KH. Muntaha Al Hafidz adalah seorang Ulama Multidimensi yang mempunyai segudang ide dan pemikiran yang cemerlang yang bisa dijadikan sebagai pelajaran bagi ulama lainnya. Berikut adalah berbagai ide dan pemikiran beliau: 1. Ide Pendidikan Dalam dunia pendidikan KH Muntaha Al Hafidz merupakan teladan karena keberhasilannya mengembangkan pendidikan di bawah naungan Yayasan Al-Asy'ariyyah. Yayasan tersebut saat ini menaungi berbagai jenjang pendidikan antara lain, Taman Kanakkanak (TK) Hj. Maryam, Madrasah Diniyah Wustho, Madrasah Diniyah `Ulya, Sekolah Madrasah Salafiyah Al-Asy'ariyyah, Tahfidzul Qur'an, SMP Takhasus Al-Qur' an, SMU Takhasus Al-Qur'an, SMK Takhasus Al-Qur'an, Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ), khusus untuk Perguruan Tinggi UNSIQ ini di bawah naungan Yayasan Pendidikan Ilmu Ilmu Al-Qur'an (YPIIQ) . KH. Muntaha Al-Hafidz juga menjadi salah seorang pendiri bahkan memegang jabatan Rektor pada saat Penguruan tinggi ini sebelum berubah menjadi universitas adalah merupakan bukti implementasi dari ide dan pemikiran beliau. Implementasi dari ide dan pemikiran beliau di bidang pendidikan diwujudkan dengan keterpaduan antara pesantren yang notabene merupakan pendidikan non formal dan pendidikan formal sejak dari TK sampai perguruan tinggi. 2. Ide Tentang Dakwah dan Sosial Dalam bidang dakwah, KH Muntaha al-Hafidz membentuk Korps Dakwah Santri (KODASA). Korps ini merupakan wadah bagi aktivitas santri Pondok Pesantren Al-Asy'ariyyah dalam menyiarkan Islam, baik yang diperuntukkan bagi kalangan santri (sesama santri) dalam rangka meningkatkan kualitas diri, maupun kepada masyarakat dalam bentuk pengabdian dan kepedulian podok pesantren terhadap kondisi riil yang dihadapi oleh masyarakat, khususnya di bidang sosial keagamaan. Adapun Aktivitasnya meliputi: 1. Bacaan Shalawat 2. Qira'atul Qur'an 3. Khitobah dengan menggunakan 4 (empat) bahasa, yakni: Bahasa Arab, Bahasa Inggris Bahasan Indonesia, dan Bahasa Jawa 4. Qosidah dan Rebana yang merupakan kesenian bernuansa islami. Kegiatan Kodasa ini dijadwalkan bergantian untuk setiap minggunya. Dan setiap setahun sekali diadakan bhakti sosial (Bhaksos) di desa-desa terpencil di Kabupaten Wonosobo. Kegiatan-kegiatan Kodasa ini sekaligus merupakan wujud dan implementasi da-lam bidang sosial keagamaan dan syiar Islam. Dalam bidang sosial, beliau juga merintis berdirinya Pusat Pengembangan Masyarakat (PPM) bersama dengan Adi Sasono dan KH. MA. Sahal Mahfuzh. 3. Ide Tentang Kesehatan Dalam bidang Kesehatan, implementasi dari ide dan pemikiran beliau diwujudkan dalam pembentukan Pendidikan Akademi Keperawan (AKPER). Akper ini sekarang berada di lingkungan Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) Wonosobo, Jawa Tengah. Karenanya institusi ini diberi nama AKPER UNSIQ. Selain itu, dibentuk pula Poliklinik Maryam. Poliklinik ini tidak hanya melayani santri dan mahasiswa saja akan tetapi juga melayani masyarakat umum di sekitar poliklinik bahkan sering pula masyarakat dari daerah atau kecamatan lain yang memeriksakan kesehatannya di Poliklinik Maryam ini. Bahkan sebelumnya, beliau telah merintis dan mendirikan Balai Kesehatan di Tieng, Kejajar, pada tahun 1986, yang disusul pula dengan pendirian Rumah Sakit Islam (RSI) Kabupaten Wonosobo di mana sampai sekarang KH. Muntaha Al-Hafidz masih tetap tercamtum dalam struktur pendirian yang namanya diabadikan dalam prasasti di RSI. Satu kamar perawatan kelas VIP di RSI, di depan kamar tersebut tertulis nama KH. Muntaha Al-Hafidz. 4. Ide Tentang Pemikiran Islam Beliau juga tidak ketinggalan dalam memberikan ide dan pemikiran di bidang pemikiran Islam. Dalam bidang ini beliau membentuk "tim sembilan" untuk menyusun Tafsir Al-Maudhu'i. Tafsir ini sekarang sudah diterbitkan dan dicetak oleh LKiS Yogyakarta.15 Dan Sekarang akan segera direalisasikan Tafsir Berbahasa Indonesia dengan model seperti Al-Ibriz karya K.H. Bisri Mustofa, ulama dari Rembang. Dalam rangka menghadapi era globalisasi, KH. Muntaha Al-Hafidz memiliki ide dan pemikiran tentang perlunya penguasaan bahasa, yakni tidak hanya bahasa Indonesia atau bahasa Arab saja, melainkan juga bahasa Inggris, Cina, Jepang, dan