hamba yang hina

Name: Aku
rumah: Di dalam aku
hamba:Jalantrabas Jalan Yang Cepat Menuju Ilahi

 

KOLOM BERITA

 

ARCHIEVES

 

SHOUTBOX

 

Pengunjung

geovisite
geovisite

 

Links

 
 

Wednesday 31 December 2008
Syariat Dalam Perspektif Makrifat Jawa
Syariat Dalam Perspektif Makrifat Jawa

Bagi tasawuf jawa Al Qur’an terbagi atas dua macam pertama qur’an garing (kitab garing) dan kitab teles (kitab basah). Kitab garing adalah kitab al Qur’an yang tertulis sebagai petunjuk dalam memahami ayat-ayat Tuhan. Kitab basah adalah al Qur’an yang terdapat didalam hati. Kedudukan kitab basah derajatnya lebih tinggi, juga kedudukanya karena ia menyangkut ayat-ayat semesta, dan sebagai sumber untuk memahami makna kehidupan. Posisinya atas kitab basah, kitab kering berfungsi sebagai lampu penerang, agar kitab basah dapat berfungsi dengan baik dan tidak berjalan dalam kegelapan.

Kitab suci yang kering, hanyalah sebagai tanah kosong yang perlu di cangkul, dipupuk dan ditanami. Untuk itulah diperlukan kitab suci basah, atau yang terdapat dalam diri manusia. Kitab suci sebagai formaslisme syariat yang harus menemukan benih yang tepat, yakni hati yang bersih, dan penanam yang tepat pula. Itulah sang salik, yang hatinya bersih, dan segenap jiwanya diarahkan kepada Allah. Hal ini menjadi salah satu berimbangan antara syariat dan makrifat. Berikut penulis petikkan dari serat nitisruti pupuh dhandhanggula bait 11~14 karya sunan kajenar yang terjemahanya sebagi berikut:

“” Maksud ajaran yang permulaan mengenai kududukan uluma, bilamana sudah benar sesuai penempatanya, jujurnya perasaan didalam hati tiada tabir, karena sudah waspada kedudukanya yang di sembah dan yang menyembah, menjadi biasa dalam keberadaan sejati, menjadi mulia yang sebenarnya, selarasnya yang demikian itu sebenarnya, tidak terbuka dalam hati manusia, yang tanpa pengetahuan, dan yang masih bodoh, sungguh bodoh pemikiranya, oleh karena itu haruslah, hati terus berusaha, mengambil teladan guru, kepada para ulama yang mahir, sebagai kemuliaan sejati. Maksud rasa hati yang sudah sampai pada kebenaran, kotoran diri sudah sirna, mencegah segala yang tidak baik, bagaikan tubuh yang cantik, yang demikian itu bilamana, sudah sampai luar dalam, akhirnya selaras bersih tak bercampur, dalam dalam suasana yang indah yang di sebut benar-benar sirna sifat manusiawinya. Jelas sekali sebenarnya yang demikian itu sudah tak ada gusti dan hamba, karena sudah sirna rasanya, sedangkan yang tidak tau ,pengetahuan yang diuraikan, tak dapat diceritakan bagaimana cara hidupnya, sudah penuh bisa, hanya kedurjanaan yang dilakukan, lain halnya bagi yang sudah kokoh budinya...””

Pupuh diatas sangat mewakili ajaran mistik dan makrifat islam jawa. Terutama yang di sebarkan oleh sunan kajenar dan sunan kaliajaga. Mistik makrifat yang secara mudahnya berarti “inisiasi” adalah praktek kontak spiritual langsung dengan Tuhan melalui kontemplasi atau pengalaman psikologis. Oleh karenanya rahasia dan rasanya hanya dapat dirasakan oleh pelakunya saja, dan masing-masing pelaku ( salik ) akan selalu memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Namun secara jelas dan tegas dapat dinyatakan bahwa tanpa laku, tanpa penghayatan langsung dan nyata, maka keadaan yang sesungguhnya dari pengalaman keagamaan, rasa agama (al-halawat al-iman), atau apa pun namanya dari buah lelaku tersebut niscaya tidak dapat dirasakan dan tidak bisa diperoleh.

Demikian pula pengetahuan keagamaan sedalam apapun tidaklah bisa disebut sebagai makrifat. Mendalamnya ilmu syariat juga belum bisa tentu sanggup mengantarkan pemilikannya sampai pada kemakrifatan. Mungkin mereka mengetahui tentang Tuhan. Ia tahu segala sifat-sifatnya melalui buku dan guru. Karena mereka tahu tapi tidak pernah kontak, maka hasilnya juga menjadi kurang benar. Maka dalam makrifat di butuhkan lelaku. Dalam bahasa sufi, makrifat merupakan buah dari perjalanan, suluk, seorang hamba kepada Tuhannya. Dari proses perjalanan itulah maka akan tercapai makrifatullah. Dan di ketahui secara jelas apa itu sangkan paraning dumadi( inna lillahi wa inna ilaihi raji’un).

Dalam hal ini syariat bukanlah sekedar aturan-aturan formal keagamaan, yakni yang sering hanya dibatasi sebagai fiqih. Sekarng ini kata-kata “syariat islam” telah direduksi oleh para agamawan hanya sebatas fiqih, aturan formal keagamaan yang dibakukan dalam berbagai karya hukum keagamaan oleh manusia. Fiqih sebenarnya hanyalah produk perjalanan ulama dalam sejarah islam, bukan syariat itu sendiri. Sedangkan syariat dalam tataran makrifat adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan.

Adapun cara untuk menempuh laku syariat itu di sebut sebagai terekat, yang tentu terkait dengan masing-masing tempat, zaman, tradisi dan budaya yang berbeda.praksisme keagamaan inilah yang pernah diusung oleh parah tokoh sufi jawa pada abad ke 15 yang lalu.dalam hal ini bahwa syariat baru menjadi berarti setelah dilalui melalui proses tirakat atau lelakon. Dalam melakukan hal tersebut, maka yang pertama kali harus diperhatikan adalah upaya untuk melongok kedalam diri sendiri atau introspeksi. dalam hal inilah diperlukan adanya laku untuk mengendalikan hawa nafsu. Tahapan utama untuk ini adalah khalwat, tahannuts atau meditasi (menempuh laku heneng dan hening). Jika prose ini berhasil maka akan mengantarkan pelakunya untuk mendapatkan apa yang ia sebut sebagai inspirasi spiritual dan sebagainya. Dari ilham yang di peroleh maka akan melahirkan berbagai pengetahuan baru dan perilaku-perilaku yang berasas pada keluhuran budi sebagai buah ber-musyahadah (menyaksikan dan berkontak langsung dengan Allah), Atau buah iman. Dengan demikian maka kita berjalan menuju kepada –nya, kita menyatu dengan-nya, dan kita telah membangun sikap hidup yang berdasarkan kehendak Tuhan itu sendiri......

Dalam sistimatika makrifat jawa persoalan sholat mendapatkan perhatian cukup penting. Dalam hal ini, yang cukup signifikan untuk dibahas pada tempat ini adalah yang berkaitan dengan tiga hal pokok, yang sering mendatangkan kontraversi, yakni tentang sholat tarek, sholat daim, dan tentunya, terkait dengan hal tersebut adalah tentang adanya sholat. Dalam qur’an sholat dikategorikanmenjadi dua seperti firman Allah SWT: “Peliharalah semua sholatmu dan sholat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam sholat) yang khusyu’ “ ( QS. AL-Bagarah/2:238).

Dalam sistem islam jawa makna sholatmu” dalam ayat tersebut mengacu pada sholat syariat atau lahir, dan sholat wustha pada sholat hati. Secara lahir sholat dilakukan dengan berdiri, membaca al-fatihah, sujud, duduk dan sebagainya, yang melibatkan keseluruhan anggota badan. Inilah sholat jasmani dan fisikal karena semua gerakan badan berlaku dalam semua sholat, maka dalam ayat tersebut disebut shalawati (segala shalat), yang berarti jamak. Dan ini menjadi bagian pertama, yakni bagian lahiriah.

Bagian kedua adalah shalat wustha. Yang di maksud secara sufistik adalah shalat hati. Wustha dapat diartikan pertengahan atau tengah-tengah. Karena hati terletak di tengah ,yakni di tengah”diri”, maka dikatakan shalat wustha sebagai shalat hati. Tujuan sholat ini adalah untuk mencapai kedamaian dan ketentraman hati. Hati terletak di tengah-tengah, antara kanan dan kiri, antara depan dan belakang, antara bawah dan atas, dan antara baik dan jahat. Hati menjadi titik tengah, poin pertimbangan. Hati juga di ibaratkan berada diantara dua jari Allah, dimana Allah membolak-balikkan kemana saja yang ia kehendaki. Maksud dari dua jari Allah adalah dua sifat Allah, yaitu sifat yang Maha Menghukum dan Mengazab dengan sifat yang indah, yang kasih sayang, yang lemah lembut.

Sholat dan ibadah yang sebenarnya adalah shalat serta ibadahnya hati, kondisi khusyu’ menghadapi kehidupan. Bila hati lalai dan tidak khusyu’, maka jasmaniahnya akan berantakan. Sehingga kalau ini terjadi kedamaian yang didambakan akan hancur pula. Apalagi sholat jasmani hanya bisa dicapai dengan hati yang khusyu’. Kalau hati tidak khusyu’, serta tidak dapat konsentrasi pada arah yang dituju dari shalat, maka hal itu tidak bisa disebut shalat. Juga tidak akan dipahami apa yang diucapkan, dan tentu apapun yang di lakukan dengan bacaan dan gerakanya tidak akan mengantarkan sampai kepada Allah.

Urgensi kekhusukan itu berhubungan dengan inti shalat sebagai doa. Doa atau munajat, bukan sekedar permintaan hamba kepada Allah, akan tetapi berarti juga sebagai arena pertemuan. Dan tempat pertemuan itu adalah di dalam hati. Maka jika hati tertutup di dalam shalat, tidak perduli akan makna rohani sholat, shalat yang di lakukan tersebut tidak akan memberikan manfaat apapun. Sebab semua yang di lakukan jasmaninya sangat tergantung kepada hati sebagai zat untuk badan. Ingatlah sabda Rasulullah :” ingatlah bahwa dalam tubuh itu ada sekeping daging, apabila daging itu baik, baiklah seluruh tubuh itu. Dan apabila ia rusak, rusak pulalah semua tubuh itu. Daging itu adalah hati...”

Kekhusukan hati akan membawa shalat yang menghasilkan kesehatan hati. Shalat khusuk akan menjadi obat bagi hati yang rusak dan jahat serta berpenyakit. Maka shalat yang baik haruslah dengan hati yang sehat dan baik pula, bukan dengan hati yang rusak,yakni hati yang tidak dapat hadir kepada Allah. Jika shalat dari sisi jasmaniah-fisik memiliki keterbatasan dalam semua hal: tempa, waktu, kesucian badan, pakaian dan sebagainya, maka shalat dari segi rohaniah tidak terbatas dan tidak dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu. Shalat secara rohaniah tidak terikat oleh ruang dan waktu. Shalat ini selalul dilakukan terus-menerus sejak di dunia hingga akhirat. Masjid untuk rohani ada didalam hati. Jamaahnya terdiri dari anggota-anggota batin atau daya-daya rohaniah yang berzikir dan membaca al-asma’ al-husna dalam bahasa rohaniah. Imamnya dalam shalat rohani adalah kemauan atau keinginan yang kuat. Dan kiblatnya adalah Allah. Inilah shalat daim yang di ajarkan oleh guru saya yang memperoleh ajaran ini dari para orang bijak seperti sunan kajenar dan sunan kalijaga dan sebagainya..

