Syaikh Abu Bakar bin Huwaran Al-Bathaihi Beliau adalah seorang ulama terkenal dan menjadi rujukan para syaikh Iraq. Beliaulah orang pertama yang memunculkan kembali sebutan syaikh di Iraq setelah beberapa waktu menghilang. Beliau juga mengatakan, “Barang siapa yang menziarahi kuburku, selama empat puluh empat hari akan dianugerahi bebas dari neraka di hari akhirnya”. Beliau juga berkata, “Aku membuat perjanjian dengan Allah bahwa siapapun yang masuk dalam kuburanku ini tidak akan disentuh api neraka”. Bahkan diriwayatkan bahwa setiap daging atau ikan yang di bawa masuk ke kuburannya tidak akan dapat dimasak, direbus maupun dibakar. Darinya muncul syaikh-syaikh besar seperti syaikh Muhammad As-Syanbaki dan yang lainnya. Banyak syaikh Iraq yang merujuk kepadanya, dan tak terhitung para shufi yang belajar kepada beliau. Dan telah menjadi konsensus para ulama Iraq-pada saat itu- untuk menghormati, memuliakan, merujuk perkataannya, menuruti keputusannya. Beliau menjadi tujuan ziarah dan nadzar dari berbagai negara serta tujuan utama para pesuluk. Beliau memiliki sifat yang baik, akhlak yang mulia dan adab yang sempurna. Sangat tawadhu’ dan memperhatikan hukum syar’i. Beliau juga memiliki perkataan berkualitas tinggi dalam ma’rifahnya diantaranya : Hikmah berbicara dalam hati orang-orang ‘arif adalah dengan bahasa tashdiq (kejujuran) dan dalam hati orang-orang zahid adalah dengan bahasa tafdhil (pengistimewaan). Sedangkan dalam hati ahli ibadah, hikmah berbicara dengan bahasa taufik. Kemudian dalam hati golongan muurid, hikmah berbicara dengan bahasa dzikir. Dalam hati para pecinta, hikma berbicara dengan bahasa kerinduan. Kebersamaan dengan Allah akan dapat dicapai dengan adab yang baik dan kontinuitas ketakutan (haibah) serta konsistensi ketaatan. Sedangkan kebersamaan dengan RasuluLlah SAW dapat digapai dengan mengikuti sunahnya dan terus menerus menuntut ilmu. Kebersamaan dengan keluarga dapat dicapai dengan akhlak yang baik. Dan kebersamaan bersama saudara dapat dilaksanakan dengan selalu memberikan kegembiraan-selama tidak melanggar janji-. Sedangkan kebersamaan dengan orang-orang bodoh dilakukan dengan tak putus mendoakannya serta mengasihinya. Berkumpul bersama Al-Haq berarti terpisahnya diri dari selainNya. Dan terpisahnya dia dari selain Allah membuatnya berkumpul bersamaNya. Barang siapa mencapai Allah dengan cinta maka ia melepaskan dirinya dari manusia. Dan jika Allah adalah Esa, maka yang ingin mendapatkannya juga harus sendiri. Orang-orang yang rindu sangat ingin bertemu dengan kekasihnya tanpa peduli penyaksian mereka terhadap Sang Kekasih dapat membuat mereka luluh. Hal tersebut dapat membuat berbagai makna yang tidak dapat dicerap oleh orang lain tampak di hadapan mereka dan dengan lidah cinta Allah memanggil mereka, “kemarilah kepadaKu”. Panggilan tersebut mendatangkan kenikmatan luar biasa kepada mereka dan ketika hijab tersingkap kenikmatan tersebut manjadi kebahagiaan. Tangisan dan rasa takut akan mengantarkanmu kepada Allah, sedangkan ujub menjauhkan engkau dariNya. Penghinaanmu kepada manusia adalah suatu penyakit parah yang tidak terobati Sebelumnya beliau adalah seorang pemimpin perampok di Bathaih. Pada suatu malam ia mendengar seorang wanita berkata kepada suaminya, “Turun kemari agar kita tidak ditangkap oleh Ibnu Huwara dan kawan-kawannya.” Seketika itu pula ia tersentak dan menangis, “Orang-orang takut kepadaku, dan aku masih tidak takut kepada Allah. “ Saat itu pula ia dan kawannya bertobat dan berkelana dengan tekad kesungguhan dan keikhlasan akan kehendak Allah atas dirinya. Saat itu tidak ada seorang syaikhpun yang terkenal di Iraq. Di dalam mimpi beliau bertemu dengan RasuluLlah SAW yang datang bersama Abu Bakar Ash-Shidiq ra. “Yaa RasuluLlah, pakaikan aku khirqah (jubah keshufian) pintanya. “Aku Nabimu dan ini syaikhmu”. Jawab RasuluLlah seraya menunjuk Abu Bakar. Kemudian RasuluLlah SAW berkata, “Abu Bakar, pakaikan Ibnu Huwara ini.” Abu Bakar kemudian memakaikan baju dan thaqiyahnya kepadaku lalau mengusap kepalaku seraya berkata, “BarakaLlahu fiika (semoga Allah memberkahi dirimu).” Kemudian RasuluLlah SAW berkata kepadanya, “Abu Bakar, hidupkan kembali