lain-lain bagi para santri Al-Asy'ariyyah untuk bisa menjelaskan isi dan kandungan Al-Qur'an kepada masyarakat luas (internasional). Dan ide ini telah dipraktikan di Pondok Pesantren Al-Asy'ariyyah, juga di SLTP, SMU, dan SMK Takhassus Al-Qur'an, termasuk di dalamnya Universitas Sains Al-Qur'an. Implementasi dalam bidang seni—terutama seni kaligrafi—beliau wujudkan dalam tulisan "Mushaf Al Asy'ariyyah" (Al-Qur'an Akbar ). Al-Qur'an ini memang berukuran besar, bahkan pada waktu dipublikasikan Al-Qur'an ini tercatat paling besar di dunia. Ukuran mushafnya 2 x 15 M pada saat kondisi tertutup dan berukuran 2 x 3 M dalam kondisi terbuka. Munculnya Al-Qur'an Akbar menjadi berita spektakuler tidak hanya di Kabupaten Wonosobo dan Jawa Tengah saja, namun sampai kepada seluruh pelosok nusantara, terperangah mendengar berita tersebut. Tidak kurang dari 10 media massa (koran, majalah, tabloit, dan lain sebagainya) mulai dari tingkat lokal sampai kepada tingkat nasional, bahkan The Jakarta Post, satu-satunya media massa yang berbahasa Inggris waktu itu, menurunkanberita tentang Al-Qur'an Akbar dengan judul GIANTKORAN, namun untuk media massa yang lain menurunkan berita tentang Al-Qur'an Akbar dari daerah pegunungan ini dengan judul yang beragam dan variasi yang menarik sesuai dengan kode etik yang dimiliki mass media. KH. Muntaha Al-Hafidz adalah tokoh dan figur pemimpin yang patut untuk menjadi teladan. Aktivitas, ide, dan pemikiran beliau selalu berorientasi ke masa depan. Sehingga santri-santri beliau digembleng sedemikian rupa dengan harapan, dikemudian hari nanti mampu berinteraksi dengan komunitas masyarakat yang heterogin dan berbeda struktur sosialnya. Lebihlebih dipersiapkan agar mampu memberikan manfaat dan barokah bagi orang lain. Ingatkah kita bahwa sebaik-baik manusia adalah yang mampu memberi manfaat kepada mansia yang lain? KH. Muntaha Al-Hafidz menghimbau dan mengajak kepada semua umat Islam, baik yang ada di Indonesia maupun di seluruh dunia. Ajakan beliau ini sekaligus merupakan sumbangan pemikiran beliau terhadap masalah masalah agama yang sedang dan selalu berkembang di tengah-tengah umat Islam. Himbauan dan ajakan dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Umat Islam hendaknya tidak memperuncing masalah khilafiyah. Keterangan-keterangan keagamaan yang sifatnya sepihak, agar segera diakhiri. Sebab, bila masalah tersebut dijawab secara sepihak pula, terkesan hanya pihaknya saja yang mengikuti Al-Qur'an dan Al-Hadits. Sedang lainnya tidak. Padahal sama—sama orang Islam. Seharusnya jawaban diberikan secara obyektif (tidak berpihak kepada satu kelompok saja), bijaksana (mengakomodir berbagai kepentingan umat) dan ilmiah (da-pat dipertanggung jawabkan kebenarannya). 2. Agar umat Islam atau tokoh-tokohnya, meninggalkan perbuatan-perbuatan atau ucapan-ucapan yang dapat menyinggung perasaan umat Islam secara luas. Lebih-lebih dengan memvonis bid'ah, musyrik, atau tidak berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadits. KH. Muntaha Al-Hafidz menunjuk beberapa khilafiyah yang dimaksud di atas dan Bering mendapatkan serangan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, seperti: Membaca doa qunut dalam shalat subuh, dua kali adzan pada shalat jumat, 20 rakaat pada shalat sunnah Tarawih, dan lain sebagainya. Padahal, mayoritas umat Islam di dunia melakukan hal itu. KH. Muntaha Al-Hafidz sendiri tidak terlalu fanatik terhadap hal-hal tersebut. Silakan umat memilih sesuai dengan keyakinan dan kemampuan masing-masing, maupakai doa qunut dalam shalat subuh, maupakai dua kali adzan dalam shalat jum'at dan mau shalat tarawih dengan 20 reakaat atau delapan rakaat, semuanya dikembalikan kepada individu masing-masing, sebab semua punya pegangan masing-masing, semua mempunyai keyakinan masing-masing. Atas dasar itu, KH. Muntaha AI-Hafidz mengajak kepada seluruh umat Islam untuk bersatu. Menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam serta menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi terhadap apa yang telah dan akan dikerjakan orang lain. Perlu diingat dan disadari bersama bahwa tujuannya adalah sama, yaitu beribadah dan mencari ridha Allah. |