Syekh Anda, sebab Tuhan tidak menciptakan dua hati di dalam diri Anda. Jangan mengunjungi wali manapun, yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, sebab tidak seorang pun dapat melayani dua mursyid sekaligus. Anda harus disiplin dan menjalankan shalat lima waktu dalam jamaah dan disiplin dalam menjalankan ketentuan-ketentuan syari'at, sebab semua itu telah ditetapkan oleh makhluk terbaik (Nabi SAW). Anda harus mencintai Syekh dan khalifahnya selama hidup Anda, sebab bagi makhluk biasa cinta semacam itu adalah sarana untuk kemanunggalan: dan jangan berfikir bahwa Anda mampu menjaga diri Anda sendiri dari Kreativitas Tuhan Semesta, sebab ini adalah salah satu ciri dari kegagalan. Anda dilarang untuk memfitnah, atau menimbulkan permusuhan terhadap Syekh Anda, sebab hal itu akan membawa kerusakan pada diri Anda. Anda dilarang berhenti untuk melantunkan awrad selama hidup Anda, sebab awrad itu mengandung misteri-misteri Sang Pencipta. Anda harus yakin bahwa Syekh mengatakan kepada Anda tentang kebijakan-kebijakan, sebab itu semua termasuk ucapan-ucapan Tuhan Yang Awal dan Yang Akhir. Anda dilarang mengkritik segala sesuatu yang tampak aneh dalam thariqah ini, atau Penguasa Yang Adil akan mencabut Anda dari kebijak-kebijakan.Jangan melantunkan wirid Syekh kecuali sesudah mendapat izin dan menjalani pentasbihan (talqin) yang selayaknya, sebab itu keluar dalam bentuk ujaran yang lugu. Berkumpullah bersama untuk wadhifah dan dzikir Jum'at dengan persaudaraan, sebab itu adalah penjagaan terhadap muslihat syetan. Anda dilarang membaca Jauharat al-Kamal kecuali dalam keadaan suci dari hadats, sebab Nabi SAW akan hadir dalam pembacaan ketujuh. Jangan menginterupsi (pelantunan yang dilakukan oleh) siapa pun, khususnya oleh sesama sufi, sebab interupsi semacam itu adalah cara-cara syetan. Jangan kendur dalam wirid Anda, dan jangan pula menundanya dengan dalih apa pun atau yang lain, sebab hukuman akan jatuh kepada orang yang mengambil wirid lantas meninggalkan sama sekali atau melupakannya, dan dia akan menjadi hancur. Jangan pergi dan mengalihkan awrad tanpa izin yang layak untuk malakukan itu, sebab orang yang melakukan hal itu dan tidak bertaubat niscaya akan sampai kepada kejahatan dan kesengsaraan akan menimpanya. Anda dilarang memberitahukan wirid kepada orang lain kecuali saudara Anda dalam thariqah, sebab itu adalah salah satu pokok etika sains spiritual".Setiap tarekat memiliki satu atau lebih doa kekuatan khusus, misalnya Hizb al-Bahr milik Tarekat Syadziliyah, Subhan ad-Daim Isawiyah, Wirid as-Sattar milik Khalwatiyah, Awrad Fathiyyah milik Hamadaniyyah, dan lain-lain. Ciri khusu dari dzikir dan wirid yang menjadi andalan milik penuh tarekat ini adalah Shalawat Fatih dan Jauharat al-Kamal. Mengenai Shalawat Fatih, at-Tijani mengatakan bahwa dirinya telah memperintahkan untuk mengucapkan doa-doa ini oleh Nabi SAW sendiri. Meskipun pendek, doa itu dianggap mengandung kebaikan dalam delapan jenis: orang yang membaca sekali, dijamin akan menerima kebahagiaan dari dua dunia; juga membaca sekali akan dapat menghapus semua dosa dan setara dengan 6000 kali semua doa untuk memuji kemuliaan Tuhan, semua dzikir dan doa, yang pendek maupun yang panjang, yang pernah dibaca di alam raya. Orang yang membacanya 10 kali, akan memperoleh pahala yang lebih besar dibanding yang patut diterima oleh sang