Nah, shalat yang demikian itu hanya dapat dilakukan oleh hati yang ikhlas, hati yang tidak tidur dan tidak mati. Hati dan jiwa seperti itu kekal dan selalu beribadah atau shalat ketika jasmaninya sedang tidur. Inilah tahapan orang-orang yang sudah mencapai makrifatullah, tempat penyucian tertinggi. Di tempat itu ia ada tanpa dirinya, karena dirinya telah fana’ telah hilang lenyap. Ingatanya yang teguh dan suci tercurah hanya kepada Allah. pada tingkatan ini tidak ada lagi bacaan di mulut, tidak ada lagi gerakan berdiri, sujud, rukuk dan sebagainya. Dia telah telah berbincang-bincang dengan Allah.sebagaimana firman Allah:” Hanya engkau yang kami sembah, dan hanya kepada engkaulah kami memohon pertolongan.” (QS Al-Fatihah/1:5).

Friman tersebut menunjukkan betapa tingginya kesadaran insan kamil, yakni mereka yang telah mengalami beberapa tingkata alam rasa dan pengalaman rohani sehingga tenggelam dalam lautan tauhid atau keesaan Allah dan berpadu denganya. Nikmat yang mereka rasakan saat itu tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Hanya orang yang mengalaminya yang dapat mengartikan kenikmatan tersebut. Namun, mereka pun sering tidak mau mengungkapkannya, tidak ingin membocorkan rahasia ketuhanan yang tersimpan di dalam lubuk hatinya oleh Allah. hal tersebut sama halnya dengan hakikat takbir, yang bukan semat-mata ucapan ‘Allahu akbar”. Takbir merupakan pengucapan yang lahir dari firman Allah untuk memuji kebesaran Dzatnya.

Jadi takbir sebenarnya merupakan suara Tuhan yang meminjam mulut hambanya. Bukan hasil dari dorongan emisional. Karenannya. Takbir sejati adalah menyatakan kebesaran Allah dari af’al Allah sendiri. Takbir sejati merupakan penghayatan diri terhadap sifat Allah. dan takbir sejati adalah penyebutan namanya yang lahir dari kehendak-Nya semata. Dengan takbir yang demikian itu, maka yang lain menjadi sangat kecil, dan menjadi tidak ada. Yang ada hanya Allah. kemanapun kita menghadap yang ada hanya wajah Allah. maka setelah berpadu ibadah lahir dan batin secara harmonis, Roh dan Hati seperti yang tergambar itu. Membawanya msuk kehadirat Allah, hatinya berpadu mesra dengan Allah. dalam alam nyata ia menjadi hamba yang alim dan wara’. Dalam alam rohani ia menjadi hamba yang ma’rifah yang telah sampai pada tingkatan kesempurnaan mengenal Allah. inilah makna bahwa shalat yang dilaksanakan mencegah perilaku keji dan moral. Sebaliknya menghasilkan kehalusan dan kemuliaan budi dan perilaku. Jika shalat telah dihilangkan makna hakikatnya, hanya menjadi sekedar pelaksanaan hukum fiqih sebagaimana tampak pada kebanyakan manusia dewasa ini. Sholat yang tidak tau makna hakikatnya mendapat kritik tajam dari sunan kajenar sebagai berikut: ” syahadat, shalat, puasa semua tanpa makna termasuk zakat dan haji ke mekkah itu semua telah menjadi palsu tidak bisa di jadikan panutan hanya menghasilkan kerusakan bumi membohongi makhluk lain, hanya ingin surga kelak orang bodoh mengikuti para wali sementara kenyataanya sama saja belum mencapai tahapan hening”

Sunan kajenar mengkritik pelaksanaan hukum fiqih pada masa kerajaan demak. Karena ibadah-ibadah formal tersebut telah kehilangan makna dan tujuan, kehilangan arti dan hikmah kehidupan. Hal itu menjadikan semua ajaran agama yang diajarkan para ulama ketika itu menjadi kebohongan yang menina bobokkan publik dengan hanya menginginkan surga kelak, yang belum ada kenyataanya. Oleh karenannya. Para tokoh sufi jawa dan para sufi lainya yang sudah benar-benar mencapai tahapan ma’rifah mengajarkan shalat yang fungsional. Berbeda dengan para ulama yang hanya mengandalkan hukum fiqih semata. Shalat tarek sebagai bentuk ketaatan syariat, dan shalat daim sebagai shalat yang tertanam dalam jiwa, dan mewarnai seluruh budi pekerti kehidupan. Seseorang yang melaksanakan pekerjaan profesioanalnya secara benar, disiplin, ikhlas, dan karena melaksanakan fungsi lillahi ta’ala, maka orang tersebut telah melaksanakan shalat. Itulah bagian dari shalat daim. Sunan kalijaga pun memiliki wejangan shalat daim sebagai berikut:

terjemahannya “””” wahai anak cucuku, setiap engkau menyelesaikan shalat lima waktu, segeralah mendirikan shalat daim, shalat kekal, shalat wustha. Mensucikan diri tanpa air melainkan dengan bacaan istighfar yang senilai suci. Caranya tanpa rukuk dan sujud, melainkan dengan serba merasa diri menghadap, mengabdi kepada Tuhan yang maha suci dikala engkau sedang diam, bergerak dan bekerja apa saja. Syaratnya hanya satu: niat menghambakan diri secara sempurna kepada Allah, dengan memberikan kebajikan kepada orang lain. Itulah wahai anak cucuku, jalan mencapai saat kematian sejati, memperoleh akhir hidup yang sempurna dikaruniai rahmat Allah.

Jadi shalat daim tidak terbatas oleh waktu, keadaan atau batasan-batasanyang lain. Dalam sulik linglung sunan kalijaga menegaskan bahwa shalat daim dilaksanakan tanpa menggunakan air wudhu untuk menghilangkan najis dan hadas, shalat daim merupakan shalat batin yang sebenarnya. Shalat yang seseorang di dalamnya boleh dengan makan, tidur, bersenggama, maupun buang kotoran.

Sunan Bonang pun memiliki ajaran shalat daim sebagai berikut: “” Unggulnya diri itu mengetahui hakikat shalat, sembah dan pujian. Shalat yang sebenarnya bukan mengerjakan shalat isa atau maghrib. Itu namanya sembahyang. Apabila di sebut shalat, maka itu hanyalah hiasan dari shalat daim. Hanyalah tata krama.””

Maka jelaslah bahwa shalat lima waktu yang hanya di lakukan berdasarkan ukuran formalitas, hanya sebentuk tata krama, aturan keberagaman. Sementara shalat daim merupakan shalat yang sebenarnya, yakni kesadaran total akan kehadiran dan keberadaan Yang Maha Agung di dalam diri-nya, dan dia merasakan dirinya sirna. Sehingga semua tingkah lakunya merupakan shalat. Wudhu, membuang air besar, makan dan sebagainya adalah tindakan sembahnya. Inilah hakikat dari niat sejati dan pujian yang tiada putus. Ya, shalat yang mampu membawa pelakunya untuk tidak menebar kekejian dan kemungkaran. Mampu menghadirkan ramatan lil ‘alamin.

Dalam sukuk wujil Sunan Bonang pun memberikan penjelasan tentang makna shalat.
“”Janganlah menyembah wahai engkau wujil, jika tidak kelihatan nyata. Sembah dan pujian tidak ada gunannya. Bila yang disembah itu jelas ada dihadapanmu, (maka engkau) mengerti adamu sebagai Yang Maha Agung, adamu sendiri tidak ada. Itulah yang dinamakan daim pada orang yang memuji, menjadi nyata kehendak purba.””

Orang yang melaksanakan sembahyang, akan tetapi tidak bisa mengarahkan ibadahnya tersebut kepada pengetahuan akan Tuhan, dalam ajaran suluk islam jawa dianggap sia-sia. Demikian pula jika shalat hanya dimaksudkan untuk sekedar mendapatkan pahala, maka hal tersebut sia-sia. Orang yang menyembah harus mengetahui benar siapa yang disembah.

Dalam suluk wujil Sunan Bonang berkata:
“” Manakah yang disebut shalat yang sesungguhnya itu? Janganlah menyembah bila tidak tahu siapa yang disembah. Akibatnya akan direndahkan martabat hidupmu. Apabila engkau tidak mengetahui siapa yang disembah di dunia ini, engkau seperti menyumpit burung. Pelurunya ditebar tak ada satupun yang mengenai burung sasaranya. Akhirnya, Cuma menyembah adam sarfin, penyembahnya menjadi sia-sia tidak ada gunanya.””

Dalam serat Wedhatama di sebutkan bahwa shalat merupakan sembah raga, yang pelakunya baru disebut magang, agar ia dapat menjalankan penyembahan pada kualitas yang lebih tinggi. Dalam tasawufnya di sebut sebagai riyadhah( latihan ). Adapun tujuan dari sembah raga adalah untuk memperoleh kondisi badan yang lebih sehat dan segar. Agar shalat daim/Dzikr yang dilaksanakan dapat mencapai sasaran yang optimal, maka pelaksanaanya harus dengan sepenuh hati dan pikiran, serta semua daya hanya ditujukan kepad Allah. hal tersebut dinyatakan salam suluk supanalaya, bahwa dzikr harus dengan amuntu hakikat.

Yakni dengan mengheningkan cipta dan merenungkan hakikat Tuhan disertai dengan hati yang penuh dengan kerinduan atau hidayat Tuhan. Jika kinerja tersebut terdapat penyertaan dari Allah yang berupa diberikanya rahmat serta hidayahnya, maka dipastikan orang tersebut akan bisa manunggal dengan Allah. apa yang diciptakan terjadi, dan yang dikehendaki terlaksana. Selemat merenungkan galilah wawasan dari mana saja datangnya untuk pengetahuan.

Seperti telah banyak disinggung-singgung sebelumnya, bahwa di dunia ini GUSTI ALLAH menciptakannya secara berpasang-pasangan. Ada siang-ada malam, Ada baik-ada buruk, Ada besar-ada kecil. Demikian pula Gusti Allah menciptakan Kitab ajaran bagi manusia itu berpasangan. Ada Kitab secara agama, seperti Al Qur'an, Injil, Taurat, Zabur dan lain-lain yang disebut 'kitab kering'. Selain itu, GUSTI ALLAH juga menciptakan kitab yang disebut 'kitab teles (kitab basah)'. Apakah kitab basah itu? Kitab 'basah' itu adalah semua ciptaan GUSTI ALLAH di muka bumi ini.
Kitab 'kering' dan 'basah' itu sama-sama merupakan petunjuk dari GUSTI ALLAH pada semua umat manusia yang ada di dunia ini. Jadi, selain mengaji pada 'kitab kering', kita juga harus mengaji pada 'kitab basah'. GUSTI ALLAH dalam sebuah surat di Al Qur'an berfirman yang kurang lebihnya berbunyi "Berjalan-jalanlah kamu dimuka bumi, maka kamu akan mengetahui kekuasaanKU bagi orang-orang yang berpikir".Dari arti ayat Al Qur'an tersebut yang perlu diperhatikan adalah kata-kata 'berjalan-jalan di muka bumi' dan 'bagi orang-orang yang berpikir'. Apakah maksud kata-kata itu? Ternyata kata-kata itu bermaksud bahwa semua yang ada di muka bumi ini, apakah itu hewan, tumbuhan, gunung, sungai, awan, langit, dan masih banyak lagi adalah merupakan kekuasaan GUSTI ALLAH. Demikian pula dengan manusia. GUSTI ALLAH menyempurnakan kehidupan manusia sebagai makhluk paling mulia di muka bumi. Sedangkan kata-kata 'bagi orang-orang yang berpikir', merupakan sindiran dari GUSTI ALLAH kepada kita manusia. Artinya, apakah kita termasuk orang-orang yang berpikir dan menggunakan otak kita untuk memahami kekuasaan GUSTI ALLAH atau tidak. Atau malah pikiran kita yang buta dan termasuk orang yang tidak berpikir tentang kekuasaan GUSTI ALLAH. Sebagai makhluk mulia, seharusnya kita yang dibekali dengan pikiran dan akal sehat harusnya menggunakan pikiran dan akal sehat itu untuk meneliti, mempelajari, setelah itu, memuji kehebatan ciptaan GUSTI ALLAH, selanjutnya adalah Manembah (menyembah) GUSTI ALLAH dengan penuh keyakinan. Coba Anda perhatikan, Dalam surat Al Qur'an juga disebutkan bahwa dalam penciptaan Siti Hawa, GUSTI ALLAH mengambil salah satu tulang rusuk Nabi Adam. Apa buktinya? Ternyata kita bisa membuktikannya lewat hasil rongent antara seorang laki-laki dan perempuan. Tulang rusuk laki-laki jumlahnya 9, sedangkan tulang rusuk perempuan berjumlah 10. Bukankah itu tanda-tanda yang cukup jelas bagi orang-orang yang berpikir? Coba Anda pelajari tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan itu daunnya berwarna hijau ketika masih muda, lalu mulai berubah hijau kekuningan, dan berlanjut menjadi kuning kemudian rontok. Apa yang bisa kita pelajari dari situ? Ternyata kita manusia ini juga mengalami proses hidup layaknya tumbuh-tumbuhan, dari muda (hijau), remaja dan dewasa (hijau kekuningan) dan masa tua (kuning), kemudian mati (rontok). Dari berbagai contoh di atas, setidaknya menjadi pertimbangan bagi Anda semua. Bahkan yang dipikirkan di dunia ini tidak melulu hanya harta dunia yang tidak kekal saja. Tetapi juga memikirkan ciptaan GUSTI ALLAH. Coba Anda lebih banyak memikirkan makhluk-makhluk ciptaan GUSTI ALLAH yang ada di muka bumi. Pasti! Anda akan menjadi lebih dekat dengan sang Pencipta. Tidak ada Tuhan selain GUSTI ALLAH semata.