sunnah ahli thariqah umatku di Iraq, dan tumbuhkan ahli hakikat serta para pecinta Allah. Engkaulah sumber para syaikh Iraq hingga hari kiyamat. Telah aku hembuskan nafas Allah di tubuhmu.” Ia kemudian terbangun dan telah mendapatkan dirinya memakai pakaian dan topi tersebut. Dan saat itu terdengar suara dari Iraq bahwa Ibnu Huwara telah sampai kepada Allah. Syaikh Abu Muhammad Asy-Syanbaki berkata, “Syaikh Abu Bakar bin Huwara adalah syaikh pertama di Iraq setelah sekian lama hilang. Saat itu Bathaih seakan terbakar oleh cahaya akibat dilintasi oleh rijal Al-Ghaib. Beliau adalah orang yang mustajab do’anya.” Syaikh Ahmad bin Abi Hasan Ali Ar-Rifa’i berkata, “suatu hari seorang perempuan datang menghadap Syaikh Abu Bakar bin Huwara. Dia berkata, “Puteraku satu-satunya tenggelam di sungai dan hanya dia seorang yang aku miliki. Aku bersumpah demi Allah bahwa Allah menganugerahi kepadamu kemampuan untuk mengembalikan puteraku. Jika engkau tidak mau, aku akan mengadu kepada Allah. Akan aku katakan, ‘aku datangi dia dengan penuh permohonan dan dia mampu memberikan apa yang aku minta namun dia tidak meluluskannya’”. Setelah mendengar penuturan tersebut sang Syaikh bangkit dan berkata, “Tunjukkan kepadaku di mana anakmu tenggelam”. Kemudian bersama ibu tersebut pergi ke pantai dan mendapati putera ibu tersebut telah mengambang dalam keadaan mati. Sang Syaikh turun ke air dan berenang serta membawanya di pundak beliau. Setelah mengeluarkannya dari air, beliau menyerahkan anak tersebut kepada ibunya seraya berkata, “Ambilah dia, aku menemukannya dalam keadaan hidup. “ Seketika itu pula sang anak tiba-tiba bergerak dan berjalan bergandengan tangan bersama ibunya seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa. Dalam riwayat lain beliau berkisah, “Saat terjadi gempa di wasith, beliau turun ke Bahmut setelah tanah terbelah dan berkata, “Tenanglah wahai hamba Allah. ‘ Bahmut tersebut menjawab, ‘Aku diperintahkan untuk mematuhimu’. Dan seketika itu pila gempa mereda.
Syaikh Muhammad Asy-syanbaki berkata, “Saat aku mendatangi Syaikh Abu Bakar di Bathaih, aku mendapati beliau sedang dudk di atas air diantara pepohonan seorang diri dikelilingi oleh singa. Saat ia keluar dari air, seekor singa tersebut berguling-guling di kakinya. Pada suatu hari aku juga melihat seekor singa besar menggoyang-goyangkan surainya di tanah seakan-akan sedang berbicara. Lalu aku mendengar sang syaikh seolah memberi jawaban dan si singa berlalu dari tempat itu.
‘Demi yang memberikan nikmat kepadamu, apa yang dikatakan singa itu kepada anda dan apa yang anda katakan kepada singa tersebut ?’ tanyaku kepadanya. Beliau berkata, ‘si singa berkata kepadaku,”tiga hari sudah aku tidak makan dan rasa laparku hampir membunuhku. Kemudian setelah aku memohon pertolongan kepada Allah di waktu sahur, sebuah suara berkata kepadaku, ‘Rizkimu adalah seekor sapi di daerah Hamamiyah yang akan engkau dapatkan sebagai ganti dari sesuatu yang buruk yang akan menimpamu’. Aku berkata kepadanya, ‘Yang menimpamu adalah sebuah luka di sebelah kanan dan akan sembuh setelah satu minggu. Sesungguhnya aku melihat di lauh mahfudz babhwa sapi tersebut adalah rizkinya. Namun ketika ia akan memburu sapi tersebut keluarlah sebelas orang dari Hamamiyah hendak membunuhnya. Hasilnya tiga orang meninggal dunia. Salah seorang dari yang ketiganya akan meninggal dunia satu jam sebelum sebelum yang lain, dan yang ke tiga akan meninggal tujuh jam setelah ysng ke dua. Sedangkan si singa akan mengalami luka di sebelah kanannya dan sembuh dalam waktu satu minggu’.
Setelah mendengar penuturannya aku segera manuju Hamamiyah dan mendapati singa telah mendahuluiku dan terjadilah peristiwa seperti yang diceritakan sang syaikh kepada diriku. Seminggu setelah itu aku bertemu dengan si singa tersebut dengan luka yang telah sembuh ketika menghadap Syaikh Abu Bakar.” Dalam riwayat lain beliau bercerita, “Beliau pernah berwudhu di sumur yang telah kering, seketika itu pula sumur tersebut telah menjadi penuh dan jernih”. Beliau berasal dari suku Hawari dari bangsa Kurdi.tinggal di Bathaih dan wafat serta dikuburkan di tanah Malha’ dan kematiannya ditangisi pula oleh para jin. |