wali yang hidup selama 10 ribu tahun tetapi tidak pernah mengucapkannya. Mengucapkannya sekali setara dengan doa seluruh malaikat, manusia, jin sejak awal penciptaan mereka sampai masa ketika doa tersebut diucapkan, dan mengucapkannya untuk yang kedua kali adalah sama dengannya (yaitu setara dengan pahala dari yang pertama) ditambah dengan pahala dari yang pertama dan yang kedua, dan seterusnya.Tentang Jauharat al-Kamal, yang juga diajarkan oleh Nabi SAW sendiri kepada at-Tijani, para anggota tarekat ini meyakini bahwa selama pembacaan ketujuh Jauharat al-Kamal, asalkan ritual telah dilakukan sebagaimana mestinya, Nabi SAW beserta keempat sahabat atau khalifah Islam hadir memberikan kesaksian pembacaan itu. Wafatnya Nabi SAW tidaklah menjadi tirai yang menghalangi untuk selalu hadir dan dekat kepada mereka. Bagi at-Tijani dan anggota tarekatnya, tidak ada yang aneh dalam hal kedekatan ini. Sebab wafatnya Nabi SAW hanya mengandung arti bahwa dia tidak lagi dapat dilihat oleh semua manusia, meskipun dia tetap mempertahankan penampilannya sebelum dia wafat dan tetap ada di mana-mana: dan dia muncul dalam impian atau di siang hari di hadapan orang yang disukainya.Akan tetapi kaum muslim ortodoks membantah penyataan Ahmad Tijani dan para pengikutnya yang menyangkut pengajaran Nabi SAW ini kepadanya. Sebab jika Nabi SAW secara pribadi mengajari at-Tijani rumusan-rumusan doa tertentu maka itu berarti bahwa Muhammad telah "wafat" tanpa menyampaikan secara sempurna pesan kenabiannya, dan mempercayai hal ini sama dengan tindak kekafiran, kufr.Tentu saja, alasan kaum muslim ortodoks ini masih bisa diperdebatkan, misalnya tanpa bermaksud membela tarekat ini dengan mempertanyakan kembali, apakah betul pengajaran Nabi SAW melalui mimpi itu berarti mengurangi kesempurnaan kenabiannya? Bukankah substansi dari pengajaran itu lebih tertuju kepada perintah bershalawat yang masih dalam bingkai pesan kenabian (syari'at), dan bukan merupakan hal yang baru? Bukankah Nabi SAW pernah bersabda bahwa mimpi seorang mukmin seperempat puluh enam dari kenabian? Menyangkut pahala pembacaannya, bukankah rahmat dan anugerah Allah yang tak terhingga akan tercurahkan kepada umat Islam yang senantiasa mewiridkan shalawat kepada sang hamba paripurna, kekasih dan pujaan-Nya, Muhammad Rasulullah SAW
posted by Jalan trabas @ 00:16   0 comments
Saturday 26 July 2008
KI. Ronggowarsito
Pada hari Senin Legi tanggal 10 Zulkaidah tahun Jawa 1728 atau tanggal 15Maret 1802 Masehi kurang lebih jam 12.00 siang lahirlah seorang bayidirumah kakek yang bernama R. Ng. Yosodipuro I, seorang Pujangga Keratonyang terkenal dijamannya. Bayi yang baru lahir itu diberi nama BagusBurham. Sejak umur 2 tahun sampai 12 tahun Bagus Burham ikutkakeknya.Ayahnya bernama R. Tumenggung Sastronegoro yang mengharapkananaknya dikelak kemudian hari menjadi orang yang berguna bagi bangsa dannegaranya. Maka oleh sang ayah, Bagus Burham dikirim ketempat pendidikanyang memungkinkan dapat mendidik anaknya lebih baik dari dirinyasendiri.Waktu itu pondok Pesantren di kawasan Ponorogo yang dipimpin olehKyai Imam Besari terkanal sampai dipusat Kerajaan Surakarta. KesanalahBagus Burham dikirim untuk mendapatkan tambahan ilmu lahir batin sertakeagamaan. Pondok Tegalsari yang dipimpin Kyai Imam Besari ini mempunyaimurid yang banyak dan memiliki kepandaian yang pilih tanding.