jack kalijaga


posted by Jalan trabas @ 03:56   3 comments
Mencapai Hidup Sejati Menurut Tasawuf Jawa
Mencapai Hidup Sejati Menurut Tasawuf Jawa

Menurut ajaran Sunan kajenar, tanda kehidupan itu adalah berdasarkan dalil hidup tidak akan mempan kematian, abadi selama-lamanya. Maka kehidupan sesungguhnya dapat di capai apabila sudah mampu menyatukan diri bersama Dzat Allah. Atas dasar itulah ia mengatakan bahwa alam didunia ini disebut alam kematian, bukan kehidupan. Ia berkata,”itulah sebabnya didunia yang saya tempati sekarang ini saya namai alam kubur. Di dunia ini saya menemukan raga bersifat jasad, sesuai dengan dalil al-‘alamu kullu maujudin yang artinya dalam tia-tiap alam, manusia menemukan raga bangkai. Maka sekarangpun sudah nampak.

Hidup saya di dunia ini menemukan wujud jisim,tiang, sumsum, otot, serta daging. Saya tersesat di dalam dunia kematian ini. Di sini saya berjumpa dengan penyesatan agung, goda rencana, iblis, setan, dan neraka yang banyak sekali jumlahnya. Di dunia ini pula jisim terbelenggu rantai dan air panas.saya sungguh menyesal dalam keadaan mati di dunia ini. Menggunakan panca indra yang bersifat baru, perut dan isi perut selalu minta diisi . haus dan lapar sudah saya derita, sakit dan sedih sudah saya alami, darah dan daging turut menumpang, padahal semua itu akhirnya menjadi debu.”

Sama halnya denga Sunan kajenar, wali songo juga mengajarkan bahwa hidup sejati hanya bisa diraih jika sudah meniadakan kedirianya sebagai manusia yang menyatukan diri dengan Dzat tuhan yang abadi selamanya. Caranya adalah dengan tanazul dan taraqi, yakni memahami dan mempraktikan ajaran martabat tujuh secara menurun dan mendaki.

1. Tanazul(menurun)
1.Dzat Tuhan yang tidak bernama, karena tidak ada satu nama pun yang mampu mewakili keberadaanya. Maka ia di sebut Aku. Inilah tuhan sejati, hidup sejati, sebagaimana diidam-idamkan oleh syekh siti jenar. Inilah martabat ahadiyah dalam tataran martabat tujuh. Tuhan sejati atau Aku ini berdiri sendiri tiada berawal dan berakhir, serta maha esa. Dia sendiri dan ingin di kenal, namun tidak ada yang dapat mengenalnya karena tidak ada yang lain selain dirinya. Dia berkeinginan menciptakan makhluk agar makhluk tersebut mengenal-nya .

Tuhan menciptakan suatu makhluk dengan bahan dirinya, karena tidak ada bahan lain. Jadi makhluk yanga akan dia ciptakan itu berasal dari dirinya sendiri, atau dengan kata lain makhluk itu bukan barang baru namun hanya penampakan lain dari rupa diri tuhan.sebagaimana dijelaskan ibnu arabi awal penciptaan dimulai dengan iradah dari Allah Ta’ala.sebagaimana firmanya idza araada syai’an an yaqulalahu kun fayakun(jika dia telah berkehendak terhadap sesuatu, cukup dia mengatakan jadi’maka jadilah ia) segala sesuatu di alam semesta ini menjadi ada karena irodat atau kehendak Tuhan. Sunan kajenar lalu menolak mengatakan manusia dan alam semesta ini sebagai ciptaan. Namun mereka ada karena menemukan keadaan . ibarat ombak yang menemukan keadaanya dari samudra. Ombak pada dasarnya tidak ada , namun merupakan bagian dari samudra tersebut.demikian konsep penciptaan menurut Sunan kajenar dan pada akhirnya diyakini oleh Wali songo dan para sufi lainya.

Penampakan Tuhan ini berjalan secara menurun dan penurunan yang pertama adalah sebagai nur muhammad. orang islam menyebutnya sebagai Allah. Atas dasar ini sunan kajenar menolak menyebut Allah sebagai tuhan sejati. Allah hanyalah nama untuk menyebut diri tuhan. Padahal sejatinya dia tidak bisa di jangkau dengan nama.menurutnya, menyebut nama Allah adalah suatu kebohongan , kedurjanaan dalam beragama. Allah ada karena. Ini hanyalah nama untuk mempermudah pengenalan terhadapnya saja, tidak mewakili tuhan sesungguhnya. Nur muhammad /Allah tiada beda, setidaknya demikian menurut sunan kajenar.

2.Penampakan tuhan kedua dengan nama Allah ini ini sudah mengurangi kesempurnaan diri-nya. Sekali lagi sunan kajenar dan murid-muridnya enggan menyembah Allah. Dia mengatakan bahwa Allah bersemayam dalam Dzatnya. Mereka engan untuk sholat di masjid, puasa, zakat, serta haji dengan harapan surga sebagaimana yanga di janjikan Allah melaui Nabi “Muhammad.
Penurunan ini bukan berarti bahwa tuhan ada dua .tetap satu. Dia hanya menampakkan diri dalam kualitas menurun agar lebih mudah di kenal. Dzat Tuhan terlalu suci untuk dikenal, dan nama Allah merupakan jembatan atau jalan tengah agar dia dapat lebih mudah dikenal. Tahapan ini biasa disebut dengan Martabat Wahdah.

3.Rupanya, dengan penurunan diri dengan nama Allah ini pun masih belum cukup dikenal secara mudah. Maka Tuhan menurunkan diri lagi menjadi bersifat kemakhlukan, yakni Nur Muhammad yang tidak lagi bernama Allah. Nur Muhammad pada tahapan ini bersifat mendua, yakni selalu berpasang-pasangan sebagai cikal bakal penciptaan alam semesta. Tahapan ini biasa di sebut Martabat Wahidiyat. Bahan penciptaan alam semesta berasal dari Nur Muhammad pada martabat ini. Semuanya terkumpul menjadi satu.

4. Dari Nur Muhammad yang telah bersifat kemakhlukan ini, terurai menjadi bagian-bagian halus yang belum nampak. Itulah roh-roh atau alam arwah. Roh merupakan sumber kehidupan bagi tiap-tiap benda. Roh ini berasal langsung dari Tuhan, ibarat diembuskan dari dirinya. Kehidupan syarat mutlak bagi makhluk untuk dapat mengenal Tuhan, maka dia menjadikan roh-roh ini sebagai sumber kehidupan. Hidup makhluk ini berasal dari roh-roh ini . atas dasar ini pulalah sunan kajenar mengatakan bahwa kehidupan makhluk ini hanyha semu saja karena berasal dari sumber yang kecil, Kehidupan.

5. Sumber kehidupan berupa roh ini tidak akan mampu mewakili keinginan Tuhan jika tidak disertai sarana atau wadah. Untuk itu, Tuhan menjadikan wadah bagi kehidupan tersebut. Nur Muhammad yang bersifat makhluk itu terurai menjadi bagian-bagian terpisah yang masih halus. Inilah alam misal. Di dalamnya terkumpul berbagai jenis makhluk, seperti Malaikat, jin, setan, iblis, jiwa manusia , surga, neraka, dan sebagainya. Dalam Alam misal ini manusia sudah ada namun masih berbbbbbentuk jiwa. Ia belum memiliki raga. Selanjutnya Tuhan menampakkan Dzatnya sebagai wadah perbuatan, nama, dan sifatnya, sehingga muncullah alam ajsam.

6. Pada alam ajsam ini, Tuhan menampakkan diri secara menyeluruh. Raga adalah perwujudan rupa dirinya. Perbuatan, nama dan sifat alam semesta adalah wajahnya. Semua itu terbungkus dalam sifat kemakhlukan yang serba mendua, ada hitam dan putih, ada baik dan buruk, ada senang ada sedih. Jadi, hidup sebagai makhluk selalu diliputi sifat ketidak sempurnaan. Lain halnya Dzat Tuhan yang mandiri, langgeng, tunggal, tidak tersentuh rasa lapar, ngantuk, sakit dan sedih.

7. Setelah mengetahui hakikat diri secara menurun ini, maka tahulah bahwa alam semesta ini pada hakikatnya adalah gambaran rupa Tuhan. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna, karena dibekali kemampuan untuk mendaki dan menyatu dengan Dzat maulana wajibul wujud hingga menjadikan dirinya sebagai wakil tuhan di dunia. Inilah manusia sempurna, manusia yang telah sampai pada hakikat dirinaya, yakni Dzat yang sempurna. Hidup Sejati sebagaimana yang di ajarkan oleh Wali Songo dan sunan kajenar akhirnya bermuara pada penyatuan kepada DZAT yang sejatinya.......

2.Taraqi(mendaki)
1. Kehidupan yang di lihat orang-orang ini adalah kehidupan paling luar, fisik semata. padahal fisik atau jasmani ini adalah hijab atau penghalang Tuhan yang paling luar. Kebanyakan orang tertipu oleh penampakan jasmani ini. Manusia yang hidupnya hanya beroientasi pada fisik semata, ia tidak lebih seperti bangkai. Fisik manusia tidak ada bedanya dengan fisik hewan, tumbuhan, dan benda-benda bumi lainya. Semuanya berasal dari unsur tanah, air, api, udara, kenyataanya hampir semua orang saat ini lebih disibukkan dengan urusan fisik ini. Menjadikan fisik ini sebagai tolak ukur dalam hidupnya. Banyak sekali contoh yang bisa di lihat dalam kehidupan sehari-hari kita. Maka lengkaplah kebanyakan manusia lebih disibukkan dengan urusan-urusan fisik semata sehingga semakin tebal dinding untuk dapa melihat Tuhan.

2. Manusia adalah makhluk yang berjiwa ia di beri anugerah akal untuk dapat berpikir. Inilah yang membedakan derajat manusia dengan makhluk yang lain. Manusia juga di beri anugerah hati agar dapat merasakan. Manusia yang telah mampu mengaktifkan akal dan hatinya berarti ia telah selangkah lebih maju di bandingkan manusia yang sekedar mengandalkan kelebihan fisik semata. Ia telah mampu menggunakan akal dan hatinya namun Tuhan memberikan akal dan hati inipun rupanya bertingkat-tingkat. Kerja akal manusia yang paling bawah adalah ‘aql atau akal, sebagaimana di sebutkan dalam alqur’anafalaa ta’qilun. Kerja akal ini adalah memikirkan segala sesuatu yang bersifat kealaman. Dengan menggunakan akal ini akan ditemukan kebenaran dan kesalahan serta kebaikan dan keburukan, dalam perspektif duniawi. Demikian pula dengan kerja hati ia juga memiliki beberapa tingkatan, yang terendah adalah qalb atau hati yang selalu berbolak-balik, kadang baik kadang buruk. Manusia yang hanya menggunakan kerja ‘aql dan qalb ini cenderung akan serakah pada dunia. Ia akan rakus mencari uang. Kalaupun berbuat baik, lebih sering hal tersebut di sertai dengan pamrih lainya.

Inilah hijab Tuhan yang lebih tipis dibandingkan dengan fisik. Setidaknya manusia yang sudah bisa mengendalikan kerja akal dan hati yang pertama ini akan lebih mudah mengenal tuhan daripada mereka yang masih terkungkung pada diri yang hanya berorientasu pada fisik semata. Lebih tinggi lagi, sebagian manusia yang sudah bisa mengaktifkan kerja akal kedua, yakni Fikr sebagaimana firman Allah ta’ala: afala tatafakkaruun. Dengan fikr ini manusia sudah mampu menjangkau hal-hal yang tidak tampak di dunia ini namun nyata kebenarannya seperti”: surga, neraka, malaikat, setanh, pahala, dosa dan sebagainya. Agana Islam diturunkan dengan membawa kabar gembira tentang adanya surga beserta kenikmatanya yang ada didalamnya. Juga membawa peringatan kepada manusia tentang adanya siksa yang pedih di akhirat kelak. Kebanyakan manusia sulit untuk dapat mengenal tuhan secara sempurna, maka Nabi Muhammad SAW diutus untuk memberikan jalan tengah agar mereka menyembah Tuhan sesuai kemampuanya. Adanya surga neraka serta malaikat-setan merupakan motivasi agar mereka mau menyembah tuhan. Seandainya surga dan neraka tidak ada bagaimana?? ... sebenarnya klo buat saya pribadi walaupun tidak ada surga dan neraka sebernya tujuan kita yang paling utama adalah untuk mengenal Tuhan sedekat-dekatnya karna dengan kedekatan itu tiada nikmat yang lain selainya bersama keagunganya atau kita bermujahadah langsung. Menurut Sayyidina Ali manusia yang menyembah Tuhan karna surga-neraka adalah manusia yang berjiwa budak dan berjiwa pedagang, yakni hanya mau menyembah Tuhan jika diancam dengan neraka dan di janjikan hadiah surga. Manusia yang beginilah yang tidak pernah akan maju sepiritualisnya. Cobalah belajar menjalankan makna kitab suci kita bukan menjalankan artinya sekali lagi makna dari Al Qur’An.

Padahal klo kita mau belajar tentang makna Al Qur’An luar biasa sekali untuk diresapi. Inilah yang di lakukan para generasi muslim sesudah Kanjeng nabi khususnya para tokoh sufi. Persis sindiran tokoh sufi jawa sunan kajenar mengatakan: Sebagian kaum santri yang terkutuk dan mabok tobat, mereka beribadah bukan dengan niat yang tulus murni tetapi karena mengaharapkan sesuatu selain Tuhan.

Namun setidaknya manusia yang sudah terbuka fikr-nya seperti ini lebih baik daripada mereka yang masih terkungkung oleh nafsu duniawi. Ini adalah jalan untuk mengenal tuhan lebih lanjut. Manusia yang telah memahami, menghayati, dan merasakan kehadiran alam surga,neraka,malaikat,setan, serta segala sesuatu yang berkaitan denganya berarti ia telah memasuki pengenalan terhadap alam misal sebagai bekal untuk mengenal tuhan lebih lanjut.

3.Selanjutnya manusia diharapkan mengenal rohnya.inilah nyawa yang membuat jasmani dan jiwa manusia menjadi hidup. Jasmani tidak akan bergerak jika tidak mendapat perintah dari jiwa, dan jiwa tidak dapat memberi perintah pada gerakan jasmani jika tidak terdapat roh didalamnya. Inilah yang bisa dipahami kebanyakan orang sebagai hidup. Selama roh masih melekat dalam badan jasmani seseorang maka orang tersebut di katakan hidup. Ketika sedang tidur manusia bergerak dan tidak merasakan sesuatu karena jiwanya keluar dari jasadnya. Namun ia tetap dikatakan hidup karena rohnya masih berada dalam jasad. Ketika bangun, jiwa kembali menyatu dalam badan hingga hidupnya di dunia menjadi sempurna. Ketika roh terlepas dari badan, otomatis jasmani tersebut tidak bisa dipakai lagi. Jiwa tidak lagi mampu menggunakanya, sehingga ia disebut mati. Roh ini disebut dengan nyawa. Dalam AL Qur’an, Tuhan meniupkan roh manusia ini yang berasal Roh Agung kepunya-anya. Ki Ageng Pengging mengatakan nyawa manusia berada dalam tirta nirmala atau air kehidupan atau maa’ul hayat. Ia berada dalam uni nong ana nung atau Dzat Tuhan. Jika kalau manusia sudah bisa mengerti tentang ilmu kasempurnaan tentang ini, maka ia bisa mencabut nyawanya sendiri seperti sunan kajenar, sunan kalijaga dan sebagainya. Karena beliau sudah melebur dirinya dengan Dzat Tuhan. Bagi para tokoh sufi yang sudah bisa menyatukan diri dengan Dzat Tuhan dan menganggap budi serta kesadaran manusia sebagai Tuhan. Baginnya kodrat atau kekuasaan dan iradat atau kehendak Tuhan sebagai ilmu sejati. Semua sifat Tuhan yang dua puluh jumlahnya, jika di gulung menjadi satu dan melekat dalam budi, maka budi menjadi lestari, kekal selamanya.

Ini berarti, wujud mutlak itu akan menjadi Dzat, tiada bermula, tiada berakhir, tiada berasal, tiada bertujuan. Sunan kajenar telah bersemayam dalam kodrat atau kekuasaan Tuhan hingga ia berkuasa untuk mengambil nyawanya sendiri, serta bersemayam dalam iradat atau kehendak Tuhan hingga kehendanya adalah kehendak Tuhan. Kapan saja ia mau, ia bisa melakukanya. Dengan mudah sunan kajenar dapat menutup sumber air kehidupannya, atas kuasa dan kehendak Dzat Tuhan dalam dirinya, sehingga ia pun mengambil nyawanya sendiri.
Roh atau nyawa manusia berasal dari Tuhan secara langsung. Adapun jasmani ia adalah gambaran maya saja, Dzat yang tidak lebih hanya sekedar simbol. Jasmani ini akan menjadi penghalang bagi manusia yang atidak mampu menangkap rahasia diciptakanya jasmani tersebut. Namun bagi orang yang sudah tersingkap pandangan batinya. Ia akan melihat Dzaty Tuhan dalam Dzatnya. Bagi sunan kajenar jasad manusia adalah rupa Tuhan dan menurut Wali Sango kepala manusia adalah singgasana kemakmuran Tuhan , dada manusia adalah singgasana kemuliaan Tuhan, dan kemaluan manusia adalah singgasana kesucian Tuhan. Keduanya tak jauh berbeda, jasad manusia adalah gambaran dari rupa tuhan!! .......seperti yang tertulis didalam kitab ihya ulumudin”” wa Allahu dzahir al-insan, wabatinul insani baytullahu”” artinya : lahiiriah manusia itu wajah Tuhan dan batiniah manusia itu rumah Tuhan.. melalui pandangan ini, mengenal Tuhan pun bisa dilakukan jasmani dengan menganggapnya sebagai gambaran dari wajah Tuhan. Adapun Dzat sesungguhnya adalah dalam rahsa. Demikian pula dengan jiwa, ia adalah gambaran dari perbuatan, nama dan sifat Tuhan. Sehingga mengenal Tuhan juga bisa di lakukan melalui gambaran jiwa diri dan orang lain. Yaitu melihat perbuatan, nama, dan sifat Tuhan.

Menurut sunan kajenar alam semesta ini tidak diciptakan tetapi menemukan keadaan. Tuhan tidak menciptakan barang baru. Dia maha tunggal sehingga apa saja yang dia ciptakan pada dasarnya adalah dia juga, karena bahanya berasal dari-Nya. Demikian pula dengan alam semesta ini, sebagai gambaran penampakanya. Alam ajsam atau alam jasmani ini adalah gambaran wajah Tuhan dan alam misal atau alam jiwa ini adalah gambaran perbuatan, nama, dan sifatnya. Semua itu pada dasarnya Tuhan juga.

4. Roh manusia satu dan roh manusia lainya pada dasarnya satu kesatuan, karena berasal dari sumber yang satu. Sumber Roh tersebut sdslsh Roh Agung atau Nur Muhammad dalam perspektif kemakhlukan ini di sebut martabat wahidiyat. Manusia yang mengira bahwa hidupnya bergantung pada Roh bagian yang berasal dari Roh Agung akan berpendapat bahwa hidupnya di dunia sebagai kehidupan yang sejati. Padahal, Roh yang ia peroleh hanyalah sekedar tiupan kecil dari Roh Agung tersebut. Berbeda dengan sunan kajenar, ia menganggap hidup di dunia ini sebagai kematian karena terlempar dari Roh Agung kepada Roh kecil di dunia. Maka ia begitu rindu untuk secepatnya kembali pada Rohnya yang utuh.

5. Roh Agung pada martabat Wahdah ini bukan lagi sebagai makhluk, namun lebih dekat pada sifat ketuhanan. Dia adalah satu, namun masih masih bukan Tuhan yang sesungguhnya. Dalam keadaan ini, Roh bukan lagi makhluk dan tidak berkaitan dengan makhluk.

6. Akhirnya semua sifat tuhan dalam Martabat Wahdah, termasuk sifat Hayyun atau Maha Hidup,yaitu ketika Roh Agung termasuk didalamnya, digulung menjadi satu. Jadilah Dzat Tuhan atau uni nong ana ning atau Aku.

Wassalam jack kalijaga..
posted by Jalan trabas @ 03:55   10 comments
Saturday 6 December 2008
Zakat Bukti Manusia Berjiwa Tuhan
Zakat Bukti Manusia Berjiwa Tuhan

Zakat terbagi menjadi dua jenis : zakat yang di tentukan oleh syariat agama. kedua zakat menurut pandangan ahli tasawuf atau zakat hakikat. zakat yang di tentukan oleh syariat adalah zakat yang di keluarkan untuk harta kekayaan yang di peroleh secara halal di dunia, yang berasal dari kelebihan harta dalam keluarga, dan dibagikan kepada mereka yang memerlukan dan ashnaf-ashnaf zakat. dan yang berhak menerimanya fakir miskin dan orang terlantar lainya.

Zakat dari sudut pandang tasawuf adalah sebagian harta rohani yang di peroleh seseorang dan di bagikan yang memerlukanya, yakni fakir miskin dalam bidang rohani. zakat sejenis ini akan memberikan perwatakan untuk selalu memberikan sebagian dari semua hasilnya utk selalu di berikan orang lain, menolong mereka yang kelaparan, memperdayakan mereka yang menderita kemiskinan. apa saja yang diberikan dengan tujuan utk berzakat, pada hakikatnya terlebih dahulu jatuh ketangan Allah sebelum zakat itu jatuh ke tangan si penerimanya. karena itu sebenarnya zakat di perintahkan kepada kita,karena Allah sendiri maha pemberi segala keperluan. namun rahasia terdalamnya adalah agar menjadikan niat pemberi zakat untuk di terima Illahi.

Adapun mereka yang dekat dengan Allah mebagi-bagikan ganjaran rohaninya, hasil ibadah dan amal-salehnya dengan niat untuk menghadiahkan pahala amalan salehnya kepada orang-orang lain, yang derajat rohaninya berada di bawahnya, dan untuk orang-orang yang banyak kealpaanya kepada tuhan. dengan begitu Allah dengan segala rahmatnya mengampuni dosa-dosa hambanya yang berdosa dari hasil pembagian sebagian pahala dan ganjaran yang diperoleh hamba-hambanya yang saleh ini bentuk lain dari zakat rohani.