Bagus Burham berangkat ke Pesantren Tegalsari disertai embannya yangbernama Ki Tanujoyo.Ditempat yang baru itu Bagus Burham sangat malas. Ditambah lagi lebih sukamenjalankan maksiat dari pada mengaji. Berjudi adalah merupakanpekerjaannya setiap hari. Juga pekerjaan maksiat yang lainnya. Adu ayamtermasuk kesukaan yang tidak perbah diluangkan. Dari pada mengajihari-harinya dihabiskan dimeja-meja judi dari satu desa ke desa lainnya.Sehingga terkenallah Bagus Burham bukan sebagai santri yang soleh tetapisebagai penjudi ulung dikalangan orang-orang di daerah Ponorogo. Dasarseorang anak Tumenggung, uang banyak dan biasanya dimanja oleh orang tuaatau kakeknya. Karena kegemarannya bermain judi, adu ayam danperbuatan-perbuatan maksiat yang lain Bagus Burham banyak berkenalandengan warok-warok Ponorogo yang satu kegemaran.Perbuatan putra Tumenggung ini sangat merepotkan hari Kyai Imam Besari.Diharapkan seorang putra priyayi keraton ini akan memberi suri teladanbagi murid-murid (santri-santri) yang lein tetapi ternyatasebaliknya.Seringkali Bagus Burham mendapat teguran dan marah dari KyaiBesari. Namun hal itu tidak merubah sifatnya. Dia tetap penjudi, tetappenyabung ayam, tetap gemar pada tindakan-tindakan yang menjurus kemaksiat. Karena merasa bosan setiap hari mendapat dampratan dari gurunyamaka Bagus Burham perni meninggalkan pondok Tegalsari diikuti oleh KiTanujoyo.(Versi lain mengatakan bahwa kepergian Bagus Burham karena KyaiImam Besarimerasa jengkel akan ulah Bagus Burham. Kemudian pimpinan pondok Tegalsariitu memanggil abdi kinasih Ki Tanujoyo dan menseyogyakan Bagus Burhamtidak usah belajar mengaji di pondok Tegalsari).Meninggalkan pondok Tegalsari Bagus Burham tidak mau pulang ke Solo.Dengan diiring oleh oleh abdinya yang bernama Ki Tanujoyo. Bagus Burhambertualang sampai di Madiun. Ditempat itu uang sakunya habis. Ki Tanujoyokemudian berdagang barang loakan. Sedangkan Bagus Burham tetap padakegemarannya semula. Betapa bingungnya Raden Tumenggung Sastronegorotatkala mendapat laporan Kyai Imam Besari bahwa puteranya pergi dariTegalsari. Kemudian dipanggillah di Josono agar mencari Bagus Burhamsampai ketemu. Bila ketemu agar diajal kembali ke Tegalsari. Kyai ImamBesari kembali dari Keraton Solo mendapat laporan dari penduduk Tegalsaribahwa sekarang daerah Tegalsari tidak aman. Banyak pencuri serta tanamandiserang hama. Kyai Imam Besari memohon petunjuak dari Tuhan. Mendapatkanilham bahwa keadaan daerahnya akan kembali aman damai apabila Bagus Burhamkembali ke Tegalsari lagi. Oleh karena itu Kyai Imam Besari segeramengutus ki Kromoleyo agar supaya berangkat mencari kemana geranganperginya Bagus Burham. Bagi Ki Kromoleyo bukan pekerjaan yang sulitmencari Bagus Burham. Sebab dia tahu kehidupun macam apa yang digemariBagus Burham. Tempat judi, tempat adu ayam. Itulah sasaran Ki Kromoleyo.Pada penjudi dan pengadu ayam ditanyakan apakah kenal dengan pemuda yangbernama Bagus Burham. Orangnya tampan. Jejak Bagus Burham akhirnya terbaujuga. Ki Kromoleyo dapat menemukan Bagus Burham dan mengajak kembali keTegalsari. Namun Bagus Burham tidak mau. Karena bujukan Ki Josono utusanorang tuanya yang kebetulan juga sudah menemukan tempat Bagus Burham makakembalilah Bagus Burham ke Tegalsari.Kyai Imam Besari menghadapi Bagus Burham dengan cari lain. Sebab ternyatasekembalinya dari petualangannya Bagus Burham bukan semakin rajin mengajitetapi semakin boglok dan bodoh. Tampaknya. Menghadapi murid yang demikianKyai yang sudah berpengalaman itu lalu mengambil jalan lain. Bagus Burhamtidak langsung tidak langsung diajar mengaji seperti santri-santri yanglain. Dia bukan keturunang orang biasa tetapi masuk memiliki darahsatriya. Maka tidak mengherankan kalau dia juga memiliki/mewarisisifat-sifat leluhurnya. Gemar sekali kepada hal-hal yang memperlihatkankejantanan seperti adu ayam dan lain sebagainya.Menurut serat “CANDRA KANTHA” buatan Raden Ngabehi Tjondropradoto antaralain menyebutkan bahwa : Raden Patah berputera R. Tejo ( PangeranPamekas). Pangeran Pamekas berputra Panembahan Tejowulan di Jogorogo.Panembahan Tejowulan berputra Tumenggung Sujonoputro seorang pujanggakeraton Pajang. Kemudian Raden Tumenggung Sujonoputro berputra TumenggungTirtowiguno. Sedangkan Tumenggung Tirtowiguno ini mempunyai putra R. Ng.Yosodipuro I pujangga keraton Surakarta. Kemudian sang pujangga berputraR. Ng. Yosodipuro II (Raden Tumenggung Sastronegoro) ayah dari BagusBurham. (Dari sumber lain menyebutkan bahwa R. Tumenggung Sastronegorobukan ayah Bagus Burham tetapi kakeknya. Ayahnya bernama Mas NgebehiRonggowarsito Panewu Carik Kadipaten Anom). Dari silsilah tersebutdiketahui bahwa Bagus Burham masih ada keturunan darah raja. Darahbangsawan yang biasanya sangat suka adu jago tetapi gemar melakukan tapabrata. Kesinilah Imam Kyai Besari mengarahkan. Disamping diberi pelajaranmengaji seperti murid yang lain maka Bagus Burham juga disuruh melakukan“tapa kungkum”. Dari sini terbukalah hati Bagus Burham. Dikeheninganmalam, dengen gemriciknya suara air, diatasnya bintang-bintangberkelap-kelip seolah-oleh menyadarkan Bagus Burham yang usianya jugasudah semakin dewasa itu.Setelah menjalani tapa kungkum selama 40 hari lamanya maka Bagus Burhamtumbuh menjadi anak yang pandai. Kyai Imam Besari tersenyum lega melihatperkembangan anak asuhnya yang paling bengal itu. Terapinya kena sekali.Padahal terapi itu hanya berdasarkan dongenn yang pernah didengarnya.Bahwa dahulu kala ada seorang pemuda yang bengal, nakal, penjudi, pemalas,perampok yang bernama Ken Arok. Namun karena ketekunan seorang pendidikyang bernama Loh Gawe maka akhirnya Ken Arok enjadi raja di Singosari.Menurunkan raja-raja besar di tanah Jawa. Dari Mojopahit sampai keSurakarta semua menurut silsilah masih keturunan langsung dari Ken Arok.Dan R. Patah pun keturunan Ken Arok. Jadi Bagus Burham juga keturunan KenArok. Siapa tahu kenakalannya juga turunan yang dikelak kemudian hari akanmenjadi orang yang luar biasa. Bagus Burham menjadi murid yang terpandai.Selama 4 tahun dipondok Tegalsari ilmu gurunya sudah terkuran habis. Tidakada sisanya lagi. Kyai Imam Besari memuji keluhuran Tuhannya. Diamelimpahkan habis ilmunya kepada muridnya. Setelah dirasa cukup maka BagusBurham kembali ke Surakarta. Oleh tuanya Bagus Burham disuruh langsung keDemak untuk belajar mengenal sastra Arab dan kebatinan jawa pada PangeranKadilangu.Apakah ayahnya punya maksud agar kelak anaknya dapat menandingi kepandaianrajanya ?Bagus Burham seorang kutu buku yang luar biasa. Dengan bekal kepandaianyang dimiliki dari beberapa guru-gurunya, Bagus Burham kemudian menekunisoal kesusastraan Jawa serta peninggalan-peninggalan nenek moyang.Buku-buku