Tegasnya, orang sufi dalam kategori ini sangat merahmati orang awan yang lalai dan menyia-nyiakan dirinya sendiri, amalan mereka kurang, malah maksiatnya bertambah. orang seperti ini berada dalam bahaya rohani yang sangat besar.karena itu para orang-orang sufi menaruh perhatian yang sangat besar kepada orang orang-orang itu. sehingga amalan baik para orang sufi bukan hanya utk dirinya sendiri tetapi di tujukan kepada orang banyak yang lalai dalam memahami hakikat ketuhanan. orang awam kebanyakan miskin rohani sehingga tidak memiliki bahan untuk dapat mengenali hakikat perjalanan menuju tuhan. karena itulah para sufi menzakati dari amalan saleh, kepada mereka yang miskin rohani agar bertambah pengetahuanya tentang perjalanan sesungguhnya menuju illahi.

Zakat harta dan Zakat rohaninya itu adalah sebagai bentuk keinginan orang sufi atas kecintaan Allah,keridaan, rahmat, belas kasih, ampunan,perlindungan perhatian, kedekatan, dan duduknya bersama untuk merasakan cahayanya. dan akhirnya ia bisa melihat wajahnya.itulah puncak karunia tuhan.

Para sufi jawa kuno memberikan makna aplikasi zakat sebagai sikap menolong orang laen dari penderitaan dan kekurangan.menolong orang laen agar bisa hidup yang sebenarnya di sisi tuhan. sekaligus bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. dari berbagai kata zakat di dalam qur'an sendir ternyata mempunyai makna 1.tidak mendustakan kebenaran 2. tidak melakukan kedurjanaan 3. tidak mengikuti hawa nafsu 4. tidak berbuat melampui batas seperti banyak yang terjadi pada kaum sebelumnya. padahal kita itu di suruh untuk mengikuti kehendak Allah bukan mengikuti kehendak nafsunya. jadi zakat adalah aplikasi dari sifat-sifat Allah itu sendiri dan Allah sendiri suka memberi kepada siapa saja tidak terkecuali. maka manusia itu sebenarnya di suruh mencotoh sifat Allah. karna perbendaharaan tuhan tidak akan kosong dan itu sesuai dengan firman Allah dalam surah QS Al-An'am/6:160. maka jelaslah zakat adalah membentuk manusia yang bersih jiwanya sesuai kehendak tuhan itu sendiri.

wassalam jack kalijaga
posted by Jalan trabas @ 20:58   0 comments
Tiga Jalan Rohani
1. Cita Rasa (dzauq)

Cita rasa adalah pengalaman spiritual langsung. dzauq merupakan tahapan atau lebih tepatnya haal(kondisi spiritual) pertama dalam pengalaman pengungkapan diri Allah
(tajalli) rasa ini di peroleh dari perjalanan rohani dalam berbagai maqomat,serta berbagai perilaku dzikir dari seorang sufi. dari dzauq perjalan seorang sufi terus diarahkan dan hanya larut dalam keesaan tuhan atau syurb (meminum hidangan rohani illahi), sehingga dahaga/haus spiritual menjadi terpuaskan. terkadang tahapan seperti ini juga di sebut sukr atau mabuk spiritual yang secara tidak sadar di luar kendali diri manusia sehingga memunculkan ungakapan spiritual yang luar biasah seperti yang terjadi pada diri al hallaj kalau di jawa ada sunan kali jaga dan sunan kajenar.hal ini terjadi karena rasa terkuasaan oleh wujud tuhan dalam rohaninya. sehingga keakuan manusia benar-benar hilang tidak ada apa-apa selain tuhan itu sendiri kadang tuhan berbicara lewat manusia karna untuk memuji dirinya sendiri seperti ana al haq tau subhani pada dasarnya itulah manusia rohani yang benar-benar yang sudah mencapai tahapan tertinggi. kelanjutan proses dzauq dan bagaimana kondisi rohani seseorang yang larut di dalamnya tidak dapat di tangkap melalui kata-kata "orang-orang yang merasakannya pasti tau, dan mereka yang belum merasakannya pasti tidak akan mendapatkan gambaran yang paling pas tentang fenomena ini. dan yang jelas dzauq gerbang utama untuk memperoleh pengetahuan langsung tentang Allah dan dari Allah.jadi seorang sufi yang belum merasakan cita rasa spiritual tidak mungkin akan dapat melampui tahap makrifatullah. mungkin kalau sebatas pengetahuan tentang Allah. secara minim sudah didapatkan, namun pengetahuan tentang langsung dari Allahsebagai inti makrifat belum tentu diperolehnya, kecuali dengan perasaan dzauq. dimana seorang hamba larut dalam penyaksian langsung dengan Allah.

2. Penyingkapan(kasyf)

Kasyf adalah penyingkapan atau pengetahuan langsung yang diperoleh dari Allah setelah seorang sufi berhasil melampui tahapan dzauq. Kasyf merupakan salah satu jenis pengetahuan langsung, yang dengan itu pengetahuan hakikat diungakapkan pada hati seorang sufi. dengan sifat rahmatnya Allah memberikan kepadanya sebuah pengungkapan diri Allah. tidak hanya menambah pengetahuan tentang Allah tetapi juga menambah kerinduan yang menggelora dalam lautan cinta kepada Allah. di sinilah seorang sufi sampai pada tahapan ahl al-kasyf wa al-wujud. dalam penyingkapan itulah mereka menemukan dan bertemu Allah.

Dalam dunia sufi terdapat lima jenis penyingkapan yang sering terjadi pada diri sufi

A.Kasyf'aqli penyingkapan melaui akal merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.Allah tidak bisa di ketahui dan dicintai melalui akal, karena akal membelenggu dan menghalangi manusia dalam tahap-tahap akhir kenaikanya menuju Allah seperti hadist qudsi berikut: Bumi dan langitku tidak sanggup memuatku hanya hati hambaku yang beriman. yang sanggup memuatku

B.Kasyf-i arwah atau penyingkapan ruh-ruh. diawali dengan pengatahuan tentang ruh diri sendiri, kemudian tentang ruh-ruh manusia dan mahkluk lain, lalu naik ke ruh seluruh dimensi alam al ghaib.puncaknya adalah pengetahuan langsung tentang ruh idhafi dan diarahkanya menuju ruh al-haqq.

C.kasyf bashari/Kasyf Kauni.merupakan penyingkapan segala tataran mahkluk. penyingkapan visual yang terjadi melalui penciptaan yang dilakukan Allah.dalam suatu peristiwa,tempat,tindakan atau ucapan manusia. seorang yang suci bisa menjadi tempat penyingkapan visual ini. Allah adalah yang maha mutlak. dia adalah keindahan (jamal) dan keagungan(jalal).melalui mahkluknya Allah bisa mengungkapkan dirinya kepada hambanya lewat salah satu nama keindahannya yang akan menimbulkan kemanisan dan kesenangan.atau lewat salah satu nama keagunganya yang akan melahirkan ketakziman dan ketakutan.disinal peranan asmaul husna serta asma al-nabi sangat strategis untuk mengantarkan dan membawa seorang sufi kedalam samudra penghayatan rohaniah.

D.Kasyf Iman iadalah penyingkapan melalui keimanan.penyingkapan ini terjadi melalui ketulusan iman seorang mukmin. kadar penyingkapan ini bisa berfungsi sebagai penghubung yang mengaktifkan sang mukminuntuk lebih banyak lagi mencari ilmu dan pengetahuan spiritual.

wassalam jack kalijaga
posted by Jalan trabas @ 20:54   0 comments
Tuesday 2 December 2008
Makna Keimanan Dan Makrifat
Keimanan kepada unsur-unsur yang harus di imani bagi para ahlinya. bukanlah sesuatu yang berada di luar manusia .namun hal-hal yang harus diimani, merupakan aplikasi dalam diri manusia dan harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari di alam ini.

Bahwa keimanan bukan hanya sesuatu yang berupa turunya hidayah dari tuhan kepada manusia. akan tetapi keimanan merupakan perpaduan antara kehendak Allah dalam memilih manusia untuk beriman, dengan kehendak manusia untuk mengenal tuhannya, pada giliranya sbb: manusia mengejawentahkan keimanan dalam perilaku sehari-hari. dan inilah yang akan menjadi modal awal proses menjalani kehidupan spiritual menuju Allah.adapun keimanan tersebut menurut tokoh sufi jawa sbb:

1. Imannya iman, maksudnya adalah tidak adanya keraguan, dan tidak adanya unsur penyekutuan sekecil apapun baik dalam keyakinan hati, pelafatan lisan dan maupun aplikasi sehari-hari. semuanya harus menunjukkan dan menampakkan adanya keberadaan Allah.

2. Imannya tauhid,maksudnya tiadanya rasa sangsi dalam menjalankan pola keagamaan dan adanya keyakinan penuh terhadap fakta bahwa manusia adalah tempatnya pertemuan dengan Allah. yang di gambarkan oleh Allah sendiri dalam surat Qs Qaaf/50:15. dan manusia mencerminkan penampakan sifat dan perbuatan Allah. seperti firman Allah sbb:
"maka bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka . dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar. tetapi Allah-lah yang melempar. dan untuk memberi kemenangan orang-orang mukmin,dengan kemenangan yang baik. sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui. Qs Al-Anfaal 8:17

3. Imannya syahadat,maksudnya adalah tidak adanya lagi perasaan was-was serta benar-benar telah munculnya pengalaman penyaksian bahwa diri manusia yang sejati merupakan sifatullah(sifatnya Allah).

4.Imannya makrifat, yang intinya adalah pengetahuan langsung yang diperoleh dari Allah melalui pengalaman kerohanian, sehingga dirinya menjadi alat kewaspadaan Allah(perwujudan dari sifat Al-Hafidz Allah di muka bumi).

5 Imannya Sholat, berupa keyakinan sepenuhnya akan kehadiran Allah dalam diri kita, dan dirinya selalu hadir dalam penyaksian Allah.sehingga ia memiliki posisi sebagai media bagi menghadap Allah. hal inilah yang kemudian memunculkan fenomena sholat yang arti luas dalam kehidupan kesehariannya. bukan sholat syariat saja .

6. Imanya kehidupan, yang mengandung makna keyakinan sepenuhnya bahwa hidup manusia hanyalah sebagian kecil yang tak terpisahkan dari kehidupan 'Allah'. sehingga di dalam dirinya juga terdapat bukti bahwa manusia menjadi bagian dari media kehidupan Allah. wajar jika manusia diarahkan untuk mencapai sumber kehidupan tersebut, bukan mengarahkan gerak kehidupannya kepada orang laen.

7. Imannya Takbir,maksudnya adalah bahwa setelah manusia sampai pada pengalaman kerohanian yang tinggi (fana' dan baqa'), ia mencerminkan diri sebagai bagian dari sifat jalal dan kamal . sehingga manusia tersebut menjadi kepunyaan keagungan Allah.

8. Imannya shadrahu(dalam dadamu), maksudnya adalah bahwa dalam dirinya sudah tidak ada lagi rasa was-was, kebimbangan atau perasaan ragu-ragu bahwa dirinya merupakan arena pertemuan Allah.

9.Imannya kematian,maksudnya adalah mengandung arti tentang keyakinan penuh bahwa kehidupan manusia di dunia ini adalah perjalanan kematian, yang melalui kematian fisik tersebut, pada giliranya ia akan berada dalam kesucian Allah.

10. Imannya Junud yakni adanya keyakinan sepenuhnya tanpa keraguan sedikitpun bahwa Insan Al Kamil adalah wadah dari Allah dari buah hasil hamba yang sudah bisa bertemu dengan Allah itu sendiri.karna cahaya di atas cahaya berasal darinya .

11. Imannya jinabat, bahwa orang yanag sudah mengalami pencerahan rohani memiliki keyakinan sepenuhnya bahwa dalam dirinya terkandung inti bertambahnya nikmat dan anugerah Allah. karena orang yang merasakan lezatnya keimanan. melalui pengalaman rohani dipastikan akan menemuinya dan bersama Allah .setelah kematian fisiknya seperti firman Allah QS: yunus:10:26.

12.Imannya Wudhu. Wudhu secara syariat merupakan cara membersihkan semua kotoran fisik dan rohani. Imannya Wudhu mengandung makna kesucian Allah. yang tercermin dalam segenap nama-namanya .sehingga dalam hal ini yang di maksudkan adalah, tidak adanya keraguanng sedikitpun, bahwa manusia yang sudah memasuki kebersamaan dengan Allah, merupakan wujud dari asma Allah.

13. Imannya kalam (perkataan),yaitu keyakinan utuh tanpa kesangsian sedikitpun bahwa ia adalah ucapan Allah. apa yang ia ungkapkan dalam bentuk perkataan dan perbuatan selalu mencerminkan hal tersebut.

14.Imannya Akal.keimanan ini merupakan bentuk dari konsekuensi keimanan sebelumnya. pada konteks ini . manusia yang menempuh jalan sepiritual dan sudah dapat menyaksikan tentang hakikat ketuhanan itu sendiri.dan berarti ia adalah juru bicara Allah.

15. Imannya nur(cahaya), maksudnya adalah tidak adanya kesangsian lagi bahwa dirinya adalah wujudullah, yaitu tempat berkumpulnya seluruh jagad yaitu: dunia, akhirat, surga, neraka, arsy kursi, loh kalam, , bumi langit, manusia, jin, iblis, malaikat, nabi, wali, oramg mukmin, nyawa semua itu berkumpul di pucuknya jantung, yang di sebut alam kiyal(alam al-khayal), maksudnya adalah yang memiliki sifat lahut(ketuhanan), maksudnya adalah angan-angan tuhan yang di sebut alam misal, yang maksudnya adalah awal pengetahuan , yaitu kesucian dzat sifat asma' af'al, yang di sebut alam arwah, maksudnya berkumpulnya nyawa yang adalah di penuhi sifat kamal jamal, ia merupakan angan-angan tuhan" artinya ia sepenuhnya adalah perwujudan dari apa yang menjadi keinginan tuhan serta maksud keberadaanya.

wassalam jack kalijaga
posted by Jalan trabas @ 00:13   1 comments
Monday 1 December 2008
Ajaran Makrifat Menurut WaliSongo
Dalam Wirid Hidayat Jati ajaran makrifat yang di wejangkan ini adalah wejangan yang berasal dari delapan wali tanah jawa. yang sudah di kumpulkan menjadi satu. isi ajaran tersebut bersumber dari intisari firman Allah swt. yang dijelaskan dalam hadist nabi kepada sayyidina ali melalui telinga kiri.
Dzat dan Rumah Tuhan
ajaran pertama tentang adanya dzat dan singgasana Tuhan.Ajaran tersebut terbagi menjadi delapan bagian sbb:

1. Adanya Dzat
Sesungguhnya tidak ada apa-apa karena pada waktu masih dalam keadaan kosong, belum ada sesuatupun. yang ada hanyalah aku. tidak ada tuhan selain aku. aku adalah hakikat dzat yang maha suci yang meliputi sifatku, yang menyertai Nama-ku, dan yang menandai perbuatanku.

2. Kejadian Dzat
Sesungguhnya aku adalah dzat yang maha sempurna, yang berkuasa menciptakan segala sesuatu, terjadi dalam seketika ,sempurna dari kodratku ,sebagai tanda yang nyata bagi perbuatanku pertama yang aku ciptakan adalah sebuah pohon bernama sajaratul yakin. pohon itu tumbuh dalam alam adam makdum(kosong hampa) yang azali dan abadi. setelah itu aku menciptakan cahaya yang bernama nur muhammad, kemudian cermin bernama mir'atul haya'i nyawa yang di sebut roh idhafi pelita yang bernama kandil, permata yang bernama dzarrah, dan jalal (keperkasaan) yang disebut hijab(penutup), yang menjadi sekat penampakan-Ku.

3. Uraian Tentang Dzat
Sebenarnya manusia itu adalah rahsa-Ku dan Aku adalah rahsa manusia, karena aku menciptakan adam dalam empat unsur yaitu : udara, tanah, air, dan api. keempat unsur itu adalah perwujudan sifatku. kemudian aku memasukkan ke dalam tubuh adam lima macam dzarrah, yaitu :nur, rahsa, ruh, nafsu dan budi. yang merupakan dinding yang merupakan dinding penghalang wajah-Ku yang maha suci.

4. Singgasana Baitul Makmur
Sesungguhnya Aku mengatur singgasana dalam Baitul Makmur, yaitu rumah tempat kesukaanku. tempat itu berada dalam kepala adam .dalam kepala ada otak, dalam otak ada manik dalam manik ada budi, dalam budi ada nafsu, dalam nafsu ada suksma, dalam suksma ada rahsa, dalam rahsa ada Aku. tidak ada tuhan selain Aku. Dzat yang meliputi semua keadaan.

5. Singgasana Baitul Muharram
Sesungguhnya aku mengatur singgasana berada dalam baitull muharram, yaitu rumah tempat pinggitanku . tempat itu berada dalam dada adam, didalam dada itu ada hati,dalam hati itu ada jantung, dalam jantung ada budi, didalam budi ada jinem(angan-angan),dalam jinem itu ada suksma, didalam suksma itu ada rahsa,dalam rahsa itu ada Aku, tiada tuhan selain Aku. dzat yang meliputi semua keadaan.

6. Baitul Muqaddas
Sesungguhnya aku mengatur singgasana di dalam baitul muqaddas. tempat yang aku sucikan.itu adalah rumah yang aku sucikan .berada dalam buahnya(penis) adam ,dalam buahnya adam ada pringsilan(buah pelir), diantara buah pringsilan ada nuthfah(mani), dalam mani itu ada madzi, dalam madzi ada wadi, didalam wadi ada manikem, di dalam manikem itu ada rahsa, di dalam rahsa itu ada aku. tiada tuhan selain aku . dzat yang meliputi semua keadaan, bertahta dalam nukat gaib, turun menjadi jauhar awal. di situlah alam ahadiyat berada (alam wahdat dan alam wahidiyat), alam arwah, alam misal, alam ajsam, dan alam insan kamil, menjadi manusia sempurna yaitu sifatku yang sejati.

itulah wejangan wali songo tentang ajaran makrifat. yang pada dasarnya semua sama seperti ajaran para wali lainya hanya bahasa dan cara tarekat atau olah batinya saja yang berbeda.
dalam hal ini penulis tidak dapat menjabarkan secara detail tentang ajaran ini karna belum dapat restu dari sang guru . dan juga tidak bisa membuka lebar karena waktu dan tempat yang kurang berkenan.

Hidup sejati adalah hidup yang telah berhasil
membuka pintu pertemuan dengan sang kekasih.yaitu Allah swt.
yang dalam bahsa tasawuf di sebut makrifat kepada Allah .
makrifat kepada Allah dapat tercapai bila diri kita mampu mengungkap selubung
eksistensi diri kita sendiri.berlatih meninggalkan dunia sebelum meninggal dunia
dan selalu mengaktualkan nama -nama indah dari tuhan itu sendiri kedalam kehidupan
sehari-hari kita..


Penjelasan Tentang Wirid Hidayat Jati

Wejangan ke-1 Ananing Dzat


Sajatine ora ana apa-apa awit duk maksih awang-uwung durung ana sawiji-wiji, kang ana dhingin Ingsun, sajatine kang maha suci anglimputi ing sipatIngsun, anartani ing asmanIngsun, amratandhani ing apngalIngsun.Nasehat ke-1 Adanya Dzat.
(Sesungguhnya tidak ada apa pun ketika masih sunyi hampa belum ada sesuatu, yang paling awal adanya adalah AKU, sesungguhnya yang Maha Suci meliputi sifatKU, menyertai namaKU, menandakan perbuatanKU).
Nasehat di atas menunjukkan kepada kita bahwa pada mulanya alam semesta ini tidak ada, semuanya masih sunyi hampa (awang-uwung), yang paling dahulu ada adalah AKU (Allah). Jadi tidak ada sesuatu pun yang mendahului adanya AKU (Allah), dalam ajaran agama Islam biasa disebut bahwa Allah bersifat Qidam (Dahulu tidak ada yang mendahului), dan AKU (Allah) adalah sumber dari segala sesuatu.

Wejangan ke-2 Wahananing Dzat

sajatine Ingsun dat kang amurba amisesa kang kawasa anitahake sawiji-wiji, dadi sanalika, sampurna saka kodrat Ingsun, ing kono wus kanyatan pratandhaning apngalIngsun kang minangka bebukaning iradatIngsun, kang dhingin Ingsun anitahake kayu aran sajaratulyakin tumuwuh ing sajroning alam ngadammakdum ajali abadi. Nuli cahya aran nur muhammad, nuli kaca aran mirhatulkayai, nuli nyawa aran roh ilapi, nuli damar aran kandil, nuli sesotya aran darah, nuli dhindhing jalal aran kijab. Iku kang minangka warananing kalaratIngsun.Nasehat ke-2 Tempat Dzat.
Sesungguhnya AKU (Allah) adalah dzat yang maha kuasa yang kuasa menciptakan segala sesuatu, jadi seketika, sempurna berasal dari kuasaKU (Allah), di situ telah nyata tanda perbuatanKU yang sebagai pembuka kehendakKU, yang pertama AKU menciptakan Kayu bernama Sajaratulyakin tumbuh di dalam alam yang sejak jaman azali (dahulu) dan kekal adanya. Kemudian Cahya bernama Nur Muhammad, berikutnya Kaca bernama Mir’atulhayai, selanjutnya Nyawa bernama Roh Idhofi, lalu Lentera (damar) bernama ‘Kandil’, lalu Permata (sesotya) bernama Darah, lalu dinding pembatas bernama Hijab. Itu sebagai tempat kekuasaanKU (Allah).
Nasehat di atas menunjukkan pada kita bahwa AKU (Allah) merupakan dzat yang maha kuasa yang kuasa menciptakan segala sesuatu hanya dengan satu sabda saja yaitu KUN, maka seketika jadi (FA YAKUN), semua ciptaannya sempurna sebagai pertanda perbuatan (af’al)KU (Allah).
Pertama diciptakan adalah Pohon (kayu) bernama SajaratulYakin, mungkin yang dimaksudkan adalah sajaratulkaun (pohon kejadian) yang merupakan awal dan asal mula penciptaan.
Kedua diciptakan Cahaya yang diberi nama Nur Muhammad. Menurut beberapa ahli, nur muhammad ini merupakan bibit alam semesta. Nur Muhammad dimaksudkan adalah bukan sebagai cahaya dari muhammad, nabinya orang Islam, melainkan secara bahasa berarti cahaya yang terpuji, sehingga dikatakan semua ciptaan pasti berasal dari nur muhammad ini, mengandung nur muhammad. Hal itu pula yang mengisyaratkan adanya pemahaman bahwa dalam tingkatan tertentu kebenaran hanyalah satu, adanya ajaran-2 yang berbeda setelah mencapai tahap tertentu ternyata sama belaka, karena bersumber dari dari Cahaya yang terpuji, cahaya kebenaran, yaitu Nur Muhammad.

Ketiga Allah menciptakan Kaca bernama Miratulhayai (Cermin Kehidupan atau Cermin Malu), dimana ada sebagian ahli yang mengatakan bahwa setelah diciptakannya Cermin ini, Nur Muhammad akhirnya dapat melihat wujudnya, yang mengakibatkan dirinya bergetar hebat dan berkeringat, dari tetesan keringat inilah makhluk hidup berasal.
Keempat diciptakan Nyawa yang diberi nama Roh Idhofi.
Kelima diciptakan Lentera yang diberi nama Kandil.
Keenam diciptakan Permata diberi nama Darah
Ketujuh diciptakan dinding pembatas antara kehidupan fisik dan non fisik, antara yang kasar dan halus, yang disebut hijab. Hijab ini sendiri dalam keilmuan banyak jenisnya, (insya allah suatu saat akan saya bahas juga).