berbahasa kawi kuna ditelaah dan dipelajarai sebaik-baiknya.Jiwa petualang masih juga membara dalam kalbunya. Dia seringkalimengadakan perjalanan dari satu daerah kedaerah yang lain. Bagus Burhammeninjau tempat-tempat yang bersejarah, tempat-tempat yang mengandungnilai-nilai historis, tempat-tempat yang keramat, ke candi-candi dantempat-tempat penting lainnya. Disembarang tempat dipelbagai daerah kalaudianggap ada orang yang memiliki kepandaian lebih maka tidak malu-maluBagus Burham berguru para orang tersebut. Tidak peduli dia hanyalahseorang juru kunci atau orang biasa. Pada usia 18 tahun sebagaimanakebiasaan anak priyayi waktu itu ingin mengabdikan dirinya kepada keraton.Caranya haruslah dengan magang (pegawai percobaan) pada Kadipaten Anom.Jiwa senimannya atau darah kepujanggaannya terasa mengalir derasditubuhnya. TIdak merasa puas dengan pekerjaan magang tersebut. Maka BagusBurham mohon pamit sebab dirasa tidak ada kemajuan. Dia ingin mengembaraingin bertualan menuruti gejolak darah senimannya. Hampir seluruh pelosokpulau Jawa telah dijelajahi oleh Bagus Burham. Bahkan juga luar jawasepeti Bali, Lombok, Ujung Pandang, Banjarmasin bahkan ada sumber yangmengatakan pengembaraan Bagus Burham sampai di India dan Srilanka. Melihatperjalanan hidupnya seperti tersebut diatas pantaslah kalau Bagus Burhammenjadi manusia yang kritis menghadapi suatu persoalan. (Ungkapanperasaannya tampak ada karyanya ” Serat Kala Tida “.Pulang dari pengembarannya Bagus Burham kawin. Karena sang mertua diangkatmenjadi Bupati di Kediri maka Bagus Burhampun mengikuti ke Kediri.Ditempat tersebut yang terkenal sebagai tempat bersejarah banyakpeninggalan-peninggalan dari jaman terdahulu. Di Kediri pernah berdirikerajaan besar dimana salah satu rajanya adalah Sang Prabu Joyoboyo. Waktusang prabu berkuasa agaknya keadaan negara sangat tenteram dan damaiterbukti lahirnya beberapa karya sastra besar. Sang Prabu memerintahkankepada Empu Sedah dan Empu Panuluh agar menceritakan kembali atau menyusunceritera BARATAYUDAHA dalam bahasa yang lebih muda diambil dari buku MahaBarata asli dari India. Demikian indahnya gubahan tersebut sehingga banyakyang mengira bahwa kejadian itu terjadi di tanah Jawa. Sebelum rajaJoyoboyo, di Kediri juga lahir hasil sastra yang tinggi mutunya. SmaraDahana kitab karya Empu Darmaja, juga buku Sumana Sentaka karya Trigunamerupakan hasil sastra yang sulit dicari bandingannya. Di daerah yangseperti itu tentu saja banyak peninggalan-peninggalan berupanrontal-rontal yang dimiliki penduduk warisan dari nenek moyang. Dengantekun Bagus Burham di Kediri waktunya dihabiskan untuk mempelajarirontal-rontal yang dapat dikumpulkan dari perbagai daerah. Darirontal-rontal, pengalaman/pengetahuan selama mengembara dan berguru itulahdia dapat menimba pelbagai ilmu.Baru setelah Bagus Burham berumur 38 tahun mulai produktif dengan karyasastranya. Dan pada tahun 1844 pihak keraton mengangkat menjadi KliwonCarik dan disyahkan menjadi Pujangga Keraton. Namanya Raden NgabehiRonggowarsito dan semakin tenar. Kariernya tidak licin sebab agaknya jugadipengaruhi bahwa orang tuanya (Raden Tumenggung Sastronegoro) dianggapbersalah kepada kompeni Belanda sebab pernah merencanakan akan menggempurbenteng Kompeni diwaku jaman pemberontakan Diponegoro (1825-1830
posted by Jalan trabas @ 23:53   0 comments