Wejangan ke-3 Kahananing Dzat

Sajatine manungsa iku rahsanIngsun lan Ingsun iku rahsaning manungsa, karana Ingsun anitahake adam asal saka anasir patang prakara, bumi, geni, angin, banyu. Iku kang dadi kawujudaning sipat Ingsun, ing kono Ingsun panjingi mudah limang prakara, nur, rahsa, roh, napsu, budi. Iya iku minangka warananing wajah Ingsun kang maha suci.Nasehat ke-3 Keadaan Dzat
Sesungguhnya manusia itu rahsaKU dan AKU itu rahsanya manusia, karena AKU menciptakan Adam berasal dari empat perkara, bumi, api, angin, air. Itu sebagai perwujudan sifatKU, di sana AKU tempatkan lima perkara, nur, rahsa, roh, nafsu, budi. Itulah sebagai perwujudan wajahKU yang maha suci.

Nasehat ke-3 menerangkan bahwa manusia diciptakan sebagai ‘rahsa’ (bukan rasa, sebab antara rasa dan rahsa dalam keilmuan jawa berbeda) dari Allah, dan Allah itu sebagai ‘rahsa’ dari manusia. Yang dimaksud adalah bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambaranNya atau menurut citraNya, seperti pernah saya kemukakan bahwa pada tubuh manusia tertulis huruf ALLAH, yaitu : (terlihat saat mengangkat kedua tangan, seperti dalam takbiratul ihram, membaca allahu akbar).

alif sebagai garis dari ujung jari tangan kanan turun hingga ke ujung jari kaki kanan,
lam pertama dari ujung jari tangan kanan turun melalui bahu kanan dan naik ke puncak kepala,
lam kedua dari puncak kepala turun melalui bahu kiri dan naik hingga ujung jari tangan kiri,
ha sebagai garis dari ujung jari tangan kiri turun hingga ujung jari kaki kiri.
Dan manusia diciptakan berasal dari empat unsur yang merupakan gambaran sifatNya yaitu bumi, api, angin dan air.

Bumi dalam tubuh kita terwujud pada hal-2 yang bersifat kedagingan, dan dibagi menjadi dua hal yaitu yang merupakan unsur dari bapak berupa tulang, otot, kulit dan otak, dan unsur dari ibu berupa daging, darah, sungsum dan jerohan.
Api dalam tubuh menjadikan empat nafsu yaitu aluamah, amarah, supiyah dan mutmainah.
Aluamah berwatak suka terhadap makanan, sifatnya membangkitkan kekuatan badan
Amarah berwatak suka marah, emosi, sifatnya membangkitkan kekuatan kehendak (bhs jawa : karep)
Supiyah berwatak keinginan, keterpesonaan, keinginan memiliki, bersifat membangkitkan kekuatan pikir berupa akal
Mutmainah berwatak kesucian dan ketenangan, bersifat membangkitkan kekuatan untuk berpantang (bhs jawa : tarakbrata)
Angin dalam tubuh kita terwujud dalam empat hal yaitu napas, tannapas, anapas dan nupus.
Napas merupakan ikatan badan fisik, bertempat di hati suwedhi, yaitu jembatan hati, berpintu di lisan
Tannapas merupakan ikatan hati, bertempat di pusar, berpintu di hidung
Anapas merupakan ikatan roh, berpintu di telinga
Nupus merupakan ikatan rahsa, bertempat di hati puat yang putih yaitu jembatan jantung, berpintu di mata.
Air dalam tubuh menjadikan empat elemen roh yaitu roh hewani, roh nabati, roh rabbani dan roh nurrani.
Roh hewani, menumbuhkan kekuatan badan
Roh nabati menumbuhkan rambut, kuku, dan menghidupkan budi
Roh rabbani menumbuhkan rahsa (dzat hamba)
Roh nurrani menumbuhkan cahaya.
Setelah empat unsur alam terbentuk dalam tubuh manusia, kemudian Allah menempatkan pula lima hal yaitu dzat hamba (jawa : mudah) sebagai gambaran wajahNya yaitu nur, rahsa, roh, nafsu dan budi.
Nur, merupakan terangnya cahya, jika mewakili Dzat Yang Maha Suci dapat menerangi lahir batin
Rahsa, rasa jika mewakili Dzat Yang Maha Suci dapat menumbuhkan daya ketenteraman di lahir batin
Roh, penglihatan roh jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menjadikan penguasaan sempurna
Nafsu, kekuatan nafsu jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menumbuhkan kekuatan kehendak yang sentosa
Budi, penciptaan budi jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menumbuhkan daya cipta yang sentosa.
Oleh karena itulah beberapa orang mengatakan bahwa manusia mempunyai sifat-2 Tuhan dan juga mempunyai kesucian wajah Tuhan.

Wejangan ke-4 Pambukaning tata malige ing dalem betalmakmur

sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmakmur, iku omah enggoning parameyanIngsun, jumeneng ana sirahing Adam. Kang ana sajroning sirah iku dimak, yaiku utek, kang ana antaraning utek iku manik, sajroning manik iku budi, sajroning budi iku napsu, sajroning napsu iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun, ora ana Pangeran anging Ingsn, dat kang nglimputi ing kaanan jati.Nasehat ke-4 Pembukaan tahta dalam baitulmakmur
Sesungguhnya AKU bertahta dalam baitulmakmur, itu rumah tempat pestaKU, berdiri di dalam kepala Adam. Yang pertama dalam kepala itu ‘dimak’ yaitu otak, yang ada di antara otak itu ‘manik’ di dalam ‘manik’ itu budi, di dalam budi itu nafsu, di dalam nafsu itu suksma, di dalam suksma itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU, tidak ada Tuhan selain hanya AKU, dzat yang meliputi keberadaan yang sesungguhnya.

Nasehat ini menyatakan bahwa Allah bertahta atau bersinggasana di dalam baitul makmur, yang berada di dalam kepala manusia. Barangkali kalau memakai bahasa orang-2 reiki yang dimaksud dengan baitul makmur adalah cakra mahkota yang ada di puncak kepala. Di dalam kepala manusia terdapat otak. Di antara otak itu sendiri terdapat lapisan-2 sebagai berikut :
Yang pertama ‘manik’
Di dalam manik terdapat budi
Dalam budi terdapat nafsu
Dalam nafsu terdapat suksma
Dalam suksma terdapat rahsa
Dalam rahsa terdapat AKU (Allah)
Dan sesungguhnya tidak ada Tuhan selain hanya AKU (Allah), dzat yang meliputi segalanya.

Wejangan ke-5 Pambuka tata malige ing dalem betalmukarram

sajatine Ingsun anata malige sajroning betalmukarram, iku omah enggoning lalaranganIngsun, jumeneng ana ing dhadhaningg adam. Kang ana sajroning dhadha iku ati, kang ana antaraning ati iku jantung, sajroning jantung iku budi, sajroning budi iku jinem , yaiku angen-angen, sajroning angen-angen iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun. Ora ana pangeran anging Ingsun dat kang anglimputi ing kaanan jati.

Nasehat ke-5 Pembuka tahta dalam baitul mukarram
Sesungguhnya AKU bertahta dalam baitulmukarram, itu rumah tempat laranganKU, berdiri di dalam dada adam. Yang ada di dalam dada itu hati, yang ada di antara hati itu jantung, dalam jantung itu budi, dalam budi itu jinem, yaitu angan-2, dalam angan-2 itu suksma, dalam suksma itu rahsa, dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dzat yang meliputi keberadaan yang sesungguhnya.

Dalam nasehat ini Allah menyatakan bahwa diriNya bertahta di baitul muharram yang menjadi tempat larangan, berada di dalam dada manusia. Mungkin yang dimaksud adalah cakra jantung. Disebutkan bahwa di dalam dada manusia itu terdapat susunan sebagai berikut :
Pertama hati (kalbu)
Di antara hati terdapat jantung,
Di dalam jantung ada budi
Di dalam budi ada angan-2
Di dalam angan-2 ada suksma
Di dalam suksma ada rahsa
Di dalam rahsa ada AKU
Di atas dikatakan bahwa jantung terdapat di antara hati. Yang dimaksud dengan hati ini bukanlah lever atau hati secara fisik, melainkan hati secara maknawi, karena pada diri manusia ada terdapat lebih dari satu hati, yang menurut keilmuan ada yang namanya hati puat, hati suwedhi, dll.
Kembali di wejangan ke-5 ini ditegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain AKU (Allah), dzat yang meliputi keberadaan sesungguhnya (kahanan jati). Mengapa itu perlu ditegaskan, karena untuk menghindari salah pengertian bagi mereka yang telah mendapatkan wejangan ini, jangan sampai karena merasa bahwa AKU (Allah) bertahta di kepala dan di dala manusia, lalu manusia tersebut mengaku dirinya sebagai Tuhan, atau menjadi bagian dari Tuhan. Jika itu yang terjadi, maka manusia tsb telah jauh tersesat.

Wejangan ke-6 Pambuka tata malige ing dalem betalmukadas

sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmukadas, iku omah enggoning pasucenIngsun, jumeneng ana ing kontholing adam. Kang ana sajroning konthol iku prinsilan, kang ana ing antaraning pringsilan ikku nutpah, yaiku mani, sajroning mani iku madi, sajroning madi iku wadi, sajroning wadi iku manikem, sajroning manikem iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun. Ora ana pangeran anging Ingsun dat kang anglimputi ing kaanan jati, jumeneng sajroning nukat gaib, tumurun dadi johar awal, ing kono wahananing alam akadiyat, wahdat, wakidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insan kamil, dadining manungsa sampurna yaiku sajatining sipatIngsun.
Nasehat ke-6 Pembuka tahta dalam baitulmuqaddas
Sesungguhnya AKU bertahta di dalam baitul muqaddas, itu rumah tempat kesucianKU, berdiri di penis/alat kelamin (konthol) adam. Yang ada di dalam penis itu buah pelir (pringsilan), di antara pelir itu nutfah yaitu mani, di dalam mani itu madi, di dalam madi itu wadi, di dalam wadi itu manikem, di dalam manikem itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali AKU dzat yang meliputi keberadaan sesungguhnya, berdiri di dalam nukat gaib, turun menjadi johar awal, di situ keberadaan alam ahadiyat, wahdat, wahidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insan kamil, jadinya manusia sempurna yaitu sejatinya sifatKU.Nasehat ini menyatakan bahwa ALLAH bertahta di baitul muqaddas atau baitul maqdis yang merupakan tempat suciNYA yang berada di alat kelamin manusia yang tersusun atas hal-2 sebagai berikut :
Pertama pelir, yang berisi nutfah atau mani
Madi yang merupakan sari dari mani
Wadi sebagai sari dari madi
Manikem sebagai sari dari wadi
Di dalam manikem ada rahsa
Di dalam rahsa ada AKU.
Di sini disebutkan pula bahwa manusia sempurna adalah sebagai perwujudan sifatNYA dan terbentuk melalui tujuh tahapan alam yang dilaluinya, biasa dikenal dengan istilah martabat pitu atau martabat tujuh yaitu
Pertama alam ahadiyah
Kedua wahdat
Ketiga wahidiyah
Keempat arwah
Kelima misal
Keenam ajsam
Ketujuh insan kamil (manusia sempurna).

Wejangan ke-7 Panetep santosaning iman

Ingsun anekseni satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun lan anekseni Ingsun satuhune muhammad iku utusan IngsunNasehat ke-7 Penetapan iman sentosa
AKU menyaksikan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dan AKU menyaksikan sesungguhnya muhammad itu adalah utusanKU.
Dalam nasehat ini Allah menyatakan kesaksianNya yang ditujukan kepada makhluk ciptaanNya, bahwa tidak ada tuhan lain kecuali hanya Dia semata, dan muhammad adalah benar-benar rasul atau utusanNya.

Wejangan ke-8 Sasahidan

Ingsun anekseni ing DatIngsun dhewe, satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun, lan anekseni Ingsun satuhune muhammad iku utusanIngsun. Iya sejatine kan aran Allah iku badanIngsun, rasul iku rahsaNingsun, muhammad iku cahayaNingsun. Iya Ingsun kang urip tan kena ing pati, iya Ingsun kang eling tan kena ing lali, iya Ingsun kang langgeng ora kena owah gingsir ing kaanan jati, iya Ingsun kang waskitha, ora kasamaran ing sawiji-wiji. Iya Ingsun kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora kekurangan ing pakerthi, byar sampurna padhang terawangan, ora karasa apa-apa, ora ana katon apa-apa, amung Ingsun kang anglimputi ing alam kabeh kalawan kodratIngsunNasehat ke-8 Sahadat / kesaksian.

AKU menyaksikan pada DzatKU sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali AKU, dan menyaksikan AKU sesungguhnya muhammad itu utusanKU. Sesungguhnya yang bernama Allah itu badanKU, rasul itu rahsaKU, muhammad itu cahayaKU. AKUlah yang hidup tidak bisa mati, AKUlah yang ingat tidak bisa lupa, AKUlah yang kekal tidak bisa berubah dalam keberadaan yang sesungguhnya, AKUlah waskita, tidak ada tersamar pada sesuatu pun. AKUlah yang berkuasa berkehendak, yang kuasa bijaksana tidak kurang dalam tindakan, terang sempurna jelas terlihat, tidak terasa apa pun, tidak kelihatan apa pun, kecuali hanya AKU yang meliputi alam semua dengan kuasa (kodrat)KU.

Nasehat ini merupakan penutup yang berupa sahadat atau penyaksian. Nasehat pertama sampai dengan kedelapan merupakan satu rangkaian yang tidak boleh diputus, sebab jika terputus maka pemahamannya akan berkurang.

wassalam jack kalijaga

posted by Jalan trabas @ 21:34   3 comments
Tentang Hakikat Muhammad Dalam Penyaksian
Dalam bahasa tasawuf/sufi hakikat muhammad berhubungan dengan roh al quddus dengan roh al-muhammadiyah. dibawah ini penulis kemukakan analis hal tsb dalam perspektif wali agung syaikh abdul qodir al-jaelani dan juga dalam perspektif wali di tanah jawa , yang sebagian perjalanan pemahaman tentang tasawufnya banyak di pengaruhi oleh wali agung syaikh al-jaelani.

Anda mungkin pernah bertanya-tanya mengapa wajah rasulullah tidak bisa atau tidak boleh di gambarkan? .. alasan yang muncul kadang karena pada saat itu belum ada fotografi sehingga gambarnya tidak mungkin tepat. kalau hanya itu alasanya .kurang tepat bagi saya, karena pasa masa nabi-nabi yang laen juga belum ada tekhnik foto, dan tidak dipermasalahkan gambar-gambar para nabi dan wali yang ada.

Kalau kita melihat banyak kitab dan buku yang ada, pengambaran Allah dan Nabi Muhammad diilustrasikan dengan dengan cahaya yang terang benderang. inspirasi dari ilustrasi cahaya tsb sebenarnya berasal dari QS:Al-Nur:35 tentang nur illahi.sementara muhammad adalah personalisasi di dunia nur tsb. maka dalam hal sosok muhammad yang harus di perhatikan bukan person historisnya ,akan tetapi essensinya dalam bentuk substansi nur muhammad. cahaya pilihan dalam bentuk manusia yang terpuji (Sempurna). karena justru dengan nur muhammad itulah, maka person historis Nabi Muhammad bermakrifat secara musyahadah dan dengan mata telanjang(Ibn Arabi:26) dan dengan cahaya makrifat Nabi Muhammad maka seluruh makhluk dapat mengenali, dan melalui keutamaannya mengungguli seluruh makhluk, mereka memberi pengakuan. jelas menurut syaikh al-jaelani,Nur Muhammad ciptaan pertama dan utama Allah,yang di cipta dari nur Allah (esensi) sendiri, atau memang cahaya khusus yang di karuniakan Allah sendiri, untuk merujuk pada keutamaan dan kemuliaanya sebagai prototipe al-insan al-kamil(al-jaelani:121).

Dalam kaitan bahwa Nabi Muhammad Hakikatnya bukan sosok historisnya yang harus di rujuk, maka asma' Muhammad bukanlah nama asal dari rasulullah yang agung ini. muhammad adalah nama dunianya, dimana nama aslinya sejak kecil adalah "Ahmad", sosok yang penuh dengan keterpujian. sementara secara sepiritualnya,dan dalam posisinya terhadap Allah, Rasulullah mengemukakan dirinya sendiri bahwa:Ana Ahmadun bi-la mim" .Artinya pada dirinya tidak laen penyandang nama "Ahad" dia adalah pengejawentahan dari yang esa. inilah yang juga di sebut Roh Al- Quds, roh suci untuk meneruskan penzahiran yang paling sempurna dalam peringkat alam lahut(Al-jaelani:27) dalam hal ini para wali kuno tanah jawa memberikan penjelasan secara tepat sbb:
'.... Muhammad itu pada hakikatnya Nur Allah, yang dalam bentuk lahir ialah muhammad "...
persis ungkapan Al ghazali: bahwa muhammad yang seorang nabi/rasul dengan muhammad yang seorang arab mesti kita harus bisa membedakan walaupun memang kenyataanya nabi muhammad lahir di jazirah arab.

Disinilah rahasia dari menyatunya syahadat rasul ke dalam syahadat tauhid, dan inilah jawaban mengapa sejak Nabi Adam AS menghuni surga, digerbangnya sudah terdapat tulisan syahadat rasul ini. ya Nur Muhammada selalu menyertai roh dari semua jiwa yang akan dan pernah ada di alam semesta ini. ini pula kunci rahasia mengapa para nabi yang pernah ada memohon kepada Allah agar di jadikan sebagai umat Nabi Muhammad saw.(Al-jaelani :121).

Nur muhammad dalam perspektih Syaikh Abdul Qodir Al-jaelani di sebut dengan sebutan Roh Muhammad, yang diciptakan dari cahaya ketuhanan (nurun ala nurin) nur Muhammad merupakan realitas gaib yang menjadi inti segala penciptaan. oleh karenannya kadang ia disebut Nur, Roh, Qalam (tercipta dari perkataan kun). ia merupakan realitas yang memiliki banyak nama menurut fungsi dan dari mana sudut mana kita memandang (al-jaelani:7).

Maka realitas batin seperti inilah yang diberikan kepada orang-orang sufi sebagai Hakikat Al-Muhammadiyah. jika disebut dengan nur tau cahaya karena ia memang bebas dan bersih dari segala kegelapan, karena adanya cahaya tsb. realitas dalam fungsinya didunia tampak pada gelarnya sebagai 'Aql al-kull(Akal semesta) karna pengetahuanya tentang segala sesuatu.ia mendapat gelar Qalam.karena dari pengetahuanya dalam akal semesta ia menyebarkan ilmu dan hikmah dan menzahirkan ilmu dalam bentuk huruf dan perkataan. ia disebut roh karena menjadi esensi kehidupan, dan memunculkan yang hidup.

Maka menurut Al-jaelani ,Muhammad adalah nama insan dalam alam gaib, dimana roh berkumpul, yang menjadi sumber dan asal segala sesuatu. di sinilah letak dari logika bahwa Allah menciptakan alam, karena akan menciptakan person dari muhammad utk keperluan alam ini. dari kelahiran nur muhammad inilah diikuti oleh penciptaan makhluk-makhluk yang lain serta Arsy-nya.

Dalam pengejawentahanya,menurut al jaelani dan para tokoh sufi lainya, Allah kemudian menurunkan nur dari tempat kejadianya, yaitu alam lahut ke alam asma' Allah, yaitu alam penciptaan sifat-sifat Allah dan alam akal roh semesta. kemudian di turunkan lagi ke alam malaikat utk di pakaikan pakaian kemalaikatan. lalu di turunkan lagi ke alam ajsam yang terjadi unsur api, udara, air dan tanah, disitulah roh diberikan jasmaniah beserta nafsu-nafsunya(al-jaelani:9).

Setelah roh mengalami badanisasi inilah ia mulai mengalami kehilangan nur, dan lupa akan asal serta perjanjian azalinya dengan Allah. namun Allah juga tetap memberikanya bekal utk kembali dalam bentuk mata hati atau bashirah yang menjadi gerbang bagi gerak bebas roh al -idhafi sebagai mursyid setiap jiwa. hanya saja , basirah ini akan berfungsi optimal kalau seseorang selalu berada dalam taqarrubnya kepada Allah.

Dengan bashirahnya inilah ia akan sanggup menembus kabut alam gaib, dan menyingkap segala hijab yang menjadi penghalangnya utk kembali kepada Allah. orang sudah dapat memfungsikan bashirahnya dan mendayagunakan Roh Al-Muhammad-nya sebagai pusat perjalanan sepiritualnya. maka ia akan bisa menembus semesta, karena letak nur muhammad itu sendiri berada di langit tujuh berada dalam arsy-nya yang menyatu dan menyanding dengan Allah itu sendiri. ia akan dapat kembali terserap dalam kesatuan nur essensial. sehingga ia dapat melihat apa yang belum pernah dilihat, dan mengatasi semua penglihatan dan benda yang dapat dilihat..

Menurut Al-jaelani, hal yang di perlukan orang awam utk membuka bashirahnya adalah dengan mencari orang yang bashiraohnya sudah terbuka dan sudah di daya gunakan secara optimal. hanya melalui orang yang sudah mata hatinya sudah di fungsikan secara semestinya, orang awam dapat memasuki dunia sufisme, serta menunggu giliranya utk terbukanya mata bashirohnya kepada Allah.karna hanya dengan terbukanya pintu bashirohnya inilah, maka ia dapat menjalani fungsi utamanya di ciptakan didunia, yakni utk bermakrifatullah. yang harus di ingat adalah bahwa bahwa posisi Roh Al-Muhammadiyah ini hanya dapat bertahan dan berfungsi pada pribadi rasul,nabi,auliya' dan kekasih-kekasinya. maka tidak ada pilihan lain bagi diri kita masing-masing utk semaksimal mungkin agar dapat menjadi hamba dan kekasih Allah.

Tentu sempat muncul pertanyaaan , mengapa roh suci ini di turunkan kedunia yang fana' ini ? ia di hantarkan ketempat yang paling terendah supaya ia dapat kembali keasalnya yaitu berpadu dan berdampingan dengan Allah saja atau innal lillahi wa inna ilahi rajiun. seperti ketika ia berada dalam pakaian daging, darah, dan tulang itu. melalui mata hati yang ada di dalam wadag-nya, ia dapat selalu menanam, memelihara dan memupuk benih kesatuan dan ke-esaan, serta berusaha menyuburkan rasa "berpadu" dan berdampingan" dengan Allah. demikian menurut Syaikh Abdul QodirAl-Jaelani (al-jaelani:28).inilah hakikat roh suci.

Adapun ganjaran bagi roh suci, menurut al-jaelani, adalah melihat makhluk yang pertama dilahirkan. ketika itu, ia akan dapat melihat keindahan Allah. kepadanya di perlihatkan rahasia illahiah. penglihatan dan pendengaranya menjadi satu. tidak ada perbandingan, tidak ada persamaan, dengan sesuatu apapun. dilihatnya kesatuan jalal (kegagahan, kemurkaan)dengan sifat jamal(keindahan, kecantikan) Allah. sifat jalal dan jamal menjadi satu dalam pandanganya(al-jaelani:27). inilah kunci kearifan dirinya sebagai buah makrifat dan hakikat yang telah di saksikan dan dialami oleh roh suci. ia mendapat karunia kebeningan dan kesucian batinya berupa shafa' al-asror (rahasia-rahasia suci). dan pengalaman parawali inilah yang menjadikan benar-benar hidup di sisi tuhanya, walaupun jasad kita kembali kepada zatnya masing. inilah kehidupan sejati yang perlu kita capai hidup penuh dengan kesempurnaan di sisi illahi rabbi......................

wassalam jack kalijaga
posted by Jalan trabas @ 05:40